Inibaru.id - Meski Resto Semarang
terlihat sunyi dari luar dan hanya ada satu kendaraan terparkir di halaman, tulisan 'Buka' pada pintu memberi tahu pengunjung saya bahwa tempat ini beroperasi.
Ketika masuk, kamu bakal mendapati banyak meja bundar dan persegi panjang dengan masing-masing empat kursi. Suasana redup dan suram kian terasa lantaran nggak banyak pengunjung. Saya cuma mendapati beberapa pengunjung dan satu pelayan.
Kata sang pemilik Jongkie Tio, restoran ini bakalan ditutup. Pembangunan gedung mewah di sekitarnya juga berimbas pada restoran ini. Saya bisa melihat keretakan bangunan di beberapa bagian. Salah satunya ada di jalan menuju ke toilet. Nggak cuma itu, lantai di sudut restoran juga mulai miring.
“Pindah karena bangunan di samping menggali sedalam 50m,” kata Jongkie lesu, Selasa (21/1).
Saya bisa melihat kekecewaan di wajahnya. Storyteller asal Semarang ini bahkan
belum tahu ke mana dia akan pindah. Bangunan bersejarah milik Oei Tiong Ham tersebut
bakal segera dikosongkan. Awalnya, Resto Semarang digunakan sebagai rumah tinggal
kemudian diubah menjadi restoran dengan konsep indoor dan outdoor. Jangan salah, pengunjung restoran ini datang dari kelas menengah ke atas, lo.
Kalau kamu memutuskan makan di dalam ruangan, kamu bisa merasakan sensasi fine dinning dengan cahaya redup serta dikelilingi berbagai pernak-pernik koleksi Jongkie. Yang istimewa justru ada pada bagian belakang yang disebut bagian kebun. Di sini, kamu bisa menikmati menu dengan diiringi gemericik air serta hiburan keroncong live setiap Kamis malam.
Meski bangunan yang terletak di Jl. Gajah Mada No. 125 tersebut
bukan hak miliknya, Jongkielah yang mengonsep restoran tersebut hingga dikenal
sampai saat ini. Restorannya tersebut bisa menampung sekitar 100 tamu. Ada lima koki yang siap menyiapkan hidangan di dapur yang luas. Lantaran nggak yakin bisa dapat tempat yang memiliki dapur luas, Jongkie mengaku bakal memotong sekitar 60 persen menu. Sayang banget ya.
“Saya mau pindah tapi ndak tahu ke mana. Beberapa hari lalu mesin-mesinya masuk ke sini untuk grooting. Saya ndak bisa terima tamu, ndak bisa pesta,” katanya yang nggak bisa menyembunyikan kesedihan.
Jongkie mengaku, restoran tersebut dia buka atas dorongan Gubernur Jawa Tengah era 70-an Soepardjo Rustam. Soepardjo yang
kala itu berteman baik dengan Jongkie membujuknya agar membuka rumah makan yang menyediakan masakan kampung termasuk menu peranakan. Sayang banget restoran legendaris ini harus tutup.
Entah kenapa suasana restoran jadi tambah redup. Semoga Jongkie segera mendapatkan tempat yang cocok untuk pindah ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)