BerandaFoto Esai
Senin, 26 Sep 2021 17:40

Kesan Pertama Kembali ke Pasar Johar Lama: Molek dan Lebih Modern!

Pascakebakaran hebat 9 Mei 2015, para pedagang Pasar Johar dipindahkan ke sebelah Masjid Agung Jawa Tengah. Lebih dari enam tahun penantian, nggak lama lagi mereka akan kembali. Gimana antusiasme pedagang?

Inibaru.id - Para pedagang Pasar Johar yang telah enam tahun dipindahkan ke samping Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) sempat dijadwalkan akan kembali menempati Pasar Johar lama hari ini, Minggu (26/9/2021). Sayang, cerita itu agaknya masih jauh panggang dari api.

Kendati sebagian bangunan di pasar terbesar se-Asia Tenggara tersebut sudah rampung digarap, belum ada kepastian kapan para pedagang ini akan bisa kembali lagi ke pasar yang berlokasi di Kelurahan Kauman, Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah itu.

Tentu saja sebagian pedagang merasa kecewa. Namun, ketidakpastian ini agaknya nggak menyurutkan semangat Puji Wijiyanto untuk mencari informasi lebih detail pada Jumat (24/9) sore lalu. Perasaan bingung tapi senang menggelayuti wajah pedagang yang sudah lama menjadi bagian dari pasar bersejarah tersebut.

“Hari ini katanya akan ada pengundian lokasi lapak pedagang, makanya saya ke sini untuk cari informasi,” ujar lelaki yang datang bersama istrinya itu. Puji sengaja datang untuk melihat di mana lokasi mereka akan berjualan nanti.

Walau masih dihantui rasa cemas karena belum dapat kepastian, dia tetap merasa sangat bahagia. Dia yakin penantian panjangnya selama bertahun-tahun lamanya akan bisa terwujud September ini. Ya, sejak Pasar Johar terbakar pada 9 Mei 2015, dia memang nggak pernah lagi menginjakkan kaki di pasar yang berdiri pada 1936 itu untuk berjualan.

“Senang nggak keruan. Di sini (Pasar Johar Kauman) letaknya strategis, dekat kota, dan mudah dijangkau. Sekarang juga tambah molek dan modern," terang lelaki yang sehari-hari berjualan perabot rumah tangga itu. "Di pasar yang lama pasti lebih banyak pembeli ketimbang pasar termpat kami direlokasi."

Penantian Lebih Dari 6 Tahun

Pasar Johar mulai dibangun pada tahun 1937. Didesain oleh arsitek kelahiran Belanda Thomas Karsten, pasar megah di jantung Kota Semarang itu terletak bersebelahan dengan Masjid Besar Kauman dan kawasan Kota Lama. Sayang, pada 2015 pasar ini mengalami kebakaran hebat.

Kebakaran yang berlangsung berhari-hari itu menelan kerugian hingga triliunan rupiah. Ribuan pedagang Pasar Johar, dan Pasar Yaik yang letaknya bersebelahan, pun direlokasi ke tanah wakaf Banda Masjid Agung Semarang (MAS) seluas 3,5 hektare di sebelah MAJT.

Pasar terbesar sekaligus termodern se-Asia Tenggara pada zamannya itu pun resmi nggak beroperasi, kemudian dipugar dan direvitalisasi. Enam tahun berlalu, pasar yang khas dengan pilar penyangga berbentuk cendawan ini pun diklaim sebagian telah pulih. Bangunan utara dan tengah sudah bisa dipakai.

Tembok dan atap pasar kembali kinclong, tampak molek dengan arsitektur yang mirip desain lama. Sebagai bangunan cagar budaya, desain bangunan Pasar Johar memang seharusnya nggak diubah, termask pilar cendawan dan atapnya yang dibuat sangat tinggi dan berlubang-lubang.

Yang menarik, lapak-lapak pedagang seluruhnya dibuat dari kayu jati. Beberapa fasilitas seperti ruangan untuk menyusui juga telah disediakan. Bisa dikatakan, bangunan Pasar Johar tetap seperti sediakala, tapi dibikin modern.

Memupus Trauma, Mengingat Bencana

Pengawas Lapangan Pasar Johar Semarang Sriwati Purnomo mengatakan, beberapa penambahan fasilitas dan antisipasi serta upaya memperkuat struktur bangunan Pasar Johar sengaja dilakukan pemerintah untuk memupus trauma bencana masa lalu, salah satunya kebakaran 2015 lalu.

“Semua diperhatikan betul, termasuk aliran listrik, pondasi, kekokohan bangunan, dan modernisasi pada banyak hal. Jangan sampai kejadian yang sama (kebakaran) terulang lagi, tapi tetap berpegang pada nilai estetika dan sejarah,” ujar perempuan tersebut, Jumat (24/9).

Sri menambahkan, yang menarik, pada setiap gedung ada tiga pilar bangunan yang dibiarkan dalam kondisi terbakar. Mereka sengaja melakukannya sebagai pengingat kejadian masa lampau, bahwa di tempat tersebut pernah ada kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh pasar berejarah ini.

“Kami biarkan tiga pilar itu sebagai pengingat, supaya para pedagang bisa lebih berhati-hati lagi,” ujar Sri sembari menunjukkan setiap sudut dari Pasar Johar.

Selain perbaikan infrastruktur, Sri beserta timnya juga menambahkan sejumlah fasilitas penting di pasar tersebut sebagai bentuk antisipasi sekaligus usaha memupus trauma. Fasilitas itu di antaranya adalah 30 CCTV yang terpasang di berbagai sudut.

Kemudian, ada pula pompa air bawah tanah untuk mengantisipasi banjir, mengingat pasar tersebut berlokasi di dataran rendah yang berpotensi terendam banjir atau rob. Pelbagai fasilitas tersebut, ungkap Sri, semoga membuat pasar tersebut tetap menjadi andalan warga Semarang di kemudian hari.

Hm, menarik ditunggu gimana kiprah Pasar Johar ke depan. Semoga saja revitalisasi pasar yang telah menelan biaya sangat besar ini nggak hanya berfungsi sebagai bentuk warisan budaya atau cagar budaya bernilai sejarah, tapi juga mampu menghidupi para pedagang di tengah gempuran pasar ritel modern dan swalayan yang bertebaran di Kota Semarang. (Triawanda Tirta Aditya/E03).

Arsitektur bangunan Pasar Johar dari dalam.
Gerbang depan Pasar Johar yang sudah ada sejak dulu.
Foto udara Pasar Johar Semarang.
Petugas keamanan memantau CCTV di Pasar Johar.
Gedung Pasar Johar paling selatan yang hingga kini masih dibangun.
Salah satu pilar bangunan yang dulu terbakar dan akan dibiarkan seperti itu.
Lapak para pedagang sudah tertata rapi.
Pekerja membuat saluran pipa untuk pompa air.
Sistem teknologi listrik yang akan otomatis mati apabila kelebihan kapasitas.
Aktivitas para pedagang yang mencari informasi terkait lokasi lapak mereka.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024