BerandaHits
Jumat, 7 Sep 2023 17:57

Pemerintah India Ubah Nama Negara Jadi 'Bharat', Apa Kata Masyarakat?

Rencana perubahan nama India menjadi Bharat menjadi isu hangat di dalam negeri maupun dunia internasional. (Getty Images/Elke Scholiers via Times)

Secara mengejutkan, Pemerintah India mengubah nama negaranya menjadi 'Bharat'. Gimana masyarakat setempat meresponsnya?

Inibaru.id – Turki resmi mengganti nama internasionalnya dari Turkey menjadi Turkiye pada 2022 lalu. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menilai, nama itu lebih menggambarkan budaya negaranya ketimbang sebutan sebelumnya yang acap disamakan dengan nama burung atau konotasi negatif lain.

Untuk menggaungkan nama itu, Erdogan mengubah tiap dokumen resmi dan melakukan promosi secara masif agar nggak bernasib seperti Ceko yang meski sudah mengubah namanya jadi Czechia sejak 2016, masyarakat dunia tetap lebih familiar dengan nama Czech Republic hingga sekarang.

Selesai dengan Turki, kini mata publik mulai beralih ke India setelah negara tersebut memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Bharat. Hal ini pun segera memicu kontroversi di dalam negeri serta menjadi isu hangat di kalangan warganet dari luar India.

Perubahan nama tersebut mulai mencuat melalui undangan resmi India yang dilayangkan untuk negara peserta KTT G20. Alih-alih India, mereka memakai nama Bharat. Presiden India Droupadi Murmu juga meminta para pemimpin negara menyebutnya sebagai Presiden Bharat, bukan India.

Menghapus Kenangan Kolonialisme

Undangan dari pemerintah India yang menyebut negaranya dengan Bharat. (Twitter/Sambitswaraj)

Isu perubahan nama ini muncul hanya berselang dua hari sejak pemimpin organisasi nasionalis Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh Mohan Bhagwat menyarankan agar nama India diubah. Menurutnya, selama ini negara hanya memakai nama India agar mereka yang berbahasa Inggris paham.

“Tapi, kali ini kita harus menghentikannya. Nama negara ini sebenarnya adalah Bharat dan seharusnya orang-orang di seluruh dunia juga menyebutnya seperti itu,” ungkap pembina partai yang tengah berkuasa di India, Bharatiya Janata Party (BJP) ini, dikutip dari Time, Selasa (5/9/2023).

Upaya "menghapus kenangan kolonialisme" ini sebelumnya sempat diwacanakan Perdana Menteri India Narenda Modri. Beberapa kali pemerintah membuat kebijakan untuk menghapus pengaruh zaman kolonialisme di India pada masa lalu.

“Sejumlah nama jalan yang terkait dengan masa kolonial (mulai) diganti dengan nama yang lebih lokal,” ungkap Michael Kugelman dari South Asia Institute at the Wilson Center, Washington, Amerika Serikat.

Dua Nama Resmi

Selain Republic of India, masyarakat mengenal negara di Asia Selatan ini sebagai Bharat Ganarajya. (CNBC TV)

Bharat bukanlah nama asing di India. Negara di Asia Selatan ini sejatinya memang memiliki dua nama resmi, yaitu Republic of India dan Bharat Ganarajya. Nama terakhir bahkan masih sangat populer di kalangan masyarakat lokal. Mirip Japan dengan Nippon atau Korea dengan Daehanminguk kali, ya?

Nama India muncul pada masa penjajahan Inggris dari abad ke-19 hingga ke-20. Nama ini dipilih karena kawasan tersebut berada di dekat Sungai Indus yang mengalir dari Kashmir. Itulah yang membuat nama India dianggap beraroma kolonialisme.

Sementara, istilah Bharat merujuk pada peradaban bernama Bharatavarsa yang termaktub dalam naskah kuno Hindu Puranas yang diyakini disusun sejak abad ke-3 hingga ke-10. Karena sejarah ini, banyak warga yang menyetujui perubahan itu, termasuk mantan atlet kriket India Virender Sehwag.

“Nama negara seharusnya mewakili bangsa. Kami adalah orang-orang Bhartiyas, sedangkan (nama) India adalah pemberian penjajah Inggris. Jadi, seharusnya kami kembali memakai nama Bharat,” katanya.

Kendati banyak didukung, nggak sedikit warga yang menentangnya. Presiden Jammu and Kashmir Peoples Democratic Party Mehbooba Mufty misalnya, menyarankan agar pemerintah nggak gegabah untuk mengubah nama menjadi Bharat.

“Dengan menghapus nama-nama lain India dari Hindustan dan memilih (nama) Bharat saja, ini justru menunjukkan intoleransi,” ujarnya.

Wah, bakal gimana nasibnya ke depan, ya? Semoga nasibnya nggak seapes Republik Ceko ya, Millens! (Arie Widodo/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024