BerandaHits
Selasa, 22 Sep 2025 09:01

Air Tanah Perkotaan Semakin Mengkhawatirkan, Masih Layakkah Dikonsumsi?

Pengecekan air sumur di kawasan perkotaan yang kini semakin kurang terjamin kebersihannya. (Radarmadiun/Bagas Bimantara)

Saking suliltnya mendapatkan pasokan air bersih untuk konsumsi sehari-hari, sebagian besar warga kota kini memilih untuk membeli galon air minum di depot isi ulang.

Inibaru.id - Wahyudi mengaku kerepotan setiap kali pasokan galon air minum di rumahnya habis. Dengan sepeda motor maticnya, dia pun harus membeli air di depot isi ulang air minum yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya di Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Dia terpaksa melakukannya karena pasokan air keran yang diterima di rumahnya belum bisa dijamin kebersihan dan kejernihannya.

"Terkadang jernih, terkadang keruh, terkadang juga ada semacam bau gitu meski tipis. Makanya, buat masak atau minum, saya akhirnya beli air galon," ucapnya di depot isi ulang air minum pada Rabu (17/9/2025).

Dia juga mengaku terpikir untuk membuat sumur bor sendiri di rumahnya agar bisa mendapatkan sumber air bersih sendiri. Tapi, karena lokasinya di kawasan perkotaan yang padat penduduk, ditambah dengan adanya sungai besar nggak jauh dari situ yang juga terlihat nggak bersih, dia pun nggak yakin jika nantinya sumur tersebut mampu menyediakan air bersih.

"Pihak penyedia jasa sumur bor kan juga nggak bisa menjamin juga sebaik apa kualitas air yang didapat nanti. Makanya ya mau nggak mau saya kerepotan dengan membeli air galon seperti sekarang ini," ucapnya.

Masalah yang dihadapi Wahyudi ternyata bukan kasus tunggal. Di banyak wilayah perkotaan lain, kondisi air tanah memang dinilai makin memprihatinkan. Menurut Profesor Suprihatin dari Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, air tanah di perkotaan sangat rentan tercemar, terutama oleh limbah rumah tangga, pestisida, hingga logam berat.

Banyak warga perkotaan yang akhirnya membeli air isi ulang botolan untuk konsumsi sehari-hari. (Majoo)

"Air tanah di kota tidak bisa disamakan dengan air di wilayah pegunungan. Aktivitas manusia yang padat sangat berpengaruh pada kualitasnya," terang Suprihatin sebagaimana dikutip dari Harian Jogja, (15/9/2025).

Air tanah dangkal, yang banyak digunakan masyarakat di daerah padat penduduk, justru paling berisiko. Letaknya yang dekat permukaan membuatnya mudah terinfiltrasi zat pencemar. Total zat terlarut (TDS) di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Malang bahkan ditemukan setara dengan air sungai yang tercemar berat.

Survei Kementerian Kesehatan juga menguatkan kekhawatiran ini. Banyak sumur dangkal di kawasan padat ternyata tak memenuhi standar air minum secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Akibatnya, risiko kesehatan seperti diare dan gangguan pencernaan pun meningkat, apalagi jika air tersebut langsung dikonsumsi tanpa pengolahan.

Meski berbagai teknologi pengolahan air kini tersedia, seperti filtrasi hingga ozonisasi, proses tersebut tetap membutuhkan biaya tambahan yang tak sedikit. Tak heran jika banyak warga akhirnya lebih memilih membeli air galon atau air isi ulang sebagai solusi praktis.

Suprihatin pun menegaskan pentingnya pelestarian lingkungan, terutama di daerah hulu, sebagai kunci menjaga kualitas air tanah. Pemeriksaan berkala terhadap air, termasuk dari sumur dalam, tetap diperlukan karena kontaminan bisa masuk hingga ke lapisan akuifer yang dalam sekalipun.

Jadi, masihkah kita bisa mengandalkan air tanah di kota sebagai sumber air minum utama? Jika melihat kondisinya saat ini, sepertinya belum. Mau nggak mau, langkah terbaik bagi kita adalah tetap waspada dan terus mendorong perbaikan tata kelola lingkungan serta sistem sanitasi.

Semoga saja pemerintah juga semakin memperbaiki kualitas penyediaan air bersih bagi warganya karena tentu saja, air adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Setuju, kan, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: