BerandaHits
Kamis, 6 Jan 2021 12:52

Sejarah dan Fungsi CAPTCHA, Tes Ngeselin yang Memastikan Kamu Bukan Robot

CAPTCHA sering muncul setiap kita membuka situs. (Woiden)

Kamu pasti pernah menemukan tes dadakan saat akan membuka situs. Tes ini adalah CAPTCHA yang memastikan kalau kamu adalah manusia, bukannya robot. Sebenarnya, tujuan tes ini buat apa ya?<br>

Inibaru.id - Pasti kamu sudah pernah melihat tes ini. Tes ini cukup mengesalkan karena ingin memastikan kamu bukan robot sebelum membuka website, situs, atau tautan tertentu. Nama tes ini “CAPTCHA”. Sebenarnya, seperti apa sih asal-usul dan tujuan dari tes ini?

CAPTCHA dibuat pada tahun 2000 oleh 3 orang yakni Luis von Ahn, Manuel Blum, Nicholas Hopper dan John Langford. Mereka berasal dari Computer Science Department, Carnegie Mellon University, Amerika Serikat.

CAPTCHA adalah sebuah akronim dari “Completely Automated Public Turing Test to Tell Computers and Humans Apart”. Gampangnya, CAPTCHA adalah program yang dapat menentukan apakah pengguna internet tersebut seorang Homo sapiens alias manusia atau berupa bot spam.

Para pengguna internet dari tahun 2000-an awal hingga 2010-an pasti pernah mengisi test CAPTCHA. Misalnya saja ketika akan membuat akun Yahoo! Mail, atau sebelum login Facebook dan WordPress.

Test itu berupa kombinasi karakter huruf dan angka yang diregangkan dan dimanipulasi/didistorsi, sehingga hanya manusia yang dapat melalui test tersebut. Sementara program komputer bots bakalan sulit melakukannya. Hal ini biasanya dilakukan pengguna website untuk melindungi dari serangan bots spam.

reCAPTCHA

Pembaruan sistem menjadi reCAPTCHA. (WikimediaCommons)<br>

Masalahnya, seiring dengan perkembangan teknologi, komputer juga semakin canggih. Dampaknya, pertahanan CAPTCHA melemah. Banyak bot spam yang bisa menembusnya. Hal ini membuat Luis von Ahn melakukan pengembangan dengan “reCAPTCHA” pada 2007.

Jadi gini, reCAPTCHA ini hasil kerja sama dengan Internet Archive, sebuah perpustakaan digital di San Francisco, California. Internet Archive menampung lebih dari 200.000 scan/pemindaian buku klasik.

Beberapa jenis buku-buku tersebut dibuat dengan apik sehingga komputer nggak bisa mendigitasi atau menerjemahkan teks scan buku tersebut menjadi teks digital yang dapat diindeks.

ReCAPTCHA memanfaatkan pengguna internet untuk menerjemahkan gambar teks tersebut. Teks yang muncul di box verifikasi adalah teks asli yang berasal dari hasil pemindaian buku. Secara nggak langsung, pengguna internet telah membantu Internet Archive untuk mendigitasi teks buku. Hal itu sesuai dengan slogan reCAPTCHA “stop spam. read books

Luis von Ahn kemudian menemukan fakta bahwa situs yang menggunakan reCAPTCHA ternyata sangat tinggi. Hal ini membuat jumlah kata yang didigitasi sangat tinggi, tepatnya mencapai 2,5 juta kali sehingga program ini telah melampaui tujuan mendigitasi teks buku.

No CAPTCHA reCAPTCHA

Tampilan No CAPTCHA reCAPTCHA. (WikimediaCommons)<br>

Hanya, teknologi semakin berkembang. Ada yang namanya Artificial Intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan. Teknologi ini bisa memecahkan tes reCAPTCHA yang paling sulit sekalipun.

Menariknya, hal itu nggak membuat reCAPTHCA tergusur namun, justru terus berkembang. Jika mesin analisis merasa ada yang kurang pas atau mencurigai sesuatu, maka akan muncul test reCAPTCHA lanjutan berupa tebak gambar. Misalnya, kita diminta memilih gambar zebracross atau lampu lalu lintas. Jenis tes baru inilah yang dianggap bisa memastikan apakah kita manusia atau robot.

Google kemudian mengembangkan “No CAPTCHA reCAPTCHA”. Lewat program ini, Google bisa mengamati data dan perilaku pengguna internet. Bahkan, dengan satu klik “I’m not a robot” Google dapat membedakan apakah pengguna seorang manusia atau bots.

Hmm, jadi tes-tes tebak gambar di internet itu punya sejarah dan fungsinya ya, Millens. Meski kadang agak mengganggu, ternyata penting juga untuk keamanan berselancar. (Kum/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: