BerandaHits
Minggu, 28 Des 2019 10:02

Layur Dengungkan Bunyi Antardimensi, Penerapan dari Seni Rupa

Layur diciptakan Andy Sueb pada 2017. (Inibaru.id/ Audrian F)

Layur dibuat Andy Sueb pada 2017. Buatnya bunyi alat ini dapat menembus berbagai dimensi sehingga nggak hanya manusia yang bisa menikmatinya. Layur memiliki nilai spiritual.<br>

Inibaru.id - Sewaktu menonton grup musik eksperimental “Tridhatu” saya mendapati ada personelnya yang memainkan alat musik yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Namanya adalah Layur. Lantaran masih langka, menguliknya tentu sangat menarik.

Saya menyambangi rumah sang pencipta alat musik ini yaitu, Andy Sueb, Kamis (19/12). Sebetulnya dia melakoni hidupnya bukan sebagai musikus. Namun lebih sebagai perupa dan desainer visual. Bahkan setengah dari rumahnya digunakan sebagai studio lukis. Banyak karya visualnya yang digunakan oleh berbagai macam produk. Lalu mengapa dia sampai membuat alat musik ini?

“Kalau di dunia seni rupa, tanpa karya kamu akan dikatakan bullshit. Maka dari itulah saya membuat layur,” ujar pria lulusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini. “Tapi bukan berarti saya nggak menganggap penting alat musik lain ya,” tegasnya.

Andy Sueb sang pencipta musik Layur. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Andy Sueb menjelaskan kalau Layur ini sebetulnya merupakan “instalasi” dengan kata lain yaitu sebagai penerapan dari ilmu seni rupa. Dia merujuk pada mata kuliah Nirmala saat membuat Layur ini.

“Di seni rupa itu ada prinsip titik, garis, dan warna. Nah, di Layur ini menerjemahkan “titik” melalui bunyi. Kalau di musik konvensional 'DoReMiFaSoLaSiDo', kalau di Layur nggak seperti itu. Ini menerjemahkan seni rupa dengan bunyi,” kata Andy.

Saya pernah mendengar kata orang kalau bunyi layur bisa memunculkan hal magis tapi Andy nggak sependapat. Dia nggak pernah bermaksud menimbulkan citra itu. Namun, dia pasrah saja kalau penerimaan masyarakat demikian.

Bagian-bagian Layur terdiri dari besi karimba, kecapi, bass, singing bowl dan kayu jati. Semua perpaduan perkakas itu dimainkan Andy Sueb dengan piawai. Besi karimba inilah yang berfungsi meresonansi bunyi.

“Saya memang nggak terlalu pandai bermain musik, tapi setidaknya kuping saya peka dalam menangkap. Itulah yang mendasari terbentuknya berbagai macam chord versi Layur ini,” ujarnya.

Oh, iya, karena menganggap berbagai benda itu juga memiliki nyawa, Andy Sueb selalu memberi bunga kamboja atau dupa dengan alasan agar lebih wangi. Ya, sama seperti orang hidup yang butuh mandi. He

Alat musik Layur terdiri dari berbagai komponen. (Inibaru.id/ Audian F)<br>

Soal bunyi layur yang berbeda dengan alat musik lain, Andy Sueb kembali menjabarkan kalau bunyi tersebut bisa menyentuh berbagai dimensi. Jadi yang mendengar nggak hanya manusia.

“Bagi saya, bunyi Layur ini memiliki kadar nilai spiritual. Spiritual berbeda dengan mistis lo ya. Spritual itu suci. Gamelan itu bagi orang-orang zaman dahulu keren. Sebab orang-orang dulu ukuran kontemplasinya masih tinggi. Berbeda dengan sekarang yang dipenuhi ingar-bingar. Makanya nggak banyak yang menikmati. Nah, begitulah bunyi Layur jika digambarkan,” jelasnya.

Nah, jadi itulah penjelasan dari alat musik Layur. Kamu sudah pernah mendengar alat musik ini dimainkan belum, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024