Inibaru.id - Mafasha Rizhan baru bisa bernapas lega setelah akhirnya mendapatkan baju adat untuk anak pada Minggu (20/4/2025) malam. Rencananya, busana adat Jawa Timur itu bakal dikenakan buah hatinya pada perayaan Hari Kartini yang akan digelar di sekolah keesokan harinya.
"Nggak tahu tren ini muncul mulai kapan, tapi sebagai orang tua, jujur aku kelimpungan cari baju adat, apalagi waktunya mendadak. Mahal lagi!" seru lelaki 39 tahun yang biasa dipanggil Fazha tersebut, Senin (21/4/2025).
Berbeda dengan Fazha yang kelimpungan mencari baju adat, Nureni Eka Novitasari telah mengantisipasinya dengan membelinya jauh-jauh hari. Alih-alih baju adat, perempuan kelahiran Brebes itu memilih busana tradisional untuk anak perempuannya yang saat ini duduk di kelas 5 SD.
"Pas lebaran kemarin aku sengaja beliin (baju) atasan kutu baru, tapi yang kekinian dan nuansanya santai, jadi tetap bisa dikenakan sehari-hari," tuturnya, Senin (21/4). "Sekaligus bisa buat Kartini-an, tinggal dipadukan dengan bawahan kain motif batik. Nggak ada aturan harus baju adat juga, kan?"
Baju Adat vs Baju Tradisional
Sebagai orang yang punya ketertarikan cukup tinggi pada dunia fesyen, Nureni tahu betul perbedaan antara "baju adat" dengan "baju tradisional". Baju adat, dia mengatakan, adalah busana formal yang memiliki aturan baku dalam pemakaiannya, tentu saja lengkap dengan segala aksesorinya.
"Baju adat itu kayak yang dipakai untuk acara nikahan gitu. Terus, kalau baju tradisional setahu aku lebih 'cair', mirip outfit sehari-hari, tapi bernuansa etnik," tutur perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pengajar ini.
Yap, di tengah tren OOTD dengan sentuhan budaya yang belakangan disukai anak muda, banyak orang kini mulai membedakan istilah “baju adat” dengan “baju tradisional”. Antropolog dari Leiden University Dr Ratna Saptari mengungkapkan, keduanya memang berbeda.
“Baju adat adalah simbol identitas kolektif yang digunakan dalam konteks ritus dan perayaan budaya,” tutur peneliti budaya yang belakangan banyak melakukan riset seputar gender dan buruh migran tersebut.
Baju Tradisional Lebih Fleksibel

Perlu kamu tahu, yang dikenal sebagai baju adat biasanya merujuk pada pakaian khas dari suatu suku atau daerah yang dikenakan dalam upacara tertentu. Misalnya, kebaya encim untuk pernikahan adat Betawi atau baju bodo dari Sulawesi Selatan saat mappacci (ritual sebelum pernikahan).
Jadi, seperti yang dikatakan Dr Ratna, baju adat nggak boleh sembarangan dipakai untuk harian, ya! Sementara, baju tradisional lebih luas maknanya. Ini bisa mencakup semua pakaian yang berasal dari tradisi lokal, termasuk yang sudah disesuaikan dengan gaya masa kini.
Contohnya, batik yang dipakai untuk ke kantor atau kain tenun yang dijahit jadi outer kekinian. Jadi, apa yang dikatakan Nureni sudah tepat. Karena sekolah nggak mengharuskan anaknya mengenakan baju adat, dia memilih memadukan atasan kebaya kutu baru dengan kain motif batik sebagai bawahan.
Sedikit informasi, kutu baru biasanya merujuk pada jenis kebaya klasik yang dikenakan perempuan Jawa di Surakarta atau Yogyakarta; bercirikan kerah persegi dengan penutup dada berbentuk persegi panjang. Baju ini semula digunakan untuk acara formal, tapi sekarang mulai banyak dimodifikasi agar lebih santai.
Nggak Kehilangan Akar Budaya
Perancang busana kenamaan Tanah Air Didiet Maulana mengungkapkan, baju tradisional mempunyai ruang interpretasi yang besar, karena bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan akar budaya. Namun begitu, ia tetap mengikuti pakemnya, karena bersinggungan dengan budaya.
"Desain (pakaian tradisional) itu luas, tapi ketika sudah masuk ke adat memang ada marka-markanya. Sumatra beda, Jawa beda, Sulawesi beda, Indonesia Timur beda; jadi kadang tidak semudah itu," terang desainer yang dikenal luas sebagai kreator baju tradisional ini, dikutip dari Kumparan (18/5/2028).
Nah, buat kamu yang doyan mix and match atau eksplorasi fashion untuk outfit etnik, tahu beda keduanya itu penting. Dengan memahami konteks, kamu bisa menghargai makna kultural dari tiap busana yang dikenakan. Banyak referensi budaya lokal yang dikemas ulang dengan baik, kok.
Kamu bisa memanfaatkan teknologi digital fashion, NFT fashion show, atau minta bantuan AI untuk membuatkan outfit yang terinspirasi dari kain Nusantara. Kamu tinggal sesuaikan dengan konteks dan tujuan pemakaiannya.
Next time kamu pakai baju batik atau kebaya untuk nongkrong atau mendandani buah hati pada Hari Kartini, pastikan untuk nggak cuma tampil stylish, tapi juga mengusung warisan budaya dengan cara yang bijak! Sepakat, Millens? (Siti Khatijah/E07)