Inibaru.id – Tebak, hewan apa yang paling mematikan bagi manusia? Kalau kamu pikir hewan itu adalah ular, ikan hiu, atau buaya, jawabannya kurang tepat, Millens. Yang benar, hewan paling mematikan bagi manusia adalah nyamuk.
Kalau menurut informasi yang diungkap Barcelona Institute for Global Health pada (4/12/2023) lalu, nyamuk bertanggung jawab atas meninggalnya 1 juta orang per tahun! Yap, kamu nggak salah baca. Sebanyak itu korban keganasan nyamuk yang menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dengue, malaria, dan penyakit mematikan lainnya.
Di Indonesia saja, dari Januari sampai akhir April 2024 lalu tercatat sudah ada lebih dari 88 ribu kasus DBD dengan korban jiwa sampai 621 orang. Sangat banyak, bukan?
Kok bisa sih nyamuk menyebarkan penyakit mematikan semudah itu? Terkait dengan hal ini, agaknya kita perlu mengenali mekanisme nyamuk dalam mengisap darah dan menyebarkan penyakit, Millens.
Jadi begini, sebenarnya hanya nyamuk betina yang mengisap darahmu. Mereka membutuhkan darah manusia untuk memroduksi telur sekaligus menemukan lokasi inang. Nah, untuk melakukan hal ini, ada banyak indera yang dipakai nyamuk.
Jika menilik hasil penelitian yang dilakukan pakar dari University of California Santa Barbara, disebutkan bahwa nyamuk memakai kemampuan pendeteksi radiasi infra merah, karbondioksida yang diproduksi manusia, hingga aroma manusia untuk menemukan lokasi inang dan mengisap darah. Artinya, mereka nggak menggantungkan pencarian pada penglihatan karena penglihatan mereka memang seburuk itu.
Hal ini pula yang menguak jawaban mengapa nyamuk bisa tetap mengisap darahmu meski kamu sudah mematikan lampu dan ruangan yang sangat gelap. Mereka memang nggak membutuhkan cahaya untuk "melihat" manusia.
Dalam penelitian tersebut, diungkap bahwa saat nyamuk ditempatkan di zona infra merah pada suhu yang sama dengan suhu kulit manusia, nyamuk betina jadi lebih aktif. Keberadaan suhu kulit manusia ternyata mampu merangsang neuron pada antena nyamuk dan membuat mereka bisa dengan mudah mencari lokasi pembuluh darah manusia yang bisa diisap.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa membantu manusia untuk menciptakan alat yang lebih efektif dalam ‘membingungkan’ nyamuk mendeteksi suhu tubuh, karbondioksida, atau aroma manusia. Kalau sudah sampai ditemukan, diharapkan kita nggak lagi mudah digigit nyamuk dan nggak mudah jatuh sakit gara-gara penyakit yang dibawa nyamuk, deh. (Arie Widodo/E10)