BerandaHits
Senin, 2 Jun 2024 17:00

Nggak Terkait Belanda, Nama Meneer Justru Berasal dari Beras Menir!

Jamu Nyonya Meneer, berdiri sejak 1919. (Hobikoe)

Sering dikira berasal dari Bahasa Belanda, nyatanya Nyonya Meneer mendapatkan namanya dari beras menir. Seperti apa ya sejarah penamaan ini?

Inibaru.id – Dari sekian banyak produsen jamu di Indonesia, Jamu Nyonya Meneer bisa dikatakan sebagai yang paling melegenda. Apalagi, tagline Nyonya Meneer berdiri sejak 1919 cukup sering terdengar di mana-mana.

Kalau menilik nama Nyonya Meneer, yang dipikirkan orang Indonesia tentu saja adalah artinya dalam Belanda. Apalagi, Jamu Nyonya Meneer berdiri pada masa penjajahan Belanda. Selain itu, kata ‘Meneer’ bermakna ‘pak’ atau ‘tuan’ bagi laki-laki Belanda pada masa tersebut.

Tapi, kalau menilik fotonya, Nyonya Meneer sama sekali nggak terlihat memiliki keturunan Belanda. Dia juga nggak menikah dengan orang Belanda. Lantas, dari mana ya nama Nyonya Meneer muncul?

Terkait hal ini, kita tilik dulu sejarah hidup Nyonya Meneer, Millens. Pabrik jamunya memang baru berdiri pada 1919. Tapi, yang bersangkutan sudah lahir sejak 1895. Namanya saat lahir adalah Lauw Ping Nio. Perempuan keturunan Jawa – Tionghoa ini lahir di Sidoarjo, Jawa Timur.

Nah, saat Lauw Ping Nio masih dalam kandungan ibunya, nama Meneer muncul. Ceritanya, saat ibunda Lauw Ping Nio hamil, dia ngidam makan beras menir. Itu lho sebutan Bahasa Jawa untuk beras berukuran kecil sisa hasil penumbukan padi dengan lesung.

“Nama itu menjadi kenangan bagi ibunya yang mengingatkan kebiasaannya makan beras menir,” tulis Sih Sumardono di buku perjalanan Panjang Usaha Nyonya Meneer yang terbit pada 2002 lalu.

Beras menir, inspirasi penamaan Nyonya Meneer. (Selingkarwilis)

Meski nama lengkapnya Lauw Ping Nio, sang ibu akhirnya memutuskan untuk memberinya nama panggilan ‘Menir’. Tapi, karena saat dia lahir pengaruh Belanda terasa di mana-mana, termasuk dalam hal ejaan penulisan. Nama Menir ini akhirnya lebih sering ditulis dengan nama Meneer.

Tatkala Lauw Ping Nio berusia 17 tahun, dia menikah dengan Ong Bian Wan, seorang laki-laki keturunan Tionghoa asli Surabaya. Setelah itu, mereka pindah ke Semarang, Jawa Tengah. Nggak lama kemudian, suaminya sakit keras.

Demi mengobati suaminya, Menir kemudian meramu jamu, pengobatan tradisional orang Jawa. Ilmu pembuatan jamu ini memang diajarkan kedua orang tuanya. Ternyata, cara ini berhasil. Suaminya sembuh.

Menir pun kemudian rajin membuat jamu. Tetangga-tetangganya kemudian sering memintanya membuatkan jamu saat sakit atau nggak enak badan. Sejak itulah, Menir membuka Jamu Nyonya Meneer yang bertahan hingga puluhan tahun dan baru dinyatakan pailit pada 2017 lalu.

Sang pendiri jenama tersebut, Nyonya Meneer, tutup usia pada 1978 lalu. Puluhan tahun setelahnya, namanya masih dikenal luas sebagai salah seorang pionir industri jamu tradisional di Indonesia.

Nggak disangka ya, ternyata nama Nyonya Meneer nggak terinspirasi dari kata Bahasa Belanda, tapi dari menir, sebutan beras berukuran mini dalam Bahasa Jawa! (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT