BerandaHits
Sabtu, 19 Feb 2021 20:32

Mereka yang Hidup untuk Berlari, Orang-Orang Raramuri

Suku Tarahumara atau orang Raramuri yang hidup untuk berlari. (Fityourself.club)

Ada suku yang hidup untuk berlari. Mereka adalah orang-orang Raramuri yang bisa berlari ratusan kilometer tanpa berhenti dalam sehari.

Inibaru.id – Tanpa mengenakan peralatan profesional, María Lorena Ramírez mencuri perhatian publik setelah mengalahkan 500 pelari perempuan dari 12 negara dalam ajang lari Ultra Trail Cerro Rojo di Puebla, Meksiko Tengah pada 29 April 2017. Yang menarik, dalam berlari dia hanya mengenakan sepasang sandal karet daur ulang.

Tahun sebelumnya, Maria menjadi runner-up pada kompetisi Ultra-maraton Caballo Blanco untuk kategori 100K di Chihuahua, Meksiko. Setelah itu, perempuan kelahiran 1 Januari 1995 tersebut rajin mengikuti lomba lari jarak jauh, masih dengan tampilan yang bersahaja: rok, kaus, dan terompah karet.

Pada 2018, nama Maria kian dikenal dunia setelah turut serta dalam ultra-maraton Tenerife Bluetrail di Spanyol. Bersama ayahnya, Santiago Ramírez, serta dua saudaranya, María Juana dan José Mario, mereka berlari bersama 2.400 peserta lain yang berasal dari 38 negara.

Di mata dunia, pencapaian Maria dan keluarganya tentu saja begitu istimewa. Mereka bukanlah pelari profesional. Namun, berlari dan berjalan jarak jauh memang menjadi keseharian perempuan asal Guachochi, Meksiko, tersebut, karena mereka adalah Rarámuri.

Suku Para Pelari Cepat

Suku Tarahumara memiliki kekuatan fisik luar biasa untuk berlari. (The Oklahoman/Sarah Phipps)

Rarámuri adalah sebutan untuk Suku Tarahumara, penduduk asli Amerika yang tinggal di Chihuahua. Sejak lama mereka dikenal dengan ketahanan tubuh dan kemampuan lari jarak jauhnya yang mengakjubkan. Konon, mereka bisa berlari 300 kilometer hanya dalam waktu dua hari.

Suku dengan populasi sekitar 70 ribu orang ini tinggal di Sierra Tarahumara, yang juga dikenal dengan nama Copper Canyon. Mereka hidup jauh dari jangkauan teknologi. Namun, ini justru membuat mereka punya ketahanan tubuh tinggi dan kamampuan berlari di atas rata-rata.

Tarahumara disematkan oleh Spanyol yang tiba di Meksiko pada abad ke-16. Mereka menyebut diri Rarámuri, yang secara harfiah berarti "mereka yang berlari cepat". Secara endonim, rarámuri merujuk laki-laki, sedangkan perempuannya mukí. Sementara, untuk jamaknya disebut omugí atau igómale.

Konon, kemampuan berlari Raramuri telah mereka miliki sejak zaman penjajahan Spanyol di Meksiko. Mereka memilih tinggal di kawasan pegunungan dan berpencar agar sulit ditangkap. Mereka juga melakukan migrasi.

Nggak Berhenti Berlari

Maria Lorena Ramirez, perempuan asli Tarahumara memenangi perlombaan lari dengan peralatan seadanya. (Jawapos/BBC)

Karena tinggal di kawasan terpencil tanpa adanya sarana transportasi yang memadai, satu-satunya yang bisa mereka lakukan untuk mencapai daerah lainnya atau saling berkunjung adalah dengan berlari. Nah, tradisi berlari ini kemudian diturunkan hingga ke anak-anak.

Secara alami mereka pun berevolusi menjadi para pelari terkuat di dunia. Mereka bisa berlari hingga ratusan kilometer dalam sehari tanpa beristirahat. Jika lelah, mereka tetap menggerakkan badan dan berjalan pelan. Setelah napas kembali lancar, mereka pun akan segera berlari kembali.

Berdasarkan buku Born to Run: A Hidden Tribe, Superathletes, and the Greatest Race in the World Has Never Seen karangan pelari Chris McDougall, orang-orang Tarahumara rajin mengonsumsi jagung, kentang, kacang-kacangan, apel, dan daging ikan.

Yang menarik, meski memelihara kambing dan sapi, mereka nggak memakan daging binatang ternak itu karena mereka hanya mengambil susu serta bulunya. Sebuah penelitian bahkan menyebutkan, orang-orang Tarahumara terbebas dari penyakit kronis layaknya kanker, serangan jantung, serta diabetes. Konon, ini karena mereka rajin berlari.

Berkaca dari para pelari Suku Tarahumara, harusnya kamu nggak mager untuk berolahraga, termasuk olahraga lari. Apa kamu perlu dijajah dulu untuk selalu berlari seperti para Raramuri ini, Millens? (Det/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024