BerandaHits
Senin, 22 Jun 2025 07:46

ChatGPT Bikin Makin 'Mager' Berpikir? Ini Kata Studi Terbaru MIT

Penelitian mengungkap penggunaan ChatGPT yang terlalu sering membuat otak malas berpikir kritis. (via Movework)

Sering pakai ChatGPT buat nulis tugas? Hati-hati, bisa-bisa kamu malah jadi malas mikir. Studi terbaru dari MIT menunjukkan, terlalu mengandalkan AI bisa menurunkan kemampuan berpikir kritis dan bikin otak 'mager'.

Inibaru.id - Asal kasih perintah, naskah langsung jadi. Tapi, apakah semua itu bikin kita jadi makin pintar? Ternyata nggak juga. Sebuah studi anyar dari MIT Media Lab justru bilang, kebiasaan ngetik prompt ke ChatGPT bisa bikin otak kita jadi ‘males mikir’. Waduh!

Dalam riset berjudul “Your Brain on ChatGPT: Accumulation of Cognitive Debt when Using an AI Assistant for Essay Writing Task” yang dirilis Kamis (19/6/2025), peneliti Nataliya Kosmyna menyoroti dampak pemakaian AI dalam tugas menulis.

Menurutnya, meskipun teknologi ini membuka akses informasi dan pembelajaran yang luas, penggunaannya tetap harus dikaji karena bisa memengaruhi kemampuan berpikir kritis dan kemandirian intelektual.

"Meskipun alat-alat ini menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk meningkatkan pembelajaran dan akses informasi, potensi dampaknya terhadap perkembangan kognitif, pemikiran kritis, dan kemandirian intelektual memerlukan pertimbangan dan penelitian yang berkelanjutan," tulis peneliti Nataliya Kosmyna.

Makin Sering Pakai, Makin Turun Aktivitas Otak

Peserta yang memakai Chatgpt memiliki aktivitas otak paling rendah. (Freepik)

Ngomong-ngomong, studi ini melibatkan 54 peserta usia 18–39 tahun dari Boston, Amerika Serikat. Mereka diminta menulis esai ala standar SAT dan dibagi menjadi tiga kelompok: satu pakai ChatGPT, satu pakai mesin pencari seperti Google, dan satu lagi murni mengandalkan otak sendiri.

Tim peneliti memantau aktivitas otak para peserta lewat alat EEG (electroencephalography). Hasilnya? Kelompok yang pakai ChatGPT tercatat punya aktivitas otak paling rendah. Nggak cuma itu, performa mereka juga dinilai buruk dari segi bahasa, perilaku, hingga kerja saraf.

Yang bikin geleng-geleng kepala, makin lama studi berlangsung, peserta yang mengandalkan ChatGPT justru makin males. Di akhir riset, banyak yang cuma copy-paste jawaban dari AI tanpa sentuhan pribadi.

Sementara itu, dua guru Bahasa Inggris yang diminta menilai hasil esai para peserta bahkan menyebut tulisan dari kelompok ChatGPT “nggak berjiwa”. Kenapa? Karena ekspresi dan ide yang muncul terkesan seragam dan datar. Banyak peserta hanya kasih perintah seadanya, kayak “bikinin esai”, “rapikan kalimat ini”, lalu selesai.

Berbeda dengan mereka yang menulis pakai otak sendiri. Kelompok ini menunjukkan koneksi saraf lebih kuat, terutama dalam hal kreativitas dan daya ingat. Esai mereka juga dinilai lebih orisinil dan punya rasa kepemilikan tinggi sedangkan kelompok yang pakai mesin pencari menempati posisi tengah: cukup aktif secara kognitif, tapi tetap di bawah kelompok tanpa alat bantu.

AI Bisa Berguna dengan Catatan

Menariknya, ketika kelompok “tanpa alat bantu” diminta menulis ulang esai mereka dengan bantuan AI, hasilnya justru positif. Aktivitas otak meningkat dan esai mereka jadi lebih kaya. Artinya, kalau sudah punya dasar yang kuat, pemanfaatan AI justru bisa memperkuat hasil belajar.

Sebaliknya, peserta yang awalnya pakai ChatGPT dan diminta menulis ulang tanpa bantuan AI malah kelimpungan. Mereka hampir nggak ingat apa yang pernah ditulis dan aktivitas otaknya lebih lemah.

Kosmyna mengingatkan bahwa studi ini masih tahap awal, belum melewati peer review, dan melibatkan sampel kecil. Tapi tetap saja, temuannya jadi alarm penting di tengah makin intensnya penggunaan AI berbasis teks di kehidupan sehari-hari.

Hm pada akhirnya, secanggih apa pun teknologi, kalau kita terlalu bergantung malah lupa caranya mikir. Bisa-bisa kita cuma jadi penumpang di otak sendiri. Yuk, tetap latih kritis dan jangan cuma andalkan prompt, ya, Millens! (Siti Zumrokhatun/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: