BerandaHits
Minggu, 13 Jul 2024 11:31

Sistem Zonasi PPDB Terus Bermasalah, Perlukah Diubah?

Ilustrasi: Sistem zonasi PPDB tahun ini meninggalkan banyak masalah. (Hariansinggalang/Eriandi)

Dalam beberapa pekan terakhir, berita tentang masalah dalam sistem zonasi PPDB cukup banyak muncul di media. Apakah memang sistem ini bermasalah dan perlu diubah?

Inibaru.id – Jadwal siswa kembali masuk sekolah memang nggak sama di setiap daerah. Ada yang sudah masuk dalam seminggu belakangan, ada yang baru akan memulainya pada Senin (15/7/2024) depan, ada pula yang baru masuk seminggu setelahnya.

Tapi, di balik tingginya semangat anak kembali ke sekolah, ada hal lain yang selalu jadi pembicaraan, yaitu sistem zonasi PPBD (Penerimaan Peserta Didik Baru) sekolah yang selalu bermasalah.

Layaknya pada awal tahun-tahun ajaran baru sebelumnya, masalah sistem zonasi pasti viral dan jadi pembahasan publik. Kebanyakan didominasi orang tua yang nggak puas karena anaknya nggak masuk ke sekolah yang diinginkan, padahal jarak tempat tinggalnya dekat dengan rumah tersebut. Ada yang menuding anak-anak dari tempat tinggal yang lebih jauh justru diterima sehingga memicu debat dengan pihak sekolah.

Masalah ini ternyata nggak dianggap angin lalu oleh wakil rakyat kita. Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih bahkan mengungkap kekecewaannya atas hal ini.

“Kita seperti terus jatuh di lubang yang sama, diskusi (terkait dengan PPDB) nggak pernah berubah,” keluhnya dalam keterangan resmi yang diungkap Media Indonesia, Kamis (11/7).

Abdul menyebut ada alasan mengapa banyak orang tua ingin anaknya bisa masuk ke satu sekolah yang diinginkan, yaitu karena menganggap sekolah tersebut favorit dan bisa menjamin anaknya mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi. Alasannya dua, yaitu kualitas guru dan tenaga pendidikan dan fasilitas serta sarana prasarana sekolah yang nggak merata.

Masalah sistem zonasi PPDB sekolah cenderung selalu sama setiap tahunnya. (Antara/Reno Esnir)

“Masalah utamanya kan itu, belum ada upaya pemerataan kualitas guru seperti misalnya guru terbaik disebar ke berbagai sekolah. Selain itu jumlah sekolah yang unggul secara sarana dan prasarana juga terbatas sehingga daya tampung muridnya sedikit jika dibandingkan dengan peminatnya,” lanjutnya.

Mengingat dalam tujuh tahun pelaksanaan sistem zonasi dalam PPDB sekolah selalu timbul masalah yang itu-itu saja, Abdul pun menyebut keinginan pemerintah untuk menghapus stigma adanya sekolah favorit masih belum tercapai. Pemerataan kualitas pendidikan juga bisa dikatakan belum berhasil.

Hal serupa diungkap Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf. Selain mengritik terus munculnya masalah serupa setiap kali PPDB dilangsungkan, dia menyarankan sejumlah hal yang diharapkan bisa meredam masalah-masalah tersebut.

“Ada tiga opsi yang saya tawarkan. Pertama adalah pembangunan sekolah baru. Tapi, tentu akan membutuhkan dana besar, waktu, dan hal-hal lainnya. Kedua adalah memberdayakan sekolah swasta dalam proses PPDB sehingga semua siswa baru bisa tertampung. Tapi, tentu saja pemerintah harus memberikan dukungan agar sekolah swasta juga punya kualitas yang baik,” sarannya.

Yang terakhir, Dede menyarankan perubahan pada sistem PPDB jika memang sistem zonasi ini masih banyak menyebabkan masalah. Meski begitu, untuk mengubah sistem, tentu memerlukan kajian mendalam agar sistem yang baru bisa lebih baik, lebih adil, dan mengakomodasi semua siswa baru agar bisa mendapatkan sekolah yang menyediakan pendidikan terbaik.

Kalau menurut kamu sendiri, PPDB sistem zonasi ini dipertahankan atau diganti saja? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025