BerandaFoto Esai
Jumat, 10 Des 2020 22:40

Langkah Demi Langkah Menuju Puncak Rinjani

Media Indonesia/Susanto.

Tim Ekspedisi Bakti Untuk Negeri bergerak menjelajah Gunung Rinjani untuk mengukur seberapa baik infrastruktur sinyal telekomunikasi dan internet yang ada. Hasilnya sungguh membanggakan, akses komunikasi di pintu masuk Taman Nasional Gunung Rinjani hingga puncak masih berfungsi dengan baik. Kekhawatiran yang menyelimuti para pendaki hilang karena keamanan dan kenyamanan terpenuhi.<br>

Inibaru.id - Mentari pagi menyiram punggung Gunung Rinjani saat Tim Ekspedisi Bakti Untuk Negeri menyusuri jalan setapak. Embusan angin yang menggoyang ilalang dan awan-awan tipis yang pelan-pelan kabur seakan sedang memberitahu siapa saja kalau gunung tertinggi ketiga di Indonesia ini punya rupa yang maha indah.

Rasanya nggak berlebihan jika Gunung Rinjani menjadi salah satu ikon wisata unggulan di Nusa Tenggara Barat. Setiap sudutnya memberitahu apa arti keindahan alam yang sesungguhnya. Itulah mengapa tiap tahunnya gunung yang punya ketinggian 3726 mdpl itu menjadi destinasi favorit pendaki untuk memuaskan hasrat petualangannya. Mungkin, kamu salah seorangnya.

Media Indonesia/Susanto.<br>

Hm, berada di tempat seindah ini, tentu sangat disayangkan kalau nggak bisa pamer foto atau stories di media sosial. Tapi kamu nggak bakal mengalaminya ketika mendaki Rinjani. Sinyal komunikasi yang cukup ok tersedia di sini.

Dengan ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti ini, keselamatan dan kenyamanan kamu jadi lebih terjamin.

Hal ini diamini Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB I Gede Putu Aryadi. Dia membeberkan kalau sejauh ini, ketersediaan sinyal untuk jaringan telekomunikasi dan internet di Rinjani sudah terpenuhi. Namun memang ada beberapa titik yang lemah misalnya saja di daerah Sembalun.

“Pemanfaatan aplikasi juga sudah kami terapkan. Kalau mau mendaki harus mendaftar dari aplikasi,” ujarnya.

Asal kamu tahu, Millens, kalau pemenuhan infrastruktur sinyal telekomunikasi dan internet di Gunung Rinjani ini merupakan cakupan dari program Pemerintah Daerah yang telah berkoordinasi dengan Kominfo. Sejak 2018, Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) membangun sejumlah Base Transceiver Station (BTS) untuk menyediakan jaringan internet di NTB. Nah, kawasan Rinjani juga termasuk.

Media Indonesia/Susanto.<br>

Hasil kerja keras ini sekarang bisa dinikmati masyarakat. Tahun ini jumlah blank spot sudah jauh berkurang. Jika pada akhir 2018, tercatat ada 217 blank spot di NTB, kini sisanya tinggal 53 blank spot dan 63 titik lemah sinyal. Bener-bener keren kan?

Pemanfaatan internet cakupannya juga semakin meluas. Seperti yang sudah dijelaskan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB, kamu hanya bisa mendaftar untuk mendaki ke Rinjani melalui aplikasi. Nama aplikasi tersebut e-Rinjani. Aplikasi ini sangat membantu terlebih pada masa pandemi untuk menerapkan physical distancing.

Tim juga sempat menemui Kepala Resort Sembalun Gunung Rinjani Taufikurahman untuk tahu lebih lanjut bagaimana internet membuat kemajuan di sana.

“Selain itu jaringan komunikasi di jalur pendakian membaik. Sudah ada dua provider. Di pos 2 dan danau kami pasang CCTV. Juga tersedia WiFi untuk petugas,” papar Taufikurahman.

Untuk membuktikan perkataan Taufikurahman, Tim Ekspedisi melakukan pendakian ke puncak Rinjani. Ternyata klaim itu nggak salah. Saat mencapai Pos 1 Pemetan Jalur Sembalun, Tim Ekspedisi mengaku kalau sinyal di telepon genggamnya nggak pernah hilang.

Media Indonesia/Susanto.<br>

Perjalanan lanjut ke Pos 2 Tengengean. Di sana, Tim juga bisa tersenyum lega mendapati sinyal komunikasi dan internet nggak berkurang sama sekali. Akses wifi buat petugas bahkan cukup bagus melakukan video call. Sekarang, jauh dari rumah dan keluarga nggak lagi menakutkan bagi para petugas. Rasa rindu bisa langsung diobati berkat internet. Kebayang kan betapa leganya mereka?

Yang menarik, ada CCTV agar petugas bisa memantau keamanan dan kebersihan Gunung Rinjani. Jaga-jaga kalau ada pendaki nakal yang nyampah sembarangan. Pasalnya banyak pendaki yang meninggalkan sampah begitu saja di gunung. Duh, jangan ditiru ya, Millens.

Hari beranjak sore ketika Tim sampai di Pos 2. Meski hasrat untuk cepat sampai di puncak begitu menggebu, jalur menuju pos berikutnya terlalu berisiko. Tim akhirnya mendirikan tenda untuk bermalam. Tempat ini merupakan spot favorit nge-camp para pendaki. Jadi sepertinya kesempatan ini bakal menjadi momen mengasyikkan.

Pagi hari di Pos Tengengean sangatlah menakjubkan. Dari sini, kamu bisa melihat Gunung Rinjani yang selimut awan tengah berdiri gagah. Nggak ada lagi hal yang bisa manusia sombongkan di hadapan gunung megah ini.

Media Indonesia/Susanto.

Setelah perjalanan panjang, Tim Ekspedisi sampai juga di pos 4 Camara Siu atau pos terakhir sebelum menuju puncak. Di sinilah Tim beristirahat sampai tengah malam nanti. Butuh waktu 4 sampai 5 jam lagi menuju puncak Rinjani. Biar nggak ketinggalan melihat matahari terbit di atap Rinjani, Tim harus bergerak sebelum dini hari.

Meski medan nggak mudah, semangat Tim tetap full demi mencapai puncak. Nggak dinyana sinyal masih tetap mantul. Wah!

Bagi Tim yang kebanyakan pendaki pemula, sinyal komunikasi yang terjamin nggak bisa ditawar. Keamanan dan kenyamanan telekomunikasi di Rinjani telah menghilangkan semua kekhawatiran para personil. Mereka bisa memastikan akses menuju atap Gunung Rinjani telah menjamin keselamatan dan keamanan bukan hanya untuk pengelola tapi juga para pendaki.

Media Indonesia/Susanto.<br>

Mengagumi keindahan Rinjani dari puncak memang sulit dilukiskan. Rasanya nggak berlebihan jika Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan jika Rinjani adalah gunung yang paling indah di dunia. Dia juga berharap eksplorasi Tim dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat mengenai potensi di wilayahnya.

Nah, perjalanan Tim Ekspedisi ini memberi bukti bahwa di Rinjani jaringan komunikasi dan internet sudah tersedia dengan baik. Karena itu, jangan ragu ke sini ya, Millens? (IB28/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024