BerandaHits
Selasa, 24 Jul 2023 20:04

Masjid Al Mahdi Magelang, Masjid dengan Arsitektur Mirip Kelenteng

Masjid Al Mahdi dengan arsitektur Tionghoa di Magelang. (Instagram.com/ion.hazardas)

Kalau nggak ada tulisan Masjid Al Mahdi di depannya, barangkali orang bakal mengira kalau bangunan ini adalah sebuah kelenteng. Apa sih alasan masjid ini dibangun dengan arsitektur Tionghoa?

Inibaru.id – Kalau kamu lewat di Jalan Delima Raya, Kompleks Perumahan Armada Estate, Kelurahan Kramat Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah, pasti bakal menemukan sebuah bangunan yang sangat nggak biasa. Bentuknya sangat mirip dengan kelenteng. Tapi di depan bangunan tersebut ada tulisan Masjid Al Mahdi.

Masjid tersebut memang memiliki arsitektur Tionghoa yang sangat kuat. Bentuk atap dan keberadaan belasan tiang berwarna merah semakin memperkuat nuansanya. Di sisi masjid, juga ada menara dengan tinggi 5 meter dengan empat tingkat yang dijadikan tempat pengeras suara. Layaknya bangunan utama masjid, menara tersebut juga dibuat dengan arsitektur khas bangunan Tionghoa.

Layaknya kelenteng beneran, kamu juga bakal melihat lampion digantung di antara tiang-tiang selasar depan masjid. Warnanya merah dan jumlahnya 11. Setiap lampion diberi tambahan kaligrafi asmaul husna.

Karena ukurannya kecil, yaitu 290 meter persegi, tentu saja masjid ini nggak mampu menampung banyak orang. Kalau penuh, bagian dalamnya hanya muat dijadikan tempat ibadah 120 jemaah.

Bagi jemaah yang nggak kebagian tempat di dalam, bisa beribadah di serambi. Terkadang, pengelola masjid juga menggelar karpet di halaman sehingga lebih banyak orang bisa beribadah di sana seperti saat salat Jumat.

Mengapa Dibuat dengan Arsitektur Tionghoa?

Masjid Al Mahdi dibangun oleh seorang warga keturunan Tionghoa. (IG/bank_mamad)

Kamu pasti bisa menebaknya, Millens. Yap, yang membangun adalah warga keturunan Tionghoa. Namanya adalah Kwee Giok Yong yang kini sudah berusia 53 tahun. Dia tinggal di hunian yang ada persis di belakang masjid. Masjid ini baru dibangun pada Agustus 2016 lalu.

“Sebelum jadi masjid, dulunya adalah rumah. Butuh setidaknya 8 bulan untuk menyelesaikan pembangunannya,” cerita laki-laki yang kini lebih akrab dipanggil dengan Mahdi sebagaimana dilansir dari Magelangekspress, Sabtu (22/7/2023).

Mahdi mengaku terinspirasi untuk membangun masjid dengan arsitektur tersebut setelah melihat masjid-masjid di Tiongkok dengan matanya sendiri.

“Saya pernah ke Tiongkok dan tahu kalau di sana bangunan seperti ini dipakai sebagai masjid dan rumah-rumah warga. Jadi nggak hanya khas jadi kelenteng. Dengan membuat masjid seperti ini, saya pengin nunjukkin kalau Islam ada di mana-mana,” lanjutnya.

Omong-omong, Mahdi ini mualaf Millens. Penyebabnya, saat masih kecil, Mahdi tinggal di Jakarta dan punya banyak teman dengan agama Islam. Dia pun sering melihat teman-temannya mengaji di musala. Ternyata, hal itu membuatnya mantap memeluk Islam.

“Saya mualaf pas kelas 4 SD. Nggak dipengaruhi siapa-siapa. Dulu pas Maghrib sampai Isya banyak anak mengaji. Saya nungguin mereka selesai agar bisa bermain bersama. Pas denger suara ngaji hatinya tenteram gitu,” ceritanya.

O ya, kalau kamu tertarik melihat langsung Masjid Al Mahdi di Magelang ini, nggak harus ngepasin waktu salat. Kamu juga bisa datang pas ada kegiatan ilmu tentang fiqih, hadist, tafsir, dan lain-lain. Di sana, ada juga aktivitas belajar Alquran bagi anak-anak pas sore hari. Sepertinya seru banget ya kalau ikut kegiatan-kegiatan tersebut dengan arsitektur Tionghoa yang sangat cantik ini, Millens. Setuju? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024