Inibaru.id – Jangan kira untuk mendapatkan jamu tradisional, kamu hanya bisa menunggu penjual jamu keliling yang masih memakai gendongan atau gerobak. Kamu juga bisa lo mendapatkan jamu di warung-warung jamu. Nah, kalau kamu sedang ada di Yogyakarta dan pengin jamu, cobain deh Warung Jamu Ginggang.
Warung Jamu Ginggang bisa kamu temui di Jalan Masjid Nomor 32 Kauman, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta. Konon, warung ini sudah eksis sejak 1950 dan jadi salah satu pelopor industri jamu di Kota Gudeg. Meski begitu, cerita tentang Warung Jamu Ginggang sebenarnya sudah dimulai 20 tahun sebelumnya oleh Mbah Joyo, seorang abdi dalem di Pura Pakualaman Yogyakarta.
Menurut keterangan Liputan6, (12/6/2022), Kanjeng Sinuwun Paku Alam VII mempercayakan kebutuhan jamu hariannya ke Mbah Joyo. Racikannya dianggap selalu pas dari segi rasa serta khasiat. Karena keahliannya dianggap bisa memberikan banyak manfaat bagi orang banyak, Paku Alam VII pun mengizinkannya berdagang jamu. Beliau bahkan ikut menyumbang nama warung yang dibuka Mbah Joyo, yaitu ‘Jamu Jawa Asli Tan Ginggang’.
Konon, makna dari nama warung tersebut adalah harapan agar masyarakat Jawa tetap, rukun dan mementingkan persatuan setelah minum jamu, berkumpul, serta bercengkerama di warung tersebut.
“Pada 1930-an, Mbah Joyo buka hanya dengan peralatan seadanya di depan (lokasi warung sekarang) setelah mendapatkan izin dari Kadipaten,” cerita generasi kelima yang mengelola warung tersebut, Rudi Supriyadi sebagaimana dilansir dari Detik, Sabtu (26/6/2021).
Warung Jamu Ginggang memang baru buka pada pukul 09.00 WIB sampai 21.00 WIB. Tapi, proses produksi jamu sudah dimulai sejak 05.00 sampai 08.00 WIB. Demi mempertahankan cita rasa dan khasiat, proses pembuatan jamu tetap dengan metode tradisional seperti dengan memakai rempah-rempah alami dan proses penumbukan manual.
Kini, Warung Jamu Ginggang mampu menyediakan sekitar 45 menu jamu yang bisa dibagi dalam tiga kategori, yaitu jamu biasa, jamu telur, dan jamu dalam bentuk minuman dingin, Millens.
Menariknya, meski sudah ‘direlakan’ berjualan jamu sendiri hingga puluhan tahun lamanya, tetap saja pesanan jamu tetap datang dari Kadipaten Paku Alaman, khususnya jika ada tamu datang. Biasanya sih, jamu yang dipesan adalah jamu beras kencur yang cocok disajikan saat jamuan makan resmi digelar.
“Sampai sekarang masih pesan. Beberapa tamu negara di Gedung Agung juga mengaku senang dengan jamu yang kami sediakan,” jelas Rudi.
Soal harga, jamu yang tersedia di sini bisa didapatkan dari rentang harga Rp4 ribu sampa Rp25 ribu. Nggak mahal, kan?
Jadi, kalau kamu pengin minum jamu dengan rasa mantap dan berkhasiat di tempat yang bersejarah, jangan ragu untuk datang ke Warung Jamu Ginggang, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)