BerandaHits
Sabtu, 14 Feb 2025 10:56

Menyeriusi Tagar #KaburAjaDulu, Menyusun Rencana Hengkang dari Indonesia

Ilustrasi: Merencanakan bekerja di luar negeri menjadi salah satu cara orang-orang menyeriusi tagar #KaburAjaDulu. (Pexels/Mike the Fabrica via Kompas)

Dua orang dari Kota Semarang sudah mulai melakukan beberapa tahapan untuk bisa bekerja di luar negeri. Mereka benar-benar menyeriusi tagar #KaburAjaDulu yang belakangan semakin menggema di media sosial.

Inibaru.id – Nggak sampai dua hari setelah menyelesaikan tes IELTS di sebuah lembaga pendidikan di Kota Semarang, teman kuliah saya dulu, Yono, melaporkan bahwa nilai yang dia dapat cukup memuaskan.

Target minimal yang diperlukan hanyalah 4,5. Namun, dia justru mendapatkan nilai 6,5. Dari hasil tes IELTS yang menurutnya sudah cukup itu, dia bermaksud meninggalkan Indonesia.

Belakangan, Yono memang mencoba menyeriusi tagar #KaburAjaDulu dari Indonesia. Umurnya masih cukup muda dan dia merasa memiliki talenta yang bakal bisa diaplikasikan di luar negeri. Hal ini dilakukan karena dia mulai merasa jengah berada di Tanah Air sendiri.

Kondisi Indonesia dalam beberapa tahun belakangan memang terasa semakin mengenaskan. Nggak hanya masuk dalam 10 besar negara dengan upah bulanan terendah di dunia, apa-apa juga terasa mahal di sini. Padahal, pelayanan umum seperti transportasi massal, kondisi jalan, hingga layanan kesehatan masih belum baik.

Biaya Hidup yang Semakin Naik

Yono merasa, biaya hidup di Indonesia kian hari semakin naik. Uang kuliah tunggal (UKT) di berbagai perguruan tinggi semakin mahal, harga properti yang semakin nggak terjangkau milenial dan gen Z, hingga sulit menabung karena biaya yang tinggi nggak berbanding lurus dengan pendapatan.

"Banyak dari mereka yang bahkan sampai nggak mau menikah atau punya anak gara-gara hal tersebut," kata dia.

Sebagai lelaki menikah yang sudah memiliki anak, Yono juga berpikir pendapatan bulanannya amat mepet. Upahnya juga ngga banyak berubah kendati sudah belasan tahun bekerja.

Maka, begitu ada kesempatan memperoleh penghidupan di negeri jiran dengan gaji yang jauh menjanjikan, tanpa pikir panjang dia langsung menyusun rencana.

Selain gaji, yang juga jadi pertimbangan buatnya adalah sistem pemerintahan di negeri tujuannya yang menurutnya terlihat jauh lebih serius mengurusi rakyatnya ketimbang di negeri ini.

Mulai Menyusun Rencana

Negara tujuan Yono adalah Selandia Baru. Dia berencana bekerja di tempat pemotongan hewan. Nah, setelah berpikir matang dan mendiskusikannya bersama keluarga, dia membulatkan tekat dan mulai menyusun rencana.

“Saya nemu lowongan di pemotongan hewan halal yang ada di Selandia Baru. Lalu, saya cari cara agar dapat pelatihan sekaligus sertifikat memotong hewan di sini. Saya ‘magang’ beberapa bulan di Rumah Pemotongan Hewan Penggaron, Kota Semarang,” ceritanya.

Pekerja perusahaan pemotongan hewan di Selandia Baru. (rnz.co.nz)

Bermodal sertifikat dari tempat itu, dia berhasil menghubungi tempat kerja yang menawarkan gaji sekitar 30-35 Dollar Selandia Baru (Rp276.000-322.000) per jam. Kini, dirinya tinggal melengkapi berkas-berkas yang diperlukan agar bisa diterima bekerja di sana.

“Tes IELTS versi General Training sudah saya lalui, tinggal ngurus SKCK di Mabes Polri, MCU, tiket dan visa. Setelah itu saya berangkat dulu. Kalau sudah tahu harus tinggal di mana, baru anak istri saya ajak,” jelasnya.

Menabung untuk Modal Deposit Uang

Berbeda dengan Yono yang sudah tinggal selangkah lagi bisa keluar dari Indonesia, Rida sepertinya harus menempuh jalan yang lebih panjang. Perempuan yang sehari-hari bekerja di tempat les bahasa di Kota Semarang ini mengaku baru di fase yang sangat awal untuk pergi ke luar negeri

"Aku baru menabung. Masih sangat panjang, tapi ini jalan pertama yang harus ditempuh," tuturnya.

Rida mengaku nggak tertarik pergi dengan opsi kuliah S2 di luar negeri terlebih dahulu, apalagi memakai beasiswa dari pemerintah Indonesia. Alasannya, dia pengin langsung bekerja saja di luar negeri.

“Saya menabung untuk modal deposit uang untuk bisa dapat working holiday visa (WHV) ke Australia. Uangnya juga nanti buat modal tes IELTS dan kebutuhan lain," akunya.

Terinspirasi dari Media Sosial

Rida mengaku, rencana bekerja di luar negeri dengan WHV ini terinspirasi dari tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Apalagi, sebagai generasi sandwich, dia merasa kehidupan ekonominya nggak akan berubah kalau tetap berada di Indonesia.

Dia yakin, kalau nggak ada halangan, dalam kurun kurang dari dua tahun modal deposit yang dia tabung bisa terkumpul, lalu segera bisa memutuskan untuk bekerja di luar negeri.

"Saya paham, dapat WHV nggak menjadi jaminan bisa langsung dapat kerja. Gajinya juga belum tentu langsung bagus. Namun, setidaknya itu bisa jadi awal buat saya nanti untuk mengenal dunia kerja di luar negeri," ujarnya.

Menurutnya, itu lebih baik ketimbang terus berada di Indonesia. Sejujurnya, dia kecewa dengan kondisi ekonomi belakangan ini yang semakin terasa sulit.

Dia khawatir, jika terus tinggal di Tanah Air, adiknya nggak punya kesempatan kuliah karena terkendala biaya. Sementara di luar negeri, dia masih bisa mengirim uang ke rumah untuk biaya adiknya kuliah.

“Di sini (Indonesia) mau berharap apa lagi? Sesederhana cari tabung gas melon buat masak saja keluarga kami yang dari kalangan kelas bawah malah dipersulit. Masak harus cari tabung gas non-subsidi yang mahal dan bikin pengeluaran kami makin parah? Saya sendiri sudah nutup cita-cita jadi dosen yang kariernya juga sepertinya semakin nggak menjanjikan di sini,” cercanya, lalu tertawa.

Keseriusan kedua teman saya mengaplikasikan tagar #KaburAjaDulu ini sepertinya juga dilakukan banyak orang. Ehm, ya mirip-mirip sama kepala desa di Ciamis yang memilih meletakkan jabatannya untuk kerja di Jepang itu! Ha-ha. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: