BerandaHits
Sabtu, 13 Okt 2023 09:04

Jaga Mental, Terpapar Pemberitaan Kasus Bunuh Diri Bisa Berakibat Fatal

Ilustrasi: Pemberitaan tentang kasus bunuh diri yang masif di dunia maya bisa memberikan dampak buruk bagi kita. (Shutterstock)

Pemberitaan kasus bunuh diri akhir-akhir ini sering kita dengar. Jangan anggap sepele hal tersebut karena itu juga bisa memberikan dampak negatif!

Inibaru.id - Kamu yang tinggal di Semarang maupun Jawa Tengah pasti terkaget mendengar berita akhir-akhir ini. Dalam kurun waktu dua hari telah terjadi aksi bunuh diri yang dilakukan oleh dua mahasiswi Semarang. Kasusnya memang nggak saling berhubungan, tapi kejadian yang hampir bersamaan ini sangat membuat prihatin banyak orang.

Di samping permasalahan bunuh diri itu sendiri, mari coba kita tengok yang terjadi di media sosial soal pemberitaan kasus ini yang masif! Begitu banyak konten yang menjelaskan secara gamblang dan detail informasi terkait peristiwa bunuh diri dua mahasiswi itu. Bahkan, surat wasiat diunggah di sana sini sehingga netizen bisa membacanya dengan mudah.

Pemberitaan yang begitu detail dan sering muncul di beranda kita itu rupanya bisa memberikan dampak buruk pada mental seseorang. Lebih parah lagi, konten-konten itu juga bisa memicu aksi bunuh diri lainnya.

Hal itu diungkapkan oleh Hudaniah, seorang psikolog dari Universitas Muhammadiah Malang (UMM). Menurutnya, setiap informasi itu akan membawa konsekuensi dua sudut, yakni positif dan negatif. Dampak positifnya berarti informasi yang diterima bisa menjadi evaluasi bahwa tindakan bunuh diri itu merugikan.

"Akan tetapi bisa juga jadi informasi untuk melakukan hal yang sama, ketika menyeleksi informasi yang relevan dengan kebutuhannya. Misalnya, perasaannya sama dengan pelaku yang dia baca atau dengar dari media," terang Hudaniah, dilansir dari Republika (30/5/2023).

Tindakan meniru seseorang untuk bunuh diri biasanya akan terlebih dahulu melalui proses seleksi informasi. Dengan kata lain, seseorang akan menyeleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk kemudian menyimpannya. Suatu saat ketika dia merasakan hal tersebut, dia mungkin saja akan mengadopsi untuk melakukan hal sama.

Tindakan yang Menular

Seseorang bisa berisiko tertular melakukan bunuh diri karena terpapar berita tentang bunuh diri. (Istock)

Pendapat Hudaniah tersebut menjadi relevan dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa bunuh diri dapat menular kepada orang lain. Tindakan ini dinamakan dengan suicide contagion. Riset tersebut dilakukan oleh Peneliti Kesehatan Mental dalam Pencegahan Bunuh Diri dan pendiri Emotional Health for All, Dr Sandersan Onie.

Peneliti dari University of New South Wales Australia itu mengatakan orang-orang yang berisiko tertular adalah mereka yang terpapar dengan berita bunuh diri atau dari orang terdekat yang telah melakukan tindakan tersebut.

"Jadi betul, penularan bunuh diri itu bisa lewat berita, bisa orang yang kita kenal yang melakukan bunuh diri. Tentu itu akan berdampak lebih dalam lagi. Bahkan kita mendengar ada selebritis yang bunuh diri pun itu meningkatkan risiko bunuh diri," ungkapnya pada webinar "Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia", dikutip dari Antara (12/9/2021).

Kalau kita amati kolom komentar di konten-konten pemberitaan bunuh diri belakangan ini, ada beberapa orang yang menyatakan bahwa dia ingin bunuh diri juga. Terlepas itu komentar bercanda atau sungguhan, tentu saja itu membuat kita miris ya, Millens?

Agar kita semua terhindar dari pengaruh pemberitaan tersebut, Dr Sandersan menyarankan untuk membuat rencana keamanan jika sedang dalam masa krisis atau ketika depresi dan keinginan bunuh diri itu datang.

"Kalau seseorang sudah terekspos oleh berita bunuh diri, kita butuh intervensi cepat, salah satunya lewat rencana keamanan. Untuk membuat rencana keamanan tidak usah menunggu psikolog klinis. Itu bisa dilakukan oleh siapa saja," terangnya.

Mulai sekarang, yuk jaga kondisi kesehatan mental kita masing-masing! Saring informasi-informasi yang kita terima, dan abaikan yang sekiranya bakal memberikan dampak buruk! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024