Inibaru.id – Raja Salman bin Abdul Aziz dari Arab Saudi menepati janjinya membangunkan sebuah stadion sepak bola untuk Irak. Dengan kapasitas 135 ribu kursi, stadion yang akan dibangun tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu stadion terbesar di dunia.
Pembangunan stadion ini diberikan Saudi sebagai hadiah untuk Irak yang memenangkan duel kedua timnas dengan skor telak 4-1 di hadapan 65 ribu penonton mereka di Stadion Basra Sport City, Irak, Rabu (28/2/2018).
Ggol-gol Irak tercipta berkat bunuh diri bek Arab Saudi Saeed Al Yami pada menit ke-21. Kemudian, penyerang Irak Emad Mohsin mencetak gol pada menit ke-47, dan dua gol lagi dari penyerang mereka yang lain, yakni Muhamad Ali (ke-51 dan 71). Sementara, satu-satunya gol Arab Saudi disumbang Hassan Muath Fallatah pada menit ke-57.
Baca juga:
Ketika Penggemar Dua K-Pop Bersaing di iHeartRadio Music Awards
Menakar Posisi Dangdut di Indonesia
Seperti ditulis CNN Indonesia, Senin (12/3/2018), Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan dia mendapat telepon dari Raja Salman yang membahas tentang pembuatan stadion.
"Saya menerima sebuah sambungan telepon dari Raja Salman bin Abdul Aziz. Dia memberi selamat atas kemenangan Irak dalam pertandingan persahabatan, dan mengekspresikan kesiapan serta komitmen untuk memperluas hubungan positif antara Irak dan Arab Saudi pada tingkatan yang berbeda," kata Al-Abadi.
Kedua pemimpin tersebut juga membahas bagaimana meningkatkan dan memperkuat kerja sama antara kedua negara, seperti hubungan ekonomi, komersial, komunal, kultural, dan semua tingkat yang menjadi kepentingan kedua negara.
Raja Salman juga menawarkan kontribusi Arab Saudi untuk membuat stadion utama di Irak, yakni Basra Sport City, supaya bisa mengakomodasi 100 ribu orang.
Baca juga:
Varietas Padi yang Ditanam Udin Tumbuh Hingga 2 Meter
Bekraf Coba Selesaikan Masalah Delegasi ERK ke SXSW 2018
"Kami menyambut inisiatif tersebut (pembuatan stadion) dan hal itu sudah disampaikan ke kabinet pemerintahan Irak," ucap Al-Abadi.
Pembicaraan via telepon ini merupakan indikasi terbaru membaiknya hubungan antara kedua negara yang sudah berselisih selama puluhan tahun, dimulai dengan invasi Irak di Kuwait pada 1990. (ANG/GIL)