BerandaHits
Kamis, 15 Jul 2020 19:00

Si Cantik Anggrek Selop, Bunga yang Ditemukan di Jawa dan Dilindungi Dunia

Anggrek Selop atau Paphiopedilum glaucophyllum. Cantik, ya? (Flickr)

Punya sebutan anggrek selop, Paphiopedilum glaucophyllum yang ditemukan di Jawa Timur ini terbilang tersulit dikembangbiakan. Penampilan yang cantik dan kelangkaan bunga ini membuatnya masuk dalam daftar bunga yang dilindungi.

Inibaru.id - Indonesia diakui sebagai surga anggrek dalam dunia ilmu pengetahuan dan perpustakaan flora dunia. Sekitar seperlima dari 25 ribu hingga 35 ribu anggrek di dunia tumbuh di negeri ini. Nggak cuma cantik, anggrek Indonesia juga bersifat endemik sehingga sangat unik dan khas.

Salah satu anggrek langka asal Indonesia adalah Paphiopedilum glaucophyllum. Spesies ini ditemukan di dalam hutan di pegunungan Jawa Timur pada 1897. Bunga yang juga disebut anggrek selop tersebut dideskripsikan dan dipublikasikan secara resmi oleh ilmuan Belanda Jacobus Smith pada 1900.

Anggrek selop merupakan jenis anggrek tanah dengan keunikan yang nggak ditemukan pada jenis anggrek kebanyakan. Lantaran bentuk bunganya seperti nepenthes atau kantong semar, bunga ini juga kerap disebut sebagai anggrek kantong semar.

Karakter yang paling menonjol pada paphiopedilum berdaun hijau mengilat ini adalah bentuk dan susunan perhiasan bunganya yang sangat khas. Dari 3-5 kuntum bunga dalam satu tandan, hanya ada satu bunga yang mekar. Saat mekar sempurna, diameter bunga bisa mencapai 8 sentimeter.

Bunganya yang berwarna ungu cerah berbentuk kantung membuat anggrek selop ini begitu indah. (Orchideen-wichmann)

Perhiasan bunga bagian dorsal (cepala dorsalis) berbentuk bulat telur dengan posisi tegak sepeti tameng dengan warna hijau mengilat dengan kumpulan titi ungu atau cokelat. Dua perhiasan di sampingnya berbentuk pita berpilin dengan corak tebal berwarna ungu dan cokelat. Rambut-rambut halus nampak memenuhi permukaan bunga.

Kantung pada anggrek ini adalah bibir atau labellum yang merupakan modifikasi perhiasan bunga yang terbentung sepanjang evolusinya. Kantung Tropical Lady's-Slipper ini berwarna ungu dengan bibir kuning. Di atas kantung ada perisai yang juga berwarna ungu untuk melindungi serbuk sari dari ovarium.

Yang membuat bunga anggrek ini tampak semakin cantik adalah kilatan pada permukaannya yang disebabkan oleh lapisan lilin pada bagian epidermis. P. glaucophyllum akan terlihat makin cantik saat terkena tetesan air pada permukaannya.

Bunga dengan Banyak Nama

Lapisan lilin pada bagian epidermis Paphiopedilum glaucophyllum membuatnya kian cantik saat terkena air. (Orchideen-wichmann)

Perlu kamu tahu, anggrek selop Jawa ini merupakan spesies dari Paphiopedilum, genus yang juga sering disebut Venus-slipper yang masuk dalam subfamili Cypripedioideae dari keluarga tanaman berbunga Orchidaceae.

Selain disebut P. glaucophyllum, anggrek ini juga populer dengan sebutan anggrek kantong semar karena mempunyai kantung layaknya nepenthes. Ia juga disebut anggrek selop karena saat dilihat dari samping, anggrek ini sekilas akan terlihat seperti sandal selop (slipper orchid).

Secara internasional, anggrek selop disebut The Shiny Green Leaf Paphiopedilum atau Tropical Lady's-Slipper. Habitatnya ada di hutan Jawa dan Sulawesi pada ketinggian 200-800 mdpl.

Lantaran kecantikannya, P. glaucophyllum banyak diburu orang hingga mengakibatkan kelangkaan. Sementara, rekayasa genetika juga belum terlalu cocok untuk mengembangbiakkan anggrek jenis ini.

Anggrek P. glaucophyllum termasuk tanaman langka yang dilindungi. (Wikimedia)

Karena statusnya yang terancam punah, anggrek selop ini pun masuk dalam Appendix 1 pada Konvensi Internasional untuk Perdagangan Spesies Langka (CITES). Artinya, anggrek tersebut nggak boleh diperjualbelikan kecuali atas izin ketat dari pihak berwenang sebagai tujuan penelitian.

Wah, semoga dengan regulasi ini membuat anggrek selop kembali lestari ya, Millens! (Kom/IB27/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024