BerandaHits
Kamis, 4 Mar 2020 13:39

Cerita Menarik di Balik Julukan PSIS, dari Goyang Semarang hingga Mahesa Jenar

PSIS memiliki sejumlah nama julukan. (Inibaru.id/ Audrian F)

PSIS pernah memiliki sejumlah julukan, dari Goyang Semarang, Jago Becek, hingga sekarang Mahesa Jenar. Kamu tahu nggak cerita di balik sebutan itu?<br>

Inibaru.id - Sebagai klub sepak bola yang sudah lama merumput, PSIS memiliki banyak julukan. Nah, masing-masing julukan punya cerita tersendiri.

Amir Machmud NS, seorang wartawan olahraga senior Kota Semarang dan penulis buku Sepakbola Semarangan, mengungkapkan banyak hal mengenai julukan PSIS.

Jago Becek

Sekitar tahun 1985-1986, PSIS sempat dijuluki dengan "Jago Becek". Julukan tersebut hadir saat PSIS masih digawangi oleh Sartono Anwar. Hal yang membuat PSIS dijuluki demikian karena banyak memenangkan pertandingan di lapangan-lapangan yang becek.

Sartono Anwar salah seorang saksi kalau PSIS pernah menjadi tim jago becek. (Inibaru.id. Audrian F)<br>

"Waktu itu latihannya masih di Stadion Diponegoro. Mungkin karena memang lapangannya kurang baik dan berlumpur jadi pemainnya terbiasa dengan lapangan seperti itu," kata Amir.

Menurutnya, fisik pemain jadi terlatih dan tahan bermain di lapangan-lapangan yang "berat". Saat itu pelatih fisiknya adalah Dra Supriadi.

Saya jadi ingat obrolan dengan Sartono Anwar, salah seorang pemain lawas PSIS. Dia juga mengutarakan PSIS pernah bertitel Jago Becek. Salah satu pertandingan yang cukup menggambarkannya adalah saat melawan PSM Ujung Pandang.

"Waktu itu kita sudah ketinggalan 2-0. Hujan deras dan lapangan becek. Tapi kita mampu membalikan keadaan menjadi 3-2," kenang Sartono, Kamis (19/12/2019).

Tim Goyang Semarang

Nggak cuma itu, Amir juga membeberkan kalau PSIS Semarang pernah dijuluki "Tim Goyang Semarang". Seseorang yang memberi julukan itu adalah Ir Andi Chaerudin. Saat itu dia menjadi tim manajer di 16 besar yang mengantarkan PSIS ke Divisi Utama.

Amir Machmud NS, bercerita banyak soal julukan PSIS Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

"Andi Chaerudin waktu itu bilang 'Tunggu permainan PSIS yang indah dengan Goyang Semarang'," kata Amir menirukan Andi. Julukan itu terinspirasi dari Goyang Karawang. Tapi, karena lekat dengan stigma erotis, julukan itu nggak lagi dipakai.

Mahesa Jenar

Kemudian yang masih melekat sampai sekarang adalah "Mahesa Jenar". Julukan itu bermula ketika PSIS mampu mengalahkan PSMS Medan di kandangnya dengan skor 2-0 pada 1987. Gubernur Jawa Tengah saat itu HM Ismail secara spontan memberi komentar bahwa Ayam Kinantan (Julukan PSMS Medan) nggak mampu menahan jurus Mahesa Jenar.

Mahesa Jenar adalah tokoh fiktif sebuah cerita silat karangan SH Mintardja Nagasasra dan Sabuk Inten yang terkenal pada tahun 60-an. Kala itu cerita silat masih banyak digemari. Pemain PSIS hingga suporter pun sedikit-banyak tahu cerita tersebut.

Tampak maskot Mahesa Jenar sedang mengikuti acara Sedekah Bumi dan Laut di Tambak Lorok. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Dalam cerita, Mahesa Jenar merupakan prajurit dengan gelar Senopati Rangga Tohjaya. Kisah tersebut berlatar daerah Pandanaran.

"Suporter turut memperbesar julukan tersebut. Saat pulang dari Medan selepas berjuang dari babak 6 besar mereka menyambutnya dengan membuat poster yang bertuliskan 'Selamat datang, Mahesa Jenar..'," kisah Amir. Dia juga menambahkan bahkan ada sekelompok orang yang memakai tokoh-tokoh dalam cerita silat tersebut seperti Sima Rodra, Lawa Ijo, Ula Putih dan Ula Kuning.

Berawal dari situ, tim-tim Jawa Tengah lain mengikuti dengan berbagai julukan yang diambil dari cerita fiktif. Menurut Amir salah satu hal itu juga terbantu oleh salah satu media yang sering memberi julukan kepada klub-klub di Indonesia yaitu Jawa Pos. Misalnya saja mereka pernah menamai Pesiba Balikpapan dengan "Laskar Selicin Minyak", lalu Persebaya dengan "Bajul Ijo".

Jadi begitulah muasal julukan PSIS Semarang. Kamu sudah tahu, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024