Inibaru.id – Ada cukup banyak tradisi yang sudah semakin sulit ditemukan seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah kebiasaan menempatkan air minum di depan rumah agar bisa diminum siapa pun yang melintas.
Dulu, tradisi ini lazim dilakukan orang Jawa. Mereka menempatkan kendi, tempayan, atau gentong berisikan air minum di pelataran rumah agar siapa pun yang membutuhkan bisa langsung mengambilnya tanpa perlu meminta izin si empunya rumah.
Bagi orang Jawa, budaya ini merupakan wujud sedekah dan aksi tolong menolong untuk sesama. Meski sudah banyak ditinggalkan, ada orang-orang yang masih melestarikan budaya ini, salah satunya adalah yang dikenal sebagai tradisi Gentongan atau Gentong Haji di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Berbeda dengan budaya awal yang air minumnya disediakan setiap hari, tradisi gentongan hanya digelar jelang musim haji atau sebelum Iduladha. Hingga kini, kebiasaan ini masih lazim dilakukan masyarakat di Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan.
Menjelang musim haji, menjadi hal yang lumrah melihat gentong berisi air minum di depan rumah. Biasanya, ini menandakan bahwa ada anggota keluarga di rumah tersebut yang tengah menunaikan ibadah haji. Gentong itu tampak khas dengan penutup dari semacam tudung saji berbentuk kerucut.
Tepat di samping gentong bertudung kerucut tersebut, ada gayung untuk mengambil air yang terbuat dari batok kelapa serta gelas penampung. Siapa pun boleh mengambil air tersebut, baik untuk diminum, mencuci tangan, atau membasuh muka.
“Sudah jadi tradisi warga sini memang. Orang yang berangkat haji akan menempatkan gentong berisi air minum di depan rumahnya,” ucap Agus yang merupakan warga setempat, belum lama ini.

Menyediakan air untuk orang yang lewat memang telah lama menjadi kebiasaan masyarakat Desa Kreyo saat akan menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat, mereka akan meminta anggota keluarga atau kerabat untuk rutin mengecek dan mengisi ulang air minum dalam gentong tersebut.
Agus mengungkapkan, rutinitas itu terus dilakukan hingga yang bersangkutan selesai dengan ibadahnya di Tanah Suci. Nantinya, gentong turut dibawa masuk saat orang tersebut tiba di rumah.
"Kami percaya, air dalam gentong tersebut membawa keberkahan bagi mereka yang beribadah haji. Jadi, semakin banyak yang memanfaatkannya, semakin bagus," jelasnya.
Agus mengatakan, masyarakat setempat menjadikan tradisi ini sebagai bentuk imbal balik; orang yang minum air di gentong berharap akan "ketularan" naik haji, sementara yang berhaji mengharapkan doa kelancaran menjalankan ibadah ini hingga pulang ke rumah.
Nggak hanya tetangga sekitar, air dalam gentong ini juga dimanfaatkan oleh orang asing, termasuk pedagang keliling, kurir, hingga rombongan anak kecil yang datang.
“Harapan kami sama; yakni semoga dengan minum air dari gentong ini kita juga bisa 'ketularan' berangkat ke Mekah,” pungkas Agus.
Menarik banget ya tradisi gentongan di Cirebon ini. Apakah di tempatmu juga masih ada tradisi serupa, Millens? (Arie Widodo/E10)