BerandaFoto Esai
Senin, 14 Feb 2021 13:31

Salamun, Nelayan Tambakrejo yang Ubah Sampah Laut Jadi Hiasan Menawan

Prihatin melihat pesisir pantai yang kotor, nelayan Tambakrejo ini coba ubah sampah laut jadi hiasan menawan. Berkat kreativitas tersebut, lelaki bernama Salamun ini pun punya penghasilan tambahan, selain sebagai nelayan.<br>

Inibaru.id - Sebagai negara maritim, nelayan seharusnya menjadi pekerjaan yang menjanjikan di Indonesia, khususnya untuk orang-orang pesisir seperti Salamun. Namun, cuaca yang nggak menentu plus sampah laut yang kian menutupi bibir pantai membuat nelayan dari Tambakrejo, Kota Semarang, ini mencoba peruntungan lain.

Selain melaut dan membudidaya kerang hijau, Salamun juga mencoba merakit sampah di sekitar rumahnya yang berlokasi tepat di bibir Laut Jawa menjadi hiasan. Sejak 2017, lelaki paruh baya itu getol mendaur ulang sampah agar bernilai guna.

Sebelum terpikir untuk mendaur ulangnya, Salamun mengaku awalnya cuma mengumpulkan sampah-sampah yang terapung di lautan, mulai dari kaleng, botol, hingga kayu. Sehari bisa dapat sekarung penuh.

“Saya sakit hati melihat sampah berceceran di lautan," ungkap lelaki kelahiran 1977 itu, menceritakan ihwal mula kepeduliannya mendaur ulang sampah. "Laut tempat saya cari nafkah. Karena itu saya bertekad membersihkan sampah-sampah ini, siapa tahu ada manfaatnya.”

Sampah laut yang menumpuk di rumahnya itu pun kemudian dijualnya kepada pengepul. Harganya Rp 1.500 per kilogram. Namun, suatu ketika tanpa sengaja Salamun melihat hiasan burung merak milik tetangganya. Dari situlah tercetus ide untuk membuat hiasan serupa dari sampah-sampah yang biasa dikumpulkannya.

“Dalam hati saya berpikir, bisa nggak ya limbah sampah tadi saya buat kerajinan menyerupai bentuk burung merak milik tetangga saya,” ungkap lelaki dua anak yang menggeluti profesi nelayan sejak 2000 ini.

Pelbagai percobaan yang dilakukannya nggak serta-merta membuahkan hasil. Nggak kurang dari satu usaha itu ditekuni Salamun, hingga akhirnya dia menemukan bentuk yang laik jual. Limbah sampah yang semula cuma dihargai ribuan rupiah per kilo pun menjadi karya seni yang satunya dibanderol hingga ratusan ribu rupiah.

Selesai dengan pembuatan bukan berarti perjuangan Salamun selesai. Dia harus berjualan dari mulut ke mulut hingga suatu ketika angin keberuntungan berembus ke arahnya. Salamun diminta mewakili RT-nya untuk ikut lomba kreativitas di tingkat kelurahan pada 2018.

“Ikut lomba kelurahan dan meraih Juara I. Dari situlah karya saya mulai dikenal hingga tingkat kecamatan dan kota. Bahkan, karya saya pernah dibeli orang Malaysia,” kenangnya, kemudian tersenyum bangga.

Kini, Salamun sudah bisa membuat berbagai karya, mulai aksesori meja, pernak-pernik penghias ruangan, hingga hiasan dinding bernilai seni tinggi. Agaknya ini menjadi balasan yang setimpal untuk lelaki baik ini, yang mencoba membersihkan sampah dari lautan. Kamu tertarik mengikuti jejaknya juga, Millens? (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Sosok Salamun, nelayan yang kini nyambi jadi seorang seniman.<br>
Inilah rumah tempat Salamun berkarya.<br>
Kaleng bekas yang dia temukan di laut dimodifikasi menjadi ekor burung merak.<br>
Rumah Salamun berada di Tambakrejo Semarang.<br>
Selain kerajinan berbentuk merak, Salamun juga bisa membuat miniatur kapal.<br>
Salamun menggunakan lem dan paku untuk merakit kerajinan tangan ini.<br>
Limbah sampah disulap menjadi kerajinan tangan bernilai seni.<br>
Di dalam rumah Salamun, terdapat gudang dengan banyak limbah sampah.<br>
Kondisi rumah Salamun, berada di pinggir Laut Jawa.<br>
Sebelum pandemi, Salamun bekerja dengan temanya. Namun, kini dia terpaksa melakukannya sendiri.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024