Inibaru.id - Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Jepang, pasti tahu dong kalau KitKat di sana bukan sekadar camilan cokelat biasa. Di Negeri Sakura ini, KitKat hadir dalam beragam rasa yang mungkin belum pernah kamu lihat di Tanah Air seperti rasa wasabi, sake, hingga ubi ungu!
Uniknya lagi, hampir setiap prefektur (semacam provinsi) di Jepang punya rasa KitKat khas yang mewakili identitas daerahnya. Artinya KitKat bukan cuma camilan yang manis di lidah, tapi juga kaya cerita budaya.
KitKat memang sudah jadi bagian dari budaya pop Jepang. Tapi bagaimana bisa cokelat batangan ini berubah jadi simbol daerah dan bahkan suvenir wajib nggak resmi bagi turis asing? Jawabannya ada di perpaduan pintar antara inovasi, identitas lokal, dan sedikit keberuntungan.
Dari Camilan Biasa Menjadi Simbol Sukses
Kalau menurut keterangan Japandaily, (24/6/2025), KitKat sudah masuk ke pasar Jepang pada tahun 1973. Namun, popularitasnya baru benar-benar meledak saat Nestlé Jepang menyadari sebuah kebetulan yang manis, yaitu “KitKat” terdengar mirip dengan kitto katsu (きっと勝つ), frasa Bahasa Jepang yang berarti “pasti menang.”
Frasa ini sering digunakan sebagai penyemangat, terutama untuk siswa yang sedang menghadapi ujian. Sejak saat itu, KitKat bukan cumad dibeli sebagai camilan, tapi juga menjadi jimat keberuntungan yang diberikan orang tua untuk anak-anaknya.
Rasa Daerah yang Punya Cerita
Berangkat dari kecintaan orang Jepang terhadap produk lokal, Nestlé Jepang mulai mengembangkan KitKat dengan rasa khas tiap prefektur. Tujuannya? Mengangkat kekayaan kuliner daerah sekaligus menciptakan pengalaman unik lewat satu gigitan manis.
Sebagai contoh, di Prefektur Shizuoka, ada KitKat rasa wasabi yang menawarkan rasa pedas segar dari wasabi asli daerah ini yang dipadukan dengan cokelat putih. Sementara itu, di Prefektur Niigata yang dikenal dengan produksi minuman sake, ada KitKat dengan rasa sake yang elegan dan aroma yang lembut.
Di Prefektur Kagoshima, ada KitKat dengan varian ubi ungu yang menghadirkan rasa manis alami dan tekstur lembut dari ubi khas selatan Jepang. Ada juga varian KitKat lain seperti matcha dari Kyoto, apel dari Aomori, hingga kacang merah dari Hokkaido. Setiap varian KitKat ini seperti mengajak kita “berkeliling” Jepang lewat indera pengecap.
Koleksi Rasa yang Bikin Ketagihan
KitKat edisi daerah ini nggak dijual sembarangan, lo. Biasanya hanya tersedia di prefektur asalnya atau di bandara tertentu. Hal ini justru menambah nilai eksklusif dan jadi alasan kenapa banyak orang berburu KitKat saat traveling. Ada juga yang sengaja mengoleksi semua rasa, layaknya koleksi perangko atau kartu pos.
Musim juga jadi inspirasi unik. Saat sakura mekar, KitKat rasa bunga sakura hadir dalam kemasan cantik. Musim dingin? Siap-siap disambut rasa chestnut panggang atau rum raisin yang hangat di lidah. Kreatif banget, kan?
Apa yang membuat KitKat Jepang begitu spesial adalah keberaniannya bermain rasa tanpa melupakan akar budaya. Nestlé Jepang tidak asal pilih rasa. Mereka melakukan riset dan bekerja sama dengan produsen lokal agar rasa yang dihasilkan benar-benar mencerminkan daerah tersebut.
Contohnya, rasa apel Shinshu dari Nagano yang memakai buah asli dari daerah itu, atau rasa yatsuhashi dari Kyoto yang terinspirasi dari mochi kayu manis lokal. Inovasi ini tidak hanya membuat KitKat jadi menarik, tapi juga jadi “jendela kecil” untuk mengenal Jepang lebih dalam.
Lebih dari Sekadar Cokelat
KitKat di Jepang adalah contoh sempurna bagaimana sesuatu yang sederhana bisa jadi luar biasa. Lewat cokelat, Nestlé berhasil menciptakan koneksi emosional, membangun kebanggaan lokal, dan memberi pengalaman rasa yang tak terlupakan.
Jadi, kalau kamu ke Jepang, jangan lupa cicipi KitKat khas daerah yang kamu kunjungi. Siapa tahu, gigitan kecil itu bisa membawa kamu pada cerita besar tentang rasa, budaya, dan keunikan Jepang yang tak habis-habisnya, Gez! (Arie Widodo/E07)
