Inibaru.id - Kamu yang tinggal di Semarang maupun Jawa Tengah pasti terkaget mendengar berita akhir-akhir ini. Dalam kurun waktu dua hari telah terjadi aksi bunuh diri yang dilakukan oleh dua mahasiswi Semarang. Kasusnya memang nggak saling berhubungan, tapi kejadian yang hampir bersamaan ini sangat membuat prihatin banyak orang.
Di samping permasalahan bunuh diri itu sendiri, mari coba kita tengok yang terjadi di media sosial soal pemberitaan kasus ini yang masif! Begitu banyak konten yang menjelaskan secara gamblang dan detail informasi terkait peristiwa bunuh diri dua mahasiswi itu. Bahkan, surat wasiat diunggah di sana sini sehingga netizen bisa membacanya dengan mudah.
Pemberitaan yang begitu detail dan sering muncul di beranda kita itu rupanya bisa memberikan dampak buruk pada mental seseorang. Lebih parah lagi, konten-konten itu juga bisa memicu aksi bunuh diri lainnya.
Hal itu diungkapkan oleh Hudaniah, seorang psikolog dari Universitas Muhammadiah Malang (UMM). Menurutnya, setiap informasi itu akan membawa konsekuensi dua sudut, yakni positif dan negatif. Dampak positifnya berarti informasi yang diterima bisa menjadi evaluasi bahwa tindakan bunuh diri itu merugikan.
"Akan tetapi bisa juga jadi informasi untuk melakukan hal yang sama, ketika menyeleksi informasi yang relevan dengan kebutuhannya. Misalnya, perasaannya sama dengan pelaku yang dia baca atau dengar dari media," terang Hudaniah, dilansir dari Republika (30/5/2023).
Tindakan meniru seseorang untuk bunuh diri biasanya akan terlebih dahulu melalui proses seleksi informasi. Dengan kata lain, seseorang akan menyeleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk kemudian menyimpannya. Suatu saat ketika dia merasakan hal tersebut, dia mungkin saja akan mengadopsi untuk melakukan hal sama.
Tindakan yang Menular
Pendapat Hudaniah tersebut menjadi relevan dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa bunuh diri dapat menular kepada orang lain. Tindakan ini dinamakan dengan suicide contagion. Riset tersebut dilakukan oleh Peneliti Kesehatan Mental dalam Pencegahan Bunuh Diri dan pendiri Emotional Health for All, Dr Sandersan Onie.
Peneliti dari University of New South Wales Australia itu mengatakan orang-orang yang berisiko tertular adalah mereka yang terpapar dengan berita bunuh diri atau dari orang terdekat yang telah melakukan tindakan tersebut.
"Jadi betul, penularan bunuh diri itu bisa lewat berita, bisa orang yang kita kenal yang melakukan bunuh diri. Tentu itu akan berdampak lebih dalam lagi. Bahkan kita mendengar ada selebritis yang bunuh diri pun itu meningkatkan risiko bunuh diri," ungkapnya pada webinar "Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia", dikutip dari Antara (12/9/2021).
Kalau kita amati kolom komentar di konten-konten pemberitaan bunuh diri belakangan ini, ada beberapa orang yang menyatakan bahwa dia ingin bunuh diri juga. Terlepas itu komentar bercanda atau sungguhan, tentu saja itu membuat kita miris ya, Millens?
Agar kita semua terhindar dari pengaruh pemberitaan tersebut, Dr Sandersan menyarankan untuk membuat rencana keamanan jika sedang dalam masa krisis atau ketika depresi dan keinginan bunuh diri itu datang.
"Kalau seseorang sudah terekspos oleh berita bunuh diri, kita butuh intervensi cepat, salah satunya lewat rencana keamanan. Untuk membuat rencana keamanan tidak usah menunggu psikolog klinis. Itu bisa dilakukan oleh siapa saja," terangnya.
Mulai sekarang, yuk jaga kondisi kesehatan mental kita masing-masing! Saring informasi-informasi yang kita terima, dan abaikan yang sekiranya bakal memberikan dampak buruk! (Siti Khatijah/E07)