BerandaHits
Selasa, 8 Jun 2020 13:27

Coba 'Berdamai' dengan Banjir Rob Semarang, Warga Tambaklorok Memilih Pasrah

Warga Tambaklorok melintas di tengan kepungan air. Mereka memilih pasrah dengan banjir rob Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)

Sudah lebih dari sebulan warga Tambaklorok Semarang terdampak luapan air rob. Menghadapi itu semua, warga hanya bisa pasrah. Pelbagai upaya telah dilakukan, tapi siapa yang bisa melawan alam?<br>

Inibaru.id - Banjir rob masih memenuhi hampir seluruh kampung di bilangan Tambaklorok, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, pada Sabtu (6/6/2020). Tercatat, telah lebih dari sebulan warga setempat bergelut dengan luapan air laut tersebut.

Namun, kehidupan nggak bisa berhenti. Di tengah kepungan rob, mereka memilih "berdamai" dan tetap beraktivitas, tentu saja dengan kaki-kaki keriput lantaran selalu basah menerjang air asin nan pekat bercampur sampah. Jujur, sedih sekali saya melihatnya.

Hari masih pagi saat saya bertemu Fatma, warga Tambaklorok. Di ujung sebuah gang, ibu rumah tangga itu langsung menumpahkan kesedihannya. Menurutnya, genangan air pada pagi hari belum terlalu tinggi, lebih kentara menjelang sore.

"Ini (rob) terparah," tutur perempuan yang mengaku rumahnya selalu kemasukan air tersebut. "Dari sore sampe bangun tidur air belum juga surut.”

Tetap berbelanja meskipun terdampak banjir rob Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Sembari menunjuk ke arah dalam, Fatma mengatakan bahwa banjir yang lebih parah ada di tengah kampung. Mengindahkan saran itu, saya segera mendapati debit air yang memang lebih tinggi. Kian ke dalam, Kampung Tambaklorok memang semakin berdekatan dengan laut.

"Rob (di Kampung Tambaklorok) sudah datang sejak awal puasa," keluh Fatma. Berarti, sudah lebih dari satu bulan warga setempat bertahan hidup di tengah genangan air laut.

Pernyataan Fatma diiyakan Puji Agustin, warga yang tinggal agak ke dalam kampung. Puji punya sebuah kios kecil yang sebagian besar sudah terendam rob. Rumahnya memang cuma sepelemparan tombak dari batas kampung dengan laut.

Puji Agustin menunjukan dapur yang tergenang air banjir rob Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Selama sebulan terakhir rumahnya terendam, dia pun memilih pasrah. Di dapur yang terendam setinggi lutut orang dewasa, Puji meletakkan kompornya agak tinggi supaya bisa tetap memasak saban hari. Keterbatasan dana membuatnya nggak bisa berpikir untuk meninggikan lantai rumah.

“Kalau punya duit, ya, bisa langsung meninggikan rumah. Kalau saya, bisa makan sehari-sehari saja sudah bagus!” ketusnya.

Bantuan Belum Maksimal

Selama tergenang rob, Puji mengatakan bahwa bantuan yang diberikan pemerintah belum maksimal. Menurutnya, sempat ada bantuan dari kelurahan berupa makanan, tapi nggak diserahkan secara langsung. Ini membuat orang yang nggak terdampak pun bisa turut mengambil bantuan.

“Kalau dari Pemkot Semarang mungkin hanya bantuan Covid-19,” kata dia.

Tetap berusaha hidup di tengah rob. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Sriana, seorang warga lain yang saya temui sebelum pulang, mengeluhkan kakinya yang belakangan sering terkena penyakit kulit. Berkali-kali dia mengalami gatal-gatal. Menurutnya, itu merupakan imbas dari seringnya dia terkena air rob.

Sepanjang saya melintas, genangan air rob memang tampak berwarna cokelat pekat bercampur dengan sampah. Sekali lihat, siapa pun bakal menyimpulkan air ini bisa menjadi sarang penyakit.

Nggak hanya penyakit kulit, di tengah pandemi corona seperti sekarang, buruknya kondisi lingkungan tersebut juga membuat warga Tambaklorok lebih rentan terjangkit virus corona. Ini pula yang dikeluhkan Sriana.

Selama pandemi, dia juga mengaku khawatir terjangkit virus yang menyerang melalui sistem pernapasan tersebut. Namun, nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain bertahan hidup.

“Mau pindah juga ke mana, lha wong rumah saya di sini. Kalau pun harus pindah, ya nunggu gusuran,” aku perempuan yang suaminya bekerja sebagai nelayan tersebut, pasrah.

Ah, sedih, Millens! Berdamai dengan cara sepasrah itu sungguh menyakitkan, sih. Semoga keadaan segera membaik! (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: