BerandaFoto Esai
Senin, 21 Feb 2021 10:05

Di Balik Rasa Legit Durian Yuyem Semarang, Ada Nyawa yang Dipertaruhkan

Kota Semarang ternyata punya buah Durian yang cukup terkenal, Yuyem namanya. Selain cita rasanya yang bisa bikin lidah terhipnotis, ternyata proses memanennya pun harus bertaruh nyawa. Yuk simak kisahnya !<br>

Inibaru.id - Aromanya harum, dagingnya tebal, dan rasanya legit, itulah Durian Yuyem dalam pandangan Mujib. Dia adalah penggemar durian yang sengaja datang ke rumah Muhammad Kholil, sang pemberi nama Yuyem, untuk menikmati durian khas Kecamatan Mijen, Kota Semarang, itu. Kebetulan, saat itu saya juga tengah menimang-nimang durian yang ingin saya beli.

"Harganya Rp 100 ribu per kilogram, Mas," kata Mujib membeberkan harga durian yang telah dicicipinya itu. "Cocoklah dengan kualitas durian yang kulitnya tebal dan rasanya sangat manis begini. Lidah rasanya kayak terhipnotis."

Sebagai penggemar durian, dia mengatakan sebelumnya sempat berlangganan di tempat lain. Petualangannya mencari durian telah dilakukannya cukup lama. Namun, setelah mencicipi durian Yuyem, Mujib mengaku nggak bisa lagi berpaling.

Saya pun sepakat. Bukan tanpa alasan saya memutuskan berburu durian sampai ke Mijen, sebuah kecamatan di ujung selatan, lebih tepatnya barat daya, yang jaraknya sekitar 20 kilometer atau 45 menit berkendara dari pusat kota Semarang ini. Rasa memang nggak menipu.

Namun, nggak banyak yang tahu kalau kenikmatan Yuyem rupanya diperoleh dengan pertaruhan nyawa yang harus dilakukan Kholil dan kawan-kawannya tiap panen. Oya, perlu kamu tahu, untuk memanen, para petani durian memang harus memanjat langsung pohon setinggi puluhan meter dan memetik buahnya satu per satu. Ini berbeda dengan proses panen petai atau rambutan yang bisa pakai galah.

Nah, untuk memetik durian Yuyem, Kholil harus memanjat salah satu pohon miliknya yang setinggi 30-an meter. Untuk memanen, saat ini dia dibantu Solehan. Pada musim panen durian, Solehan memang selalu mengemban pekerjaan baru sebagai pemanen durian.

Tanpa ragu, mungkin karena sudah terbiasa, Solehan pun memanjat pohon yang buahnya pernah menyabet predikat durian terbaik se-Kota Semarang tersebut. Pohon durian ini sudah cukup berumur. Usianya sekitar 40 tahun, lima tahun lebih tua dari Solehan yang "baru" berumur 35 tahun.

Oya, pemberian nama durian Yuyem diambil dari "Yu Yem", nama panggilan Sutiyem, ibu kandung Kholil. Yuyem hanyalah satu dari 10 jenis durian yang dikembangkan Kholil. Selain itu ada durian jenis doyong, kunir, musang king jawa, kholil, brintik dan lain-lain.

Di kalangan pencinta durian di Kota Semarang, nama Kholil memang bukan kaleng-kaleng. Durian yang dibudidayakannya di lahan seluas 1,5 hektare di daerah Bubakan, Mijen, ini sudah dikenal masyarakat Kota Lunpia, bahkan Jawa Tengah setelah menjuarai berbagai festival sejak 2008.

Saya sengaja datang ke perkebunan Kholil juga lantaran mengetahui ketenaran itu. Namun, harus saya akui, durian memang layak dihargai sangat mahal karena cara memanennya memang sungguh mempertaruhkan nyawa. Pemetik durian nggak bisa sembarang orang. Butuh keahlian untuk melakukannya, yang salah satunya ada di diri Solehan.

Solehan cukup cekatan. Untuk menaiki pohon setinggi 30 meter, dia membutuhkan waktu nggak lebih dari 30 detik. Begitu kakinya berpijak pada tangga bambu memanjang yang dilekatkan pada pohon durian, dengan cepat dia menaikinya.

Saat memanjat, Solehan nggak menggunakan pengaman apa pun. Dia memang menggendong seutas tali panjang yang digulung, tapi itu pun dipakai menurunkan durian matang yang dipanennya. Seolehan bahkan nggak memakai helm untuk mengamankan kepala kalau tiba-tiba durian jatuh.

“Dulu pundak saya pernah kejatuhan durian, tapi sama sekali nggak membuat kapok,” aku Solehan setelah sampai bawah. Hari itu dia sekitar satu jam di atas, memanen nggak kurang dari 10 durian masak yang cukup menggiurkan. "Sudah tujuh tahun saya memanen durian."

Yap, sudah cukup lama Solehan bekerja untuk Kholil. Sebagai orang yang saling membutuhkan, saya bisa melihat hubungan kerja sama keduanya cukup baik. Terlebih, kerja sama keduanya itulah yang kini hasilnya bisa dinikmati oleh saya, Mujib, dan banyak penggemar durian lain di Kota Semarang, bahkan Jawa Tengah.

Kholil mengungkapkan, biasanya dalam satu musim ada sekitar 100 durian Yuyem yang bisa dipanen. Lelaki yang sudah berjualan durian sejak 1996 itu mengatakan harga durian belakangan semakin naik karena buahnya juga makin langka dari tahun ke tahun.

"Harganya melambung tinggi, tapi justru peminatnya makin banyak," ungkap Kholil di sela-sela waktu mengarahkan Solehan dari bawah pohon.

Seusai panen, durian-durian yang dipetik Solehan pun dibawa ke rumah Kholil. Di situlah dia menjual durian-durian kepunyaannya. Dia nggak perlu membawanya ke pasar atau lapak di pinggir jalan, karena di rumahnya telah banyak pelanggan yang menunggu untuk menikmati si buah berduri beraroma menyengat tersebut.

Kalau kamu tertarik menikmati Durian Yuyem, silakan datang langsung ke kediaman Kholil ya, Millens. Namun, perlu kamu ingat, panen durian nggak tiap hari dan jumlahnya terbatas. Jadi, siapa cepat, dia dapat! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Solehan wajib berhati-hati saat memanjat, atau nyawanya terancam.<br>
Sosok Solehan, lelaki murah senyum yang cukup cekatan memanjat pohon durian.<br>
Solehan hanya mengandalkan tangga bambu untuk membantunya naik pohon durian.<br>
Kebun durian Yuyem berlokasi di Kecamatan Mijen, Kota Semarang.<br>
Kholil mengandalkan seutas tali untuk menurunkan durian.<br>
Kholil membantu Solehan dari bawah pohon.<br>
Warna durian Yuyem sangat kuning, cita rasanya nggak perlu diragukan.<br>
Seusai dipanen, durian langsung dibawa ke rumah Kholil, sementara di rumah itu pelanggan telah menunggu.<br>
Solehan memanen durian sekitar 1 jam di atas pohon.<br>
Pembeli mencicipi durian yang akan dibeli. Jika rasanya nggak cocok, durian boleh dikembalikan.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024