BerandaHits
Rabu, 11 Jun 2024 17:43

Konferensi SEAPAVAA ke-28 di Solo Bahas Pengarsipan Digital

Arsip digital memerlukan pengelolaan yang kompleks. (via djp)

SEAPAVAA bertujuan untuk mengembangkan pengarsipan film dan video, serta mengatasi masalah-masalah terkait pengumpulan, pelestarian, dan penyediaan akses terhadap warisan audiovisual negara-negara anggota.

Inibaru.id - Pelestarian lingkungan tentu menjadi hal yang penting, namun pelestarian arsip juga nggak kalah penting. Bagaimana pun, budaya bisa diwariskan kepada generasi mendatang bila terkumpul dengan baik. Upaya pengarsipan ini menjadi lebih menantang di zaman digital.

Karena itu, banyak negara saling bekerjasama untuk menemukan cara mengelola arsipnya dengan lebih baik. Itulah yang dilakukan negara-negara di Asia Pasifik ini. Mereka bergabung untuk membentuk South East Asia–Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA).

Total sudah ada 28 konferensi SEAPAVAA yang digelar. Pada konferensi ke-28 yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah ini, ratusan peserta dari 21 negara hadir. Berlangsung pada 9-14 Juni, konferensi ini mengusung tema "Navigating New Horizons in Audiovisual Archiving."

Pemilihan Jawa Tengah sebagai tuan rumah nggak terlepas dari keberadaan Lokananta, pionir arsip audiovisual di Indonesia. Lokananta, yang didirikan pada tahun 1956, adalah perusahaan rekaman milik negara Indonesia.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Jawa Tengah, Haerudin menyoroti bahwa perkembangan teknologi informasi di era digital telah membawa dampak signifikan dalam bidang kearsipan.

Konferensi SEAPAVAA ke-28. (Diskominfo Jateng)

"Di era digital, pengelolaan arsip elektronik menjadi tren sekaligus fokus dalam berbagai instansi. Namun, arsip elektronik memerlukan pengelolaan yang lebih kompleks dibandingkan arsip fisik," jelas Haerudin. Tantangan tersebut meliputi aspek legalitas, kebijakan, infrastruktur, dan sumber daya manusia.

Haerudin juga mengungkapkan bahwa Jawa Tengah adalah pionir dalam penciptaan arsip audiovisual dengan berdirinya Lokananta, yang memainkan peran penting dalam merekam berbagai kegiatan kenegaraan, seperti pidato Presiden Sukarno.

"Kami berusaha melestarikan produk Lokananta dan mengemasnya agar menarik bagi generasi muda," tambahnya.

Dia berharap Konferensi SEAPAVAA dapat berjalan lancar dan membawa manfaat bagi kemajuan bidang kearsipan. "Kami mengapresiasi konferensi SEAPAVAA dan berharap acara ini sukses serta membawa manfaat bagi bidang kearsipan, khususnya audiovisual," kata Haerudin.

Karen Chan, Presiden SEAPAVAA 2024 menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan acara tahunan rutin, dan Indonesia telah menjadi tuan rumah sebanyak tiga kali. Sebelumnya, kegiatan ini digelar di Jakarta pada 1997 dan di Bandung pada 2009.

"Konferensi ini melibatkan anggota SEAPAVAA dan berbagai komunitas kearsipan, perpustakaan, serta museum untuk berbagi pengetahuan terkait penyelamatan dan pengelolaan arsip audiovisual," jelas Karen Chan.

Selain itu, konferensi ini bertujuan memperluas akses terhadap arsip yang ada dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. "Kami berbicara tentang memperluas akses terhadap arsip dengan memanfaatkan perkembangan teknologi," tambah Karen Chan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Arsip Nasional Indonesia (ANRI), Imam Gunarto menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi anggota SEAPAVAA sejak awal berdirinya organisasi ini pada tahun 1996.

"Dengan terlibatnya Indonesia dalam SEAPAVAA, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang merawat arsip serta memperluas akses ketersebaran arsip," ungkap Imam Gunarto.

Selain ANRI, berbagai komunitas pengelola arsip film dan audiovisual dari Indonesia juga terlibat dalam SEAPAVAA.

Sebagai informasi, SEAPAVAA adalah asosiasi komunitas arsip audiovisual terbesar di Asia Tenggara dan Pasifik, yang didirikan di Manila, Filipina pada Februari 1996. Asosiasi ini bertujuan untuk mengembangkan pengarsipan film dan video, serta mengatasi masalah-masalah terkait pengumpulan, pelestarian, dan penyediaan akses terhadap warisan audiovisual negara-negara anggota.

Hm, menarik ya? Semoga nggak ada lagi mozaik sejarah yang hilang gegara pengarsipan yang amburadul. (Siti Zumrokhatun/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024