BerandaHits
Jumat, 22 Agu 2024 11:38

Tentang Kue yang Ikut Memantik Revolusi Prancis dan Dipenggalnya Maria Antoniette

Maria Antoinette, ratu Prancis yang dipenggal tatkala Revolusi Prancis berlangsung. (X/EduardHabsburg)

Meski faktor penyebab Revolusi Prancis beragam, ada satu kalimat yang disebut-sebut diucapkan Maria Antoniette, ratu Prancis kala itu, yang dianggap menunjukkan ketidakpeduliannya dengan kondisi masyarakat yang sedang susah mencari makanan, yaitu 'Biarkan mereka makan kue!'

Inibaru.id – Revolusi Prancis nggak hanya berlangsung beberapa hari, melainkan lebih dari 10 tahun, tepatnya pada 5 Mei 1789 sampai 9 November 1799. Tapi, ada sejumlah momentum yang populer dari revolusi ini, yaitu penyerbuan bastille pada 14 Juli 1789 dan pemenggalan Raja Louis XVI pada 21 Januari 1793, lalu istrinya, Maria Antoniette pada 16 Oktober 1793.

Dari begitu banyak cerita yang menyertai revolusi ini, kisah Maria Antoniette termasuk yang paling sering diungkap. Nggak hanya karena dipenggal di usia muda, yaitu 37 tahun. Ada yang menyebut gaya hidup hedonis dan ketidakpekaannya atas kesulitan yang dialami masyarakat Prancis pada masa itu sebagai salah satu alasan yang memantik begitu dahsyatnya people power menggulingkan kekuasaan kerajaan.

Revolusi ini dimulai saat Louis XVI, yang kemudian tercatat sejarah sebagai raja terakhir Prancis, sudah bertahta selama 15 tahun. Kala itu, harga roti yang jadi bahan makanan utama warga Prancis melonjak tajam. Ditambah dengan paceklik akibat gagal panen dan semakin sulitnya warga mendapatkan pekerjaan dan penghasilan cukup akibat kebijakan kerajaan yang lebih pro ke kalangan kelas atas, revolusi pun digelar masyarakat Prancis yang sudah geram dengan kesulitan sehari-hari yang mereka alami.

Apalagi, di tengah sulitnya warga Prancis mendapatkan makanan, muncul kabar yang menyebut sang ratu, Maria Antoniette mengucapkan kata “biarkan mereka makan kue”. Memang, terjemahan kalimat ini nggak benar-benar akurat karena dalam Bahasa Prancis, katanya adalah “qu’ils mangent de la brioche” yang berarti “biarkan mereka makan brioche”.

Ilustrasi: Lukisan 'Biarkan mereka makan kue' Maria Antoinette. (Fine Art America/Ellie Burelli)

Asal kamu tahu, brioche adalah sejenis roti manis yang kaya kandungan gula dan telur sehingga harganya jauh lebih mahal dari roti biasa yang jadi penganan sehari-hari warga Prancis. Banyak oposan kerajaan yang kala itu menyebut sang ratu mengucapkan kata itu sebagai cara untuk menunjukkan keangkuhan dan ketidakpeduliannya pada kondisi masyarakat.

Kalau diperbandingkan dengan kondisi zaman sekarang mungkin bisa diumpamakan seperti ini: garis kemiskinan yang ditetapkan organisasi yang mengurus statistik sebuah pemerintah negara adalah Rp400 ribuan untuk makanan, plus Rp140 ribuan untuk nonmakanan. Nah, tiba-tiba ada kalangan kerajaan yang mengunggah sepotong kue dengan harga yang setara dengan angka garis kemiskinan per bulan untuk makanan di media sosialnya.

Padahal, ada jutaan orang yang hidup di bawah garis kemiskinan harus bertahan hidup dengan uang yang setara dengan kue semahal itu selama sebulan. Mereka seperti dipaksa melihat hal seperti itu dan nggak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itulah, ucapan “biarkan mereka makan brioche” seperti menandakan kalau sang ratu nggak peduli rakyatnya bisa makan dengan cukup atau nggak setiap hari.

Memang, sejumlah sejarawan kemudian merevisi bahwa Maria Antoniette sebenarnya nggak pernah mengucapkan kalimat tersebut. Kata ini bahkan sebenarnya kali pertama muncul di buku Confession karya Jean-Jacques Rousseau yang kali pertama ditulis pada 1765 atau saat sang ratu masih berusia 11 tahun.

Bisa dikatakan, kalimat ini disebarkan oleh kaum penentang keluarga kerajaan yang sudah jengah dengan kondisi negara yang nggak karuan. Tapi, viralnya kalimat ini sukses memantik kemarahan masyarakat dan akhirnya membuat hidup sang raja dan ratunya, Maria Antoniette berakhir di guillotine. Revolusi Prancis pun mengubah sistem negara tersebut menjadi republik hingga sekarang. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024