BerandaHits
Selasa, 16 Jun 2025 16:14

Tatkala Presiden Habibie Meminta Maaf Terkait Tragedi Pemerkosaan 1998

Presiden Habibie pernah meminta maaf terkait tragedi pemerkosaan 1998. (SMA 13 Semarang)

Sempat dipertanyakan kebenarannya oleh seorang pejabat, dulu, Presiden Habibie justru meminta maaf atas terjadinya tragedi pemerkosaan 1998.

Inibaru.id - Sebagai seorang keturunan Tionghoa yang sejak generasi kakek-neneknya hidup dan tinggal di Kota Semarang, Rani, mengaku masih nggak terima dengan pernyataan seorang pejabat yang pengin menghapus sejarah tragedi pemerkosaan 1998.

Meski nggak ada satu pun keluarga atau orang-orang yang dia kenal jadi korban, realitanya tragedi tersebut sangat membekas bagi masyarakat Indonesia, termasuk dia dan keluarganya.

“Saya masih SD waktu itu, tapi saya ingat betul ketakutan orang-orang. Kok sekarang malah ada pejabat yang bilang tragedi pemerkosaan 1998 itu perlu dihapus dari catatan sejarah? Bukannya dulu sampai presiden aja minta maaf?” ucapnya pada Senin (16/6/2025).

Sebagai informasi, Rani merujuk pada tragedi kekerasan seksual terhadap perempuan etnis Tionghoa yang terjadi pada Mei 1998, bersamaan dengan kerusuhan besar di Jakarta dan sejumlah kota lain. Meski sudah lebih dari dua dekade berlalu, peristiwa itu masih menyisakan luka yang dalam. Baginya, itu bukan sekadar peristiwa biasa, tapi bagian dari sejarah bangsa yang seharusnya nggak dilupakan.

Terkait dengan klaim Rani bahwa ada presiden yang meminta maaf atas tragedi ini, memang terjadi kok. Presiden ke-3 RI, B.J. Habibie, secara resmi menyampaikan permintaan maaf kepada para korban, baik dalam bentuk surat maupun pertemuan langsung. Dia melakukannya pada 15 Juli 1998 alias hanya sekitar dua bulan usai Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Permintaan maaf itu bukan main-main. Dalam sebuah dokumen yang ditandatangani langsung oleh Presiden Habibie, dia menyatakan penyesalan yang dalam dan menegaskan bahwa negara nggak menoleransi tindakan biadab tersebut. Surat itu kemudian dikirimkan ke sejumlah organisasi dan komunitas etnis Tionghoa, termasuk di luar negeri, sebagai upaya rekonsiliasi dan pengakuan kesalahan masa lalu.

Presiden Habibie bahkan sampai bertemu dengan sejumlah pihak untuk mengetahui fakta-fakta terkait tragedi pemerkosaan 1998. (Viva)

Saking seriusnya untuk mengatasi masalah ini, terbentuk Koalisi Masyarakat Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan yang mengungkap data tentang kekerasan tersebut. Saat bertemu dengan Presiden Habibie di Kantor Bina Graha, 22 perempuan yang berasal dari koalisi tersebut memberikan informasi yang jelas terkait dengan kekerasan yang mengerikan tersebut.

Pada 9 Oktober 1998, Tim Gabungan Pencari Fakta dan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dibentuk. Komisi ini kemudian kita kenal dengan Komnas Perempuan pada masa sekarang, Millens.

Kini, ketika ada pejabat negara yang justru menyebut peristiwa itu sebagai “fitnah” atau “perlu dihapus”, nggak sedikit masyarakat yang mempertanyakan arah kebijakan negara dalam menjaga ingatan sejarah. Apalagi, banyak korban yang nggak pernah mendapatkan keadilan, baik secara hukum maupun pemulihan psikologis.

“Kita ini suka lupa. Padahal, melupakan itu bisa jadi bentuk pengkhianatan terhadap sejarah," lanjut Rani.

O ya, buat kamu yang penasaran seperti apa permintaan maaf resmi Presiden Habibie kala itu, bisa kok kamu cek di "Seri Dokumen Kunci Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998" yang diterbitkan Komnas Perempuan pada 1999.

Hm keterlaluan ya jika peristiwa memilukan ini dihapus dan dianggap nggak pernah ada, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: