BerandaHits
Jumat, 25 Mei 2023 11:30

Seperti Apa Semburan Lumpur Lapindo Sekarang?

Lumpur Lapindo sekarang, masih mengeluarkan semburan. (Medcom/Antara/ Eric Ireng (Heri Susetyo))

Semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, sudah berlangsung selama 17 tahun. Semburannya belum berhenti dan diperkirakan akan terus mengeluarkan gas serta lumpur sampai puluhan tahun ke depan.

Inibaru.id – Nggak terasa, semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur sudah keluar hampir 17 tahun. Sejak kali pertama keluar dari tanah pada 29 Mei 2006 lalu, lumpur ini telah menenggelamkan lahan seluas 671 hektare. Setidaknya, 16 desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Tanggulangin, Porong, dan Jabon, terdampak lumpur yang memiliki suhu panas dan aroma menyengat tersebut.

Yang luar biasa, meski lumpur yang dikeluarkan sangat banyak dan semburannya sudah berlangsung selama itu, lumpur Lapindo masih keluar. Banyak pakar geologi bahkan meyakini semburannya masih akan keluar hingga puluhan tahun ke depan. Salah satunya adalah Rovicky Dwi Putrohari, anggota Dewan Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

“Soalnya, sampai sekarang kita belum tahu seberapa banyak volume lumpur serta banyaknya kandungan gas yang terendap di bawah tanah. Analisa saya mengatakan bahwa semburannya mungkin baru berhenti 20 sampai 27 tahun lagi,” ungkap Rovicky sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia, (30/5/2015).

Sementara itu, menurut keterangan yang dihimpun Solopos Kamis (7/10/2021), Kepala Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) Jefry Recky Pattiasina memprediksi semburan lumpur bisa berlangsung selama 40 tahun. Jika dihitung sejak 2006, maka semburan ini diperkirakan baru berakhir pada 2046 alias 23 tahun lagi.

Dalam sebuah penelitian berjudul Relevant Methane Emmison to the Atmosphere from a Geological Gas Manifestasion yang dirilis dalam jurnal berjudul Scientific Report yang dikeluarkan pada 18 Februari 2021 lalu, disebutkan bahwa setiap tahunnya, ada 100 ribu ton gas metana yang dikeluarkan semburan lumpur Lapindo ke atmosfer bumi. Bahkan, ada kemungkinan volume lumpur yang dikeluarkan bisa meningkat hingga 80 ribu meter kubik setiap hari di masa depan.

Saking awetnya semburan lumpur Lapindo, tumpukan lumpur yang kini ditahan oleh tanggul sudah terlihat seperti waduk berukuran besar. Tanggul tersebut juga sudah jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rel kereta atau jalan raya Porong yang persis ada di sebelahnya.

Banyak warga yang jadi korban karena rumahnya tenggelam dan kehilangan pekerjaan belum mendapatkan ganti rugi haknya. (Medcom/Antara/Umarul Faruq (Heri Susetyo))

Yang lebih mengenaskan, banyak warga yang kehilangan rumah karena tenggelam oleh semburan lumpur sampai sekarang masih belum mendapatkan kejelasan terkait dengan tempat tinggal pengganti. Padahal, mereka terusir dari rumah yang jadi haknya dan terpaksa mengontrak atau menumpang di rumah keluarganya demi menyambung hidup.

Sebagai contoh, ratusan warga Desa Kedungbendo dari Desa Tanggulangin, Sidoarjo pada Rabu (18/5/2023) lalu melakukan aksi demonstrasi di Pendopo Delta Wibawa untuk meminta perhatian atas nasib rumah mereka yang tenggelam.

“Kami warga Kedungbendo pengin tahu apakah bisa mendapatkan ganti rugi. Soalnya, kami membutuhkannya untuk membangun tempat tinggal baru karena banyak dari kami yang kini nggak lagi punya rumah dan pekerjaan tetap,” ucap Ketua eks korban lumpur Desa Kedungbendo Abdul Fatah sebagaimana dilansir dari Kompas. (19/5).

Sayangnya, Wakil Bupati Sidoarjo Subandi menyebut pihaknya masih fokus ke hal lain, yaitu menggabungkan desa-desa yang terdampak lumpur. Dengan menyelesaikan masalah administrasi terlebih dahulu, diharapkan program-program untuk membantu warga yang menjadi korban bisa lebih terarah.

“Nantinya kalau sudah ada tertata (penggabungan desa), warga bisa didata kembali dan akhirnya bisa mendapatkan haknya,” ucap Subandi.

Nggak disangka ya, Millens, semburan lumpur Lapindo masih terjadi sampai sekarang. Dampaknya bahkan masih dirasakan ribuan warga. Semoga saja mereka yang menjadi korban bisa segera mendapatkan haknya kembali, ya? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

3 Cara Pemkot Semarang Antisipasi Kecelakaan di Tanjakan Silayur

28 Feb 2025

Diskon Listrik Prabayar Berakhir Hari Ini, Akankah Sisa Token Hangus?

28 Feb 2025

Menembus Kemacetan demi Kuliner Legendaris Semarang: Sate Ayam Jembatan Mrican

28 Feb 2025

Benarkah Jepang Butuh Tenaga Kerja dari Indonesia?

28 Feb 2025

BRIN: Ada Potensi Awal Puasa 2025 Berbeda, Tapi Lebaran Bersama

28 Feb 2025

Optimalisasi Fungsi Sosial Tanah, Warga Terima Sertifikat Konsolidasi

28 Feb 2025

Mencegah Anak Menjadi 'People Pleaser', Ajarkan Batasan Sejak Dini

28 Feb 2025

Sah; 1 Ramadan 1446 H Mulai Sabtu, 1 Maret 2025!

28 Feb 2025

Kerajinan Rebana di Demak; Menjaga Tradisi sembari Terus Berinovasi

1 Mar 2025

Menanti Aksi Pemerintah setelah Raksasa Tekstil Sritex Resmi Ditutup Hari Ini

1 Mar 2025

Dari Mana Asal Nama Stasiun Lempuyangan Yogyakarta?

1 Mar 2025

Carmen Hearts2Hearts Lakukan Gestur 'Permisi', Bikin Heboh Publik Korea

1 Mar 2025

Usai Diskon Listrik Selesai, Apakah Tarif Listrik Per Maret 2025 Naik?

1 Mar 2025

Ramadan, Momen Mengajarkan Anak Makan Secukupnya dan Menahan Diri

1 Mar 2025

Kemenkes Dorong Budaya Kerja Berintegritas melalui Spirit Ramadan

1 Mar 2025

Alquran-Alquran Raksasa di Masjid Baitul Quran KH Muntaha Al Hafidz Wonosobo

2 Mar 2025

Menguak Segarayasa, Danau Buatan Keraton Plered yang Kini Nggak Berbekas

2 Mar 2025

Takjil Sempurna, Ini Tips Memilih Kurma Tanpa Gula Tambahan

2 Mar 2025

Mengagumi Kecantikan Candi Morangan yang Tersisa

2 Mar 2025

Puasa sebagai Cara Menghindari Stres; Manfaat Spiritual dan Kesehatan

2 Mar 2025