BerandaHits
Rabu, 2 Sep 2025 15:48

Komersialisasi Konflik yang Tengah Mengancam Ruang Digital Indonesia

Ilustrasi: Merekam aksi massa yang ricuh secara live untuk mendapatkan keuntungan adalah bentuk komersialisasi konflik. (Yesmagazine)

Dari live streaming aksi massa di DPR yang berujung konflik antara demonstran dengan aparat, ada keuntungan yang didapatkan para kreator, bahkan diyakini ada yang sengaja mendanai. Praktik komersialisasi konflik itulah yang saat ini tengah mengancam ruang digital kita.

Inibaru.id - Demonstrasi besar-besaran di Indonesia yang berujung konflik antara massa aksi dengan aparat sejak 25 Agustus dan belum berangsur kondusif hingga saat ini memunculkan satu temuan baru. Pemerintah berasumsi, live streaming di Tiktok sangat rentan ditunggangi kepentingan.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkap, aliran dana dalam jumlah besar terpantau mengalir melalui platform digital selama aksi massa yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir. Kuat dugaan, aliran dana itu digunakan untuk mendanai aktivitas provokatif selama demo.

Meutya menyebutkan, lonjakan laporan masyarakat yang masuk ke Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menggambarkan betapa derasnya arus konten provokatif di dunia maya.

“Indikasi awal menunjukkan adanya upaya terkoordinasi untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana provokasi,” ungkap Meutya melalui akun Instagram resminya, Senin (1/9/2025).

Monetisasi Kekacauan via Live Streaming

Alih-alih menjadi ruang komunikasi produktif, Meutya menilai, media sosial justru kian rentan diperalat untuk menyebarkan ujaran kebencian, provokasi, hingga seruan penjarahan. Yang mengejutkan, praktik monetisasi justru muncul lewat fitur live streaming.

Meski saat ini fitur live streaming sejumlah medsos seperti Tiktok sudah dinonaktifkan, beberapa akun sempat terpantau menayangkan aksi kekerasan secara maraton dan menerima donasi digital serta gifts dalam jumlah besar.

“Sejak beberapa hari terakhir, kami juga memantau adanya aliran dana ini. Konten kekerasan dan anarkisme disiarkan secara langsung (live streaming) dan dimonetisasi lewat fitur donasi; beberapa akun yang terlibat terhubung dengan jaringan judi online,” jelas Meutya.

Pola ini membuat pemerintah meyakini bahwa aksi provokasi di media sosial bukanlah fenomena spontan, melainkan gerakan terorganisir dengan insentif finansial nyata.

Bukan Cerita Pertama

Akan selalu ada orang yang melakukan komersialisasi konflik, termasuk memonetisasi live streaming aksi massa di Indonesia yang berujung ricuh hari-hari ini. (VOI/Bambang E Ros)

Komersialisasi konflik bukanlah kata baru. Fenomena ini terjadi sudah sangat lama, bahkan jauh sebelum medsos menjadi platform yang dipakai sebagaian besar orang seperti sekarang ini. Namun, ia kian kentara di era digital sekarang karena jangkauannya bisa jauh lebih luas.

Kamu mungkin masih ingat bagaimana sebagian warganet memonetisasi serangan Hamas kepada Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Terlepas bahwa konflik ini kini berubah menjadi genosida yang menewaskan banyak sekali warga Palestina, saat itu ada sejumlah kreator Tiktok yang melakukan “live matches” serangan itu.

Mereka melakukan role play; satu kreator berperan sebagai pihak Israel, sedangkan lainnya Palestina; padahal mereka nggak benar-benar memiliki hubungan langsung dengan keduanya. Kedua kreator terus mendorong para pengikutnya untuk mengirimkan hadiah virtual. Yang terbanyak selama lima menit adalah pemenangnya.

Dikutip dari Wired (26/10/2023) keduanya live selama berjam-jam untuk meraup keuntungan besar dari tragedi kemanusiaan yang sejatinya sama sekali nggak mereka pedulikan. Hal serupa juga terjadi pada konflik India-Pakistan belum lama ini, bahkan pada penyerbuan Gedung Capitol di AS pada 2021 lalu.

Masyarakat Harus Waspada

Dengan sudut pandang yang berbeda, upaya memonetisasi konflik juga dilakukan di Indonesia. Untuk alasan inilah Meutya mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati. Menurutnya, ada yang tengah memanfaatkan ruang digital untuk menggerakkan massa sekaligus mengubah kekacauan menjadi sumber keuntungan pribadi.

"Jangan terpancing provokasi atau ikut menyebarkan informasi yang belum terverifikasi," tegasnya.

Sementara itu, founder Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja memastikan bahwa fenomena ini termasuk monetisasi konflik sosial. Hal ini berbahaya karena berpotensi merusak integritas gerakan sosial. Ketika aliran dana mendominasi, motivasi finansial bisa menggantikan aspirasi murni.

"Kepolisian telah melakukan pemantauan khusus terhadap live streaming selama demonstrasi, dan menemukan banyak akun yang secara sadar mengejar keuntungan lewat donasi," ujarnya.

Merujuk pada istilah bad news is a good news, meski mati-matian ditutupi, pada dasarnya manusia suka melihat konflik, baik di ranah individu maupun kelompok. Setali tiga uang, konten tentang konflik di ruang digital juga selalu punya pasar, membuatnya begitu rentan untuk dikomersialisasi. (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: