BerandaHits
Kamis, 9 Mei 2018 16:34

Menjelajah Masa Lalu di Kota Lama Semarang

Pengerjaan jalan di depan Gereja Blenduk dan Taman Srigunting. (inibaru.id/Putri Rachmawati)

Kota Lama adalah potongan sejarah Kota Semarang. Sempat menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan, kawasan yang dipenuhi bangunan kuno bergaya kolonial Belanda ini sempat mangkrak puluhan tahun. Kini, Kota Lama kembali direvitalisasi. Hm, mau jadi apa lagi?

Inibaru.id – Bangunan-bangunan bergaya Eropa dengan pintu dan jendela berukuran raksasa menjadi pemandangan pertama saat kita memasuki kawasan Kota Lama Semarang. Berada di sini seperti berada di kota yang sama sekali berbeda dengan Kota Semarang. Yap, kita seolah terlempar ke masa lalu.

Kawasan yang berada di Semarang Utara ini memang awalnya dibangun dan dipakai pemerintah kolonial Belanda. Wilayah yang biasa disebut sebagai Little Netherland ini menjadi pusat pemerintahan, pemukiman, serta kawasan perdagangan pada masa penjajahan Belanda. Maka, nggak heran kalau tata tempat, bangunan, serta suasananya Belanda banget!

Namun, ketika masa penjajahan itu berakhir, kawasan ini ditinggalkan dan menjadi nggak terurus. Beberapa bangunan memang sekarang difungsikan sebagai museum, tempat hiburan, kafe, restauran, dan lain-lain. Namun nggak sedikit yang dibiarkan kosong sehingga lambat laun menjadi lapuk dan usang.

Salah satu gedung yang mangkrak di Kota Lama Semarang (inibaru.id/Faidah Umu)

Kondisi bangunan-bangunan yang nggak terpakai ini begitu tragis. Tembok-tembok bangunan itu mulai runtuh dan dirambati tanaman liar. Ruangan kosong di gedung-gedung itu dijadikan sarang kelelawar. Setelah begitu lama diterpa panas dan hujan tanpa ada perawatan, bangunan-bangunan itu kemudian roboh.

Namun kini, bangunan bersejarah yang nggak terawat itu mulai teratasi dengan program revitalisasi Kota Lama yang tengah dilangsungkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Program tersebut dilatarbelakangi oleh UNESCO yang mencanangkan status kota lama Semarang sebagai world heritage.

Kendati demikian, revitalisasi sejatinya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Terlebih, Kota Lama merupakan area bisnis, tempat rekreasi, dan tempat event-event diselenggarakan. Ahli konservasi cagar budaya Kriswandono menjelaskan, diperlukan sinkronisasi antara program dengan stakeholder yang bertumbuh di Kota Lama.

Proses revitalisasi jalanan di kota lama membuat kemacetan (inibaru.id/Putri Rachmawati)

“(Revitalisasi) ini akan jadi masalah kalau nggak ada sinkronisasi antara pemerintah dan stakeholder. Nah, ini sudah jadi tugas pemerintah untuk mengomunikasikan kepada masyarakat setempat supaya paham. Lalu, juga harus dijelaskan kota lama mau dibawa ke mana? Dijadikan destinasi wisata atau apa, perlu disiarkan,” ungkapnya kepada Inibaru.id di Semarang belum lama ini.

Kriswandono mengatakan, Kota Lama yang sudah dinyatakan sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB) juga harus menjadi pertimbangan dalam proses revitalisasi ini. Segala perombakan harus berbasis pada cagar budaya. Artinya, nggak bisa sembarangan mengubah bentuk dan warna gedung, jalan, taman, dan segala fasilitas yang ada sana.

Menurut Kriswandono, ada dua hal mendasar yang menyangkut kecagarbudayaan. Pertama, autentitas dan integritas, kemudian yang kedua adalah pemahaman tentang minimum intervention.

Revitalisasi Gedung Marba (inibaru.id/Putri Rachmawati)

Kedua hal itu, tutur Kriswandono, memiliki kesimpulan bahwa segala struktur yang ada di Kota Lama harus dijaga keaslian dan keutuhannya. Lalu, jika harus ada revitalisasi terhadap struktur-struktur tersbut, kalau bisa seminimal mungkin. 

“Jadi, untuk melakukan revitalisasi memang ada caranya, teknik, dan ilmu tersendiri. Memang harus ada ahli dalam program ini, supaya nilai Kota Lama sebagai warisan budaya Kota Semarang nggak hilang,” pungkasnya.

Kota Lama kini memang sudah banyak berubah. Semoga apa yang sekarang dikerjakan pemerintah akan membawa perubahan yang baik ya, Millens. (Faidah Umu/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: