Inibaru.id – Yani nggak habis pikir dengan harga santan instan kemasan yang baru saja dia beli di sebuah warung rumahan di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dia memang jarang membeli santan, tapi dia masih ingat betul harga sebelumnya Rp4 ribu per bungkusnya. Namun, kini dia harus membayar Rp6 ribu.
Dia bahkan harus kembali lagi ke warung untuk menyerahkan kekurangan uang. Maklum, tadinya Yani hanya membawa uang Rp5 ribu.
“Setelah dipikir-pikir, dalam tiga bulan belakangan harga kelapa utuh segar juga berangsur-angsur naik. Saya biasanya bikin santan langsung dari kelapa soalnya jadi nggak ngeh kalau harga santan instan kemasan naik sebanyak ini,” ucap Yani pada Rabu (26/2/2025).
Meski santan nggak termasuk dalam sembilan bahan pokok, bagi Yani dan warga Sumowono lain, bahan makanan ini sangat penting karena bakal sering dipakai selama Ramadan atau bahkan pas Lebaran nanti. Bagaimana nggak, untuk menu berbuka saja, mereka pasti bakal sesekali membuat kolak, bubur, atau jajan pasar yang tentu memakai santan. Kita tahu juga kan sebagian menu makanan khas Lebaran seperti opor, gulai, hingga sambal goreng juga memakai bahan tersebut.
“Aku malah sempat baca di media sosial kalau ada kemungkinan harga santan bakal naik terus sampai Lebaran. Jadi ini sudah kepikiran untuk beli simpanan santan instan dulu buat Lebaran,” lanjutnya.
Mengingat kita tinggal di negara tropis di mana pohon kelapa sangat melimpah, kok bisa-bisanya ya harga santan bisa terus naik dalam beberapa bulan belakangan? Kalau menurut salah seorang pedagang kelapa di Pasar Induk Cikokol, Tangerang, Banten bernama Adi, adanya regulasi ekspor kelapa yang nggak diawasi dengan ketat pemerintah bikin banyak produsen kelapa memilih untuk menjualnya ke luar negeri karena bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
Dampaknya, stok kelapa di dalam negeri berkurang. Hukum ekonomi pun berjalan, yaitu jika stok suatu barang sedikit, harga tentu akan naik.
“Apalagi tahun kemarin juga kemarau panjang, jadi stok kelapa makin menyusut. Kami akhirnya mencari sumber pemasok kelapa lain dengan harga lebih mahal,” ucap Adi sebagaimana dinukil dari Harianterbit, Kamis (13/2).
Makin mahalnya harga santan tentu bikin Ibu Rumah Tangga (IRT) seperti Yani jadi semakin kesulitan. Apalagi, sebelumnya mereka sudah kerepotan mencari tabung gas elpiji 3 kg yang belum tentu tersedia di pengecer. Sayangnya, kedua masalah yang pelik bagi masyarakat ini juga disebabkan oleh regulasi yang nggak tepat dan pengawasan atas peraturan yang masih kurang memadai dari pemerintah.
Belum ada kejelasan apakah pemerintah akan segera mengatasi masalah harga santan yang terus meroket ini. Karena kalau nggak, bisa jadi hidangan berbuka saat Ramadan atau olahan khas Lebaran nanti nggak akan segurih biasanya. (Arie Widodo/E05)