BerandaHits
Jumat, 20 Nov 2025 13:15

Golden Blood dan Upaya Ilmuan Menciptakan Jenis Darah Paling Langka di Dunia

Ilustrasi: Golden blood hanya dimiliki oleh nggak kurang dari 50 orang di dunia. (Getty Images via BBC)

Diperkirakan hanya dimiliki nggak lebih dari 50 orang, para ilmuan saat ini tengah mencoba menciptakan 'golden blood', darah paling langka di dunia yang istimewa karena memungkinkan untuk ditransfusikan ke hampir semua golongan darah.

Inibaru.id - Dalam mitologi Yunani digambarkan, dewa-dewa digambarkan sebagai entitas abadi karena memiliki "ichor", semacam cairan emas yang mengalir di tubuh mereka laiknya darah pada manusia. Inilah yang membuat mereka istimewa.

Nah, di dunia fana yang kita tinggali saat ini, keistimewaan "darah emas" semacam itu rupanya juga dimiliki sejumlah orang, lo! Eits, tapi ini bukan karena pemiliknya bisa hidup abadi ya; penamaan tersebut diberikan karena kelangkaannya.

Darah emas atau golden blood merupakan istilah populer untuk menyebut Rh-null, salah satu jenis darah paling langka di dunia yang diperkirakan pemiliknya kurang dari 50 orang di seluruh dunia, sebagaimana dikutip dari BBC. Karena langka, para pemiliknya menjadi sangat rentan jika suatu saat membutuhkan transfusi darah.

Karena alasan inilah belakangan sejumlah ilmuan dikabarkan tengah mencoba menciptakan darah emas ini di laboratorium sebagai langkah antisipasi, upaya untuk menyelamatkan nyawa, sekaligus bentukikhtiar untuk kemajuan di dunia medis.

Mengapa Disebut Darah Emas?

Dikutip dari laman NDTV, menurut Cleveland Clinic, golongan darah Rh-null ditandai oleh ketiadaan seluruh antigen Rh pada sel darah merah. Hal ini bisa terjadi karena mutasi genetik yang sangat langka.

Untuk memahami keunikannya, perlu diketahui bahwa golongan darah ditentukan dari keberadaan antigen alias protein dan gula pada sel darah merah yang memberi sinyal tertentu kepada sistem imun. Ketika antigen tertentu nggak ada, respons tubuh terhadap darah transfusi bisa berbeda.

Dokter Otrock dari Cleveland Clinic menjelaskan bahwa istilah “darah emas” hanya menggambarkan betapa langkanya darah tersebut.

“Nama ‘darah emas’ mungkin dianggap seolah darah ini lebih murni atau aman untuk transfusi, padahal istilah itu hanya merupakan cara populer untuk menunjukkan betapa langkanya darah Rh-null. Bukan berarti ini jenis darah yang lebih baik,” ujarnya.

Menjadi Pendonor Universal

Ilustrasi: Karena nggak memiliki antigen Rh, pemilik golden blood bisa menjadi pendonor universal karena bisa diterima hampir semua golongan darah. (Freepik via Kompas)

Namun begitu, dr Otrock menambahkan, karena nggak memiliki antigen Rh, darah Rh-null dapat diterima hampir semua golongan darah. Hal ini membuat pemilik darah emas bisa menjadi pendonor universal. Pada tahap ini, pemiliknya menjadi sangat istimewa.

"Akan tetapi, sebaliknya, mereka hanya dapat menerima darah dari sesama Rh-null, sehingga transfusi darurat menjadi sangat berisiko bagi sang pemilik," sebutnya.

Bahkan, pemilik golongan darah O Negatif yang juga dikenal sebagai pendonor universal karena nggak memiliki antigen A, B, dan Rh-D, tetap nggak memungkinkan untuk memberikan darah mereka kepada pemilik golongan darah Rh-null.

Situasi ini membuat para peneliti terpacu untuk menemukan cara menciptakan darah Rh-null secara sintetis, salah satunya Profesor Ash Toye, ahli biologi sel dari University of Bristol. Menurutnya, penelitian ini penting untuk menyelamatkan nyawa pemilik golongan darah emas.

“Jika kita ditransfusi darah donor yang mengandung antigen berbeda dari darah kita sendiri, tubuh akan membentuk antibodi dan menyerang darah tersebut. Lalu, jika kita mendapat transfusi darah itu lagi, reaksinya bisa mengancam nyawa,” tuturnya, menegaskan betapa pentingnya penelitian ini.

Upaya Menghasilkan 'Darah Emas' di Lab

Saat ini Toye bersama tim ilmuwan masih terus berupaya untuk mencoba menumbuhkan darah Rh-null di laboratorium. Mereka menggunakan teknik pemrograman ulang sel punca (stem cell) untuk menghasilkan sel darah merah tanpa antigen Rh.

Mereka juga menjajaki metode rekayasa genetik untuk menghilangkan antigen Rh dari sel darah biasa. Langkah ini penting untuk memahami genetika golongan darah serta mengembangkan terapi medis baru.

Pada 2018, Toye bahkan telah menggunakan teknologi CRISPR-Cas9 untuk menciptakan sel darah tipe Rh-null. Namun, teknologi tersebut masih sangat terbatas dan belum boleh diterapkan langsung pada manusia.

Kini, Toye dan tim sedang menjalankan uji klinis RESTORE, studi pertama yang menguji transfusi sel darah merah hasil kultur laboratorium ke tubuh manusia; yang dikembangkan dari sel punca donor. Jika berhasil, darah sintesis ini bisa menjadi terobosan besar untuk kondisi darurat.

Meski merasa optimistis, Toye menegaskan bahwa keberadaan pendonor darah konvensional tetaplah lebih penting, karena mengambil darah dari lengan seseorang jauh lebih efisien dan hemat biaya. Dia lebih menekankan prospek darah sintetis ini bagi kelompok tertentu.

“Untuk orang-orang dengan golongan darah sangat langka yang hampir tidak memiliki pendonor lain, jika kita bisa menumbuhkan lebih banyak darah untuk mereka, itu akan sangat menggembirakan,” tutupnya.

Meski memiliki keistimewaan karena bisa berbagi darah dengan golongan lain, pemilik darah emas justru menanggung risiko yang sangat besar karena nggak bisa menerima transfusi dari sembarang orang. Semoga proyek ini berhasil, ya! (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: