Inibaru.id – Nggak hanya mewariskan Masjid Agung Demak dan sejumlah bangunan bersejarah lain, Kesultanan Demak Bintoro juga meninggalkan minuman yang bisa dinikmati masyarakat Demak dan sekitarnya hingga sekarang. Minuman tersebut adalah wedang jamu coro.
Meski dalam Bahasa Jawa ‘coro’ berarti kecoak, bukan berarti minuman ini terbuat dari kecoak ya, Millens. Itu hanyalah sebutan lain dari minuman yang juga dikenal dengan istilah wedang blung tersebut.
Kalau menurut keterangan situs Pariwisata Kabupaten Demak di demakkab.go.id, (28/2/2023), minuman ini dulu dijadikan jamuan saat ada pertemuan resmi atau acara keraton lainnya. Minuman dengan kombinasi rasa pedas, manis, ini dianggap mampu menghangatkan badan sehingga cocok untuk disajikan kepada tamu-tamu penting.
Kini, minuman tradisional ini bisa dengan mudah ditemui di Desa Rejosari, Kecamatan Karangtengah. Di sana memang sentra produksi dari minuman yang terbuat dari bahan jahe, kayu manis, santan kelapa, gula merah, dan serai tersebut.
Biasanya, jamu coro dijajakan secara keliling oleh penjualnya pada pagi hari. Beda dengan penjual jamu pada umumnya yang memakai botol-botol besar, minuman ini dibawa dengan wadah berbentuk kendil yang terbuat dari tanah. Biasanya, tutup dari wadah tersebut adalah sepotong kain yang dibungkus dengan kain.
Alat yang dipakai penjual jamu coro untuk mengambil minuman tersebut juga unik. Sebutannya adalah klenting dan terbuat dari potongan bambu dengan gagang dari bahan kayu.
“Jamu coro memang disimpan di kendil dan ditutup kain agar tetap hangat. Sudah seperti itu cara penyimpannya sejak zaman nenek moyang,” jelas warga Rejosari, Kiswanto.
Salah seorang penjual minuman tersebut, Sri Arumi, mengaku sudah 30 tahun berjualan jamu coro secara keliling di sekitar Demak. Dia punya trik khusus agar minuman ini bisa tetap menghangatkan badan pembelinya.
“Iya, saya sudah 30 tahun jualan jamu coro. Biasanya saya kasih sedikit cabai agar rasanya sedikit pedas tapi nggak merusak rasa aslinya,” jelasnya.
Karena dianggap sebagai minuman tradisional dan warisan berharga dari zaman Kesultanan Demak Bintoro, Pemerintah Kabupaten Demak pun terus mendukung sentra jamu coro agar tetap bertahan di tengah gempuran minuman-minuman kekinian yang lebih digandrungi generasi muda.
“Ya memang membutuhkan dukungan seluruh pihak, baik itu dari pemerintah kabupaten ataupun masyarakat," jelas Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak Agus Kriyanto.
Hm, jadi penasaran ya seperti apa kenikmatan dari wedang jamu coro ini. Yuk main ke Desa Rejosari untuk mencicipi nikmatnya minuman tradisional ini di tempat aslinya, Millens. (Arie Widodo/E05)