BerandaHits
Jumat, 13 Feb 2020 10:40

Geliat Bisnis Kala Valentine di Semarang, Semanis Apa?

Pedagang bunga di Pasar Bunga Kalisari merasakan pahit-manisnya berjualan bunga di momen Valentine. (Inibaru.id/ Audrian F)

Valentine bukan perayaan yang hampa. Pasti butuh beberapa atribut untuk memeriahkannya, seperti cokelat, bunga dan tempat-tempat romantis untuk saling mengungkapkan rasa sayang. Dari situ, mungkin bisa diambil kesimpulan, valentine dan bisnis memang saling berkelindan.<br>

Inibaru.id - Valentine bukan cuma perkara “hari kasih sayang”. Namun di sekelilingnya, ada roda-roda bisnis yang memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan sumber pendapatannya.

Saya menemui sejumlah lini usaha yang seringkali memanfaatkan momen Valentine untuk meraup keuntungan. Di antaranya ada yang dari bisnis bunga daring, toko cokelat, pengelola restoran, hotel hingga pedagang di pasar bunga.

Pegawai Roemah Cokelat and Cafe sedang menanti pelanggan. (Inibaru.id/ Dyana Ulfach)

Pertama tentu adalah cokelat. Makanan tersebut nggak bakal pernah absen dari Hari Valentine. Salah satunya seperti apa yang dirasakan Ika Marlina selaku pengelola “Roemah Coklat and Café”. Lokasinya di Jalan Pleburan Barat, Kota Semarang. Saat Valentine produksi mereka melonjak.

“Pengaruh sekali. Bahkan untuk Valentine kita sudah persiapan sejak akhir Desember. Baik dari materi dan bahan baku untuk kebutuhan produksi. Soalnya kenaikannya bisa mencapai 100 persen,” ujar Ika pada Sabtu (8/2)

Dia juga menjelaskan kalau kebutuhan bahan baku pada hari biasa cuma 25 sampai 50 kg, khusus perayaan ini bisa mencapai 500 kg.

Begitu pula dengan Richa Amalia, penjual bisnis bunga daring, Risz Florist. Dia menganggap Hari Valentine sebagai lumbung rezeki. Dia cukup antusias menyambut 14 Februari.

“Valentine itu benar-benar bisa menaikan omzet banget. Malah waktu pertama kali saya bikin yaitu di tahun 2017 itu sampai kewalahan banget. Bahkan di tahun selanjutnya kami sampai nge-close order karena sudah overload gitu permintaanya,” ungkap Richa via pesan Whatshapp pada Selasa (11/2)

Salah seorang pedagang bunga di Pasar Bunga Kalisari sedang melayani pelanggan. (Inibaru.id/ Audrian F)

Kata Richa, omzetnya naik yang tadinya per bulan Rp 10 juta, kalau valentine bisa mencapai Rp 20 juta. Wow!

Yang paling penting menurutnya, harus pandai-pandai bersiasat agar kenaikan harga nggak terlalu mencolok. Pasalnya harga bunga yang dia beli secara grosir sudah pasti naik.

Kelar mencari informasi dari toko bunga dan cokelat daring, saya berpaling ke tempat-tempat asyik untuk merayakan Hari Valentine. Bukan hal yang mengherankan kalau banyak tempat yang menawarkan promo-promo menarik dengan konsep romantic dinner.

Seperti yang dilontarkan oleh Sekar Laksita Wani Assistant Marcom Manager PO Hotel Semarang. Saat dihubungi dia berpendapat kalau promo Valentine berdampak bagi pelanggan restorannya.

“Cukup berpengaruh sih, apalagi kalau promonya menarik,” jelasnya. “Biasanya rame-ramenya itu waktu hari-H," ungkapnya.

Restoran PO Hotel cocok untuk romantic dinner saat valentine. (Inibaru.id/ Audrian F)

Sayangnya, keuntungan manis Valentine nggak dirasakan secara merata. Pedagang di Pasar Bunga Kalisari menganggap kalau Valentine sejak tahun lalu sepi. Nggak seperti dua atau tiga tahun sebelumnya. Maria misalnya. Dia beranggapan sepinya pelanggan karena sempat ada yang bikin gerakan mengharamkan Valentine.

“Ya mungkin gara-gara orang-orang bilang Valentine haram itu. Dagangan saya yang jadi korbannya. Nggak tahu ini lagi serba sepi. Saya sudah bisa bilang begini karena pada Hari Ibu kemarin juga sepi,” ujar Maria.

Yang dibilang Maria mungkin ada benarnya. Tapi saya punya pendapat lain. Bisa jadi sepinya penjualan bunga di sana lantaran pergeseran budaya belanja masyarakat yang sekarang lebih suka daring. He

Kalau kamu tertarik cari untung pas Valentine juga nggak, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024