Inibaru.id - Karakter nyeleneh kayak Tung Tung Tung Sahur atau Ballerina Cappuccina lagi naik daun di TikTok. Gaya visual yang aneh, suara nggak biasa, dan bentuk karakternya yang “nggak masuk akal” justru bikin banyak anak-anak, terutama Gen Alpha ketagihan nonton.
Tapi, tahu nggak sih? Di balik tampilan yang lucu dan absurd, konten meme anomali atau yang disebut juga “brainrot content” ini ternyata bisa berdampak serius ke perkembangan otak anak, lo!
Dr. Taufiq Pasiak, ilmuwan otak sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, menyebut tren ini sebagai bentuk keinginan anak untuk keluar dari arus utama alias anti-mainstream. Tapi sayangnya, kalau dikonsumsi terus-menerus, ada risiko nyata buat kesehatan mental dan perkembangan otak mereka.
"Sebenarnya kalau dilihat, simpel saja. Anak-anak suka keluar dari sesuatu yang mainstream. Mereka ingin keluar dari hal-hal yang sifatnya menjadi isu utama," kata ilmuwan otak sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, Dr. dr. Taufiq Pasiak, M.Kes., M.Pd.I. melansir Kompas, Selasa (29/7/2025).
Kok Bisa Bahaya? Ini Penjelasannya
1. Overstimulasi & Ketagihan
Meme anomali biasanya pakai warna ngejreng, efek suara yang ‘ganjil’, dan visual cepat yang bikin otak terpacu terus. Nah, hal ini bisa picu pelepasan dopamin, hormon yang bikin orang merasa tertarik atau ‘nagih’.
Menurut The Guardian (29/7/2025), terlalu sering terpapar konten kayak gini bisa bikin anak jadi susah menikmati hal-hal sederhana. Otaknya keburu terbiasa sama sensasi ekstrem.
2. Bikin Sulit Fokus
Konten pendek dan cepat juga bisa ngaruh ke kemampuan fokus anak. Otak mereka jadi terbiasa sama informasi yang gonta-ganti dalam hitungan detik. Padahal, bagian otak yang ngatur fokus dan kontrol diri, namanya korteks prefrontal belum sepenuhnya matang di usia anak-anak. Akibatnya? Anak bisa kesulitan buat konsentrasi dan mengatur waktu.
3. Emosi Jadi Nggak Stabil
Pernah lihat meme aneh yang gambarnya kekerasan tapi dibungkus dengan musik ceria? Nah, ini bikin anak bingung. Mereka jadi nggak ngerti kapan harus sedih, kapan harus tertawa, atau kapan harus marah. Menurut Dr. Taufiq, situasi ini bisa bikin anak kesulitan dalam mengenali dan mengelola emosinya sendiri.
4. Imajinasi Jadi Lompat-Lompat
Konten edukatif biasanya punya alur: ada sebab-akibat, ada pesan moral. Tapi meme anomali? Serba absurd dan acak. Anak yang terlalu sering menonton konten semacam ini bisa mengalami gangguan metakognisi yaitu kemampuan untuk memahami cara berpikir mereka sendiri. Akibatnya, alur berpikir anak jadi nggak logis dan loncat-loncat.
5. Nilai Moral Jadi Kabur
Yang jahat bisa kelihatan lucu, yang baik malah tampak menyeramkan. Kalau terus-menerus dikonsumsi, anak bisa bingung membedakan mana yang baik dan buruk. Ini bisa bentrok sama nilai-nilai moral yang diajarkan orangtua di rumah.
Lalu, Harus Gimana?
Nggak semua konten AI atau meme kreatif itu buruk, kok. Tapi, penting banget buat orangtua (atau siapa pun yang punya anak kecil di sekitarnya) buat lebih aktif memantau dan menyaring konten yang mereka konsumsi. Sesekali nonton konten lucu oke lah, tapi jangan sampai jadi kebiasaan yang mematikan kemampuan berpikir sehat anak.
Orangtua juga bisa mulai mengenalkan tontonan edukatif yang tetap seru dan sesuai usia. Ingat, otak anak masih berkembang. Pilihan tontonan hari ini bisa membentuk cara mereka berpikir dan merasa di masa depan.
Lucu boleh, tapi tetap harus sehat buat otak. Buat kamu yang sudah punya anak, yuk, dampingi mereka supaya tetap waras di tengah gempuran konten absurd yang viral di internet, Gez! (Siti Zumrokhatun/E05)
