BerandaHits
Kamis, 30 Okt 2024 14:17

Suka Lurking di Media Sosial, Tanda Rasa Percaya Diri Kurang?

Ilustrasi lurking. (via Detik)

Fenomena lurking atau hanya mengamati tanpa berinteraksi di media sosial semakin sering ditemukan, dan rasa nggak percaya diri menjadi salah satu alasan utama di baliknya. Banyak pengguna yang memilih bersembunyi di balik layar, menghindari perhatian untuk menghindari potensi penilaian negatif. Apa sebenarnya yang membuat seseorang merasa enggan berinteraksi, dan bagaimana rasa tidak percaya diri memengaruhi perilaku ini?

Inibaru.id - Di balik popularitas media sosial, banyak pengguna yang memilih untuk berperan sebagai “penonton diam” atau sering disebut sebagai “lurker.” Fenomena ini biasanya menggambarkan perilaku seseorang yang hanya mengamati konten atau percakapan tanpa memberikan respons aktif seperti komentar, like, atau share. Bisa dibilang cuma mau "mengintip" media sosial seseorang.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi seseorang menjadi lurker adalah rasa nggak percaya diri, yang secara signifikan berdampak pada bagaimana mereka berinteraksi di dunia maya.

Tapi Bagaimana Keduanya Berkaitan?

1. Takut Akan Penilaian Negatif

Rasa nggak percaya diri sering kali muncul karena adanya ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain. Ketika seseorang kurang percaya diri, mereka cenderung menghindari interaksi di media sosial karena khawatir akan kritik atau tanggapan negatif terhadap komentar atau pendapat mereka.

Media sosial adalah ruang publik yang terbuka, dan siapa pun bisa membaca serta menanggapi apa yang kita tulis. Karena itu, banyak yang merasa lebih aman mengamati tanpa harus mengambil risiko terlihat atau dihakimi.

2. Minder dengan Diri Sendiri

Rasa minder atau kurangnya penghargaan pada diri sendiri juga dapat mendorong seseorang untuk menjadi lurker. Mereka mungkin merasa nggak cukup “penting” atau menarik untuk berkontribusi dalam percakapan. Akibatnya, mereka memilih untuk nggak menampilkan diri di dunia maya dan hanya berperan sebagai penonton.

Ketika seseorang merasa kurang menarik atau nggak memiliki sesuatu yang “bernilai” untuk dibagikan, mereka lebih cenderung menjaga jarak dan hanya mengamati dari balik layar.

3. Khawatir Pendapatnya Nggak Dihargai

Mereka khawatir jika pendapatnya nggak dihargai. (Pexels)

Ketika seseorang memiliki rasa nggak percaya diri, mereka sering merasa bahwa pendapat atau kontribusinya nggak akan dihargai oleh orang lain. Ini membuat mereka cenderung ragu untuk terlibat dalam diskusi, terutama di platform terbuka. Rasa khawatir ini dapat menimbulkan kenggaknyamanan untuk berbicara atau berkomentar, sehingga mereka memilih untuk lurking sebagai cara untuk tetap “hadir” tanpa benar-benar terlihat.

4. Takut Menjadi Bahan Perbincangan

Ketika seseorang memposting sesuatu di media sosial, mereka membuka diri terhadap potensi interaksi, baik positif maupun negatif. Rasa nggak percaya diri sering membuat seseorang merasa khawatir jika perhatian orang lain justru menjadi beban.

Mereka takut komentar atau pendapatnya malah menjadi bahan perbincangan atau bahkan candaan oleh orang lain. Akibatnya, mereka lebih memilih diam untuk menghindari perasaan canggung atau malu.

Cara Membangun Kepercayaan Diri untuk Mengurangi Kebiasaan Lurking

Jika kamu merasa terjebak dalam kebiasaan lurking akibat rasa nggak percaya diri, berikut beberapa langkah yang bisa membantu:

1. Mulai dari Interaksi Kecil

Mulailah dengan mengapresiasi konten orang lain melalui like atau emoji sebagai tanda dukungan. Ini adalah cara sederhana untuk mulai terlibat tanpa harus memberikan komentar panjang.

2. Bergabung dengan Komunitas Tertutup

Bergabung dengan komunitas kecil atau grup dengan minat yang sama dapat membantu Anda merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam berbagi. Interaksi di ruang yang lebih privat dan aman dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kepercayaan diri.

3. Pahami Bahwa Semua Pendapat Berharga

Nggak ada pendapat yang benar atau salah selama kamu jujur dengan diri sendiri. Cobalah untuk meyakini bahwa apa yang Anda pikirkan dan rasakan berharga, bahkan jika berbeda dengan orang lain.

4. Fokus pada Kualitas, Bukan Jumlah

Nggak perlu sering berkomentar atau mem-posting sesuatu setiap hari. Fokuslah pada konten yang menurutmu bermanfaat atau yang ingin kamu bagikan dengan orang lain. Satu komentar yang bermakna akan lebih berkesan daripada interaksi yang sekadar basa-basi.

Meskipun nggak ada yang salah dengan menjadi pengamat, interaksi sosial yang lebih aktif dapat memberikan manfaat seperti dukungan emosional dan rasa keterikatan yang lebih kuat. Dengan mulai membangun kepercayaan diri, kamu bisa membuka peluang untuk mendapatkan pengalaman lebih positif di dunia maya dan membangun hubungan yang lebih kaya dengan orang-orang di sekitar.

Kalau kamu lebih suka lurking apa aktif berinteraksi nih, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT