Inibaru.id – Kamu tentu tahu level PPKM di sebagian wilayah di Indonesia sudah diturunkan. Alhasil, pelonggaran terjadi di sana-sini, termasuk di sekolah. Banyak anak yang bahkan sudah berangkat ke sekolah untuk ikut pembelajaran tatap muka. Masalahnya, hal ini membuat risiko anak positif Covid-19 tinggi.
Hingga saat ini, vaksin untuk anak-anak belum ada sebagaimana vaksin untuk orang dewasa. Padahal, mereka juga memiliki risiko yang sama untuk tertular Covid-19. Di sekolah atau di perjalanan menuju dan dari sekolah, risiko tertular ini cukup tinggi.
Berdasarkan Studi yang dilakukan Lembaga Eijkman, anak-anak yang positif Covid-19 memang nggak selalu menunjukkan gejala. Sebanyak 63,7 persen di antaranya bahkan sama sekali nggak mengalami gejala apa pun. Eits, jumlah anak yang kemudian sakit dan bergejala berat akibat Covid-19 juga nggak bisa disepelekan, ya!
Kalau sampai anak terkena Covid-19, penanganannya bisa jadi nggak semudah orang dewasa, Millens. Nggak mudah membuat mereka melakukan isolasi mandiri, terus memakai masker, atau sekadar minum obat. Lantas, harus bagaimana?
Isolasi Mandiri dan Tindakan Medis
Sebetulnya, asalkan anak nggak lemas, masih aktif, dan tetap bisa makan serta minum dengan normal, mereka bisa diisolasi mandiri dan cenderung memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Yang penting, anak-anak diajari tentangetika batuk atau bersin.
Oya, pastikan pula anak tetap mau makan dan melakukan hal-hal lain untuk meningkatkan imun seperti berjemur di bawah sinar matahari. Kalau ada gejala yang agak serius, kamu juga harus segera membawa buah hati ke dokter.
Untuk lebih lengkap tentang isolasi mandiri dan tindakan medis yang harus dilakukan, kita bahas satu per satu, yuk!
Membujuk Anak Isolasi Mandiri
Isolasi mandiri adalah salah satu tindakan wajib yang harus dilakukan seorang penderita Covid-19, termasuk anak-anak. Nah, perlu kamu tahu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar anak sukses menjalani karantina sukarela tersebut, di antaranya adalah beberapa hal ini:
- Sebaiknya ditangani oleh orang tua atau keluarga yang punya risiko paling rendah terkena gejala berat karena Covid-19;
- Pisahkan anggota keluarga lain dari anak yang positif dan orang tua yang merawat. Jika perlu, rumah hanya diisi oleh sang anak dan yang merawat;
- Pastikan rumah memiliki ventilasi udara yang baik. Jika bisa, sebaiknya sinar matahari juga bisa memasuki rumah;
- Pastikan anak rajin mencuci tangan dengan sabun;
- Pastikan anak diajari cara batuk dan bersin yang benar dengan menutup hidung dan mulut. Mereka juga harus memakai masker saat bersama orang lain. Untuk pengasuh, boleh memakai masker medis yang didobel masker kain serta memakai face shield;
- Orang tua atau keluarga yang merawat sebaiknya menyediakan oksimeter dan thermometer untuk mengetahui kondisi suhu tubuh dan saturasi oksigen anak secara berkala; dan
- Sediakan obat-obatan yang disarankan oleh dokter. Pastikan anak meminumnya sesuai aturan.
Merujuk Anak untuk Tindakan Medis
Menyikapi anak yang terpapar Covid-19 bisa saja cukup dengan membujuknya melakukan isolasi mandiri. Namun demikian, ada kalanya anak juga mengalami gangguan kesehatan yang lebih berat yang memerlukan tindakan medis tertentu.
Gimana cara menentukan perlu atau tidaknya mereka dirujuk ke dokter? Jika anak mengalami gejala-gejala berat seperti ini, sebaiknya kamu segera mrmbawanya ke rumah sakit. Apa saja gejalanya?
- Anak lebih sering tidur. Hal ini menandakan kondisi kesehatannya menurun;
- Anak mengalami sesak napas. Biasanya ditandai dengan napas yang terlihat cepat, adanya cekungan di dada, hidungnya sampai kembang kempis, dan saturasi oksigen di oksimeter kurang dari 95 persen; serta
- Anak nggak mau makan dan minum, jarang BAB, dehidrasi, mata cekung, kejang-kejang, dan demam tinggi.
Satu hal yang pasti, saat isolasi mandiri, anak harus banyak diberi mainan, buku bergambar, atau aktivitas lain agar tetap ceria. Ingat, Millens, kondisi mental yang baik bisa membuatnya lebih cepat sembuh dari Covid-19. (Det/IB09/E05)