BerandaAdventurial
Kamis, 17 Agu 2022 08:00

Tepis Mitos Tanjakan Angker Semarang; Sulap Hutan Kota Jadi Silayur Park

Kolam renang yang berada di atas bukit Silayur. (Inibaru.id/ Zamrud Naura)

Perhutani berusaha menepis mitos tanjakan angker di Ngaliyan dengan mengubah hutan kota menjadi lokawisata alam dengan pelbagai fasilitas bernama Silayur Park.

Inibaru.id – Kecelakaan yang acap terjadi di Tanjakan Silayur, Ngaliyan, Kota Semarang, sering jadi pembenaran bahwa tanjakan penghubung jalur Mijen-Ngaliyan itu memang angker. Padahal, sepelemparan batu dari sana, sejatinya ada kawasan hutan asri yang berpotensi jadi tempat wisata.

Hal itu rupanya telah lama menjadi perhatian PT Perhutani KPH Kendal. Mencoba menepis mitos keangkeran Tanjakan Silayur, Perhutani pun membangun sebuah kawasan wisata alam dengan menggandeng PT Wisata Lawu Tawangmangu. Mereka mendirikan Silayur Park.

Silayur Park berlokasi di kawasan hutan Petak 51. Dibuka awal 2022 lalu, hutan wisata itu pun segera menjadi lokawisata keluarga nan menarik dan menjanjikan. Pelbagai fasilitas tersedia, mulai dari tempat mancakrida (outbound), taman bermain, gazebo, spot berfoto, hingga kafe dan restoran.

Pengelola Silayur Park Rahmad Jianto mengakui, nggak mudah menepis rumor keangkeran yang sudah terlanjur berkembang dari mulut ke mulut terkait Tanjakan Silayur. Keberadaan lokawisata ini yang belum banyak diketahui orang juga menjadi tantangan tersendiri.

"Awal-awal dibuka, banyak yang mengira kawasan ini masih berupa kawasan hutan belantara. Angker dan banyak pula penunggunya. Namun, kami meyakini bahwa Silayur Park aman," ujar Rahmad kepada Inibaru.id, belum lama ini.

Usung Konsep Family Garden

Pengunjung sedang menikmati wahana permainan. (Inibaru.id/ Zamrud Naura)

Rahmad mengungkapkan, Silayur Park adalah lokawisata alam dengan konsep family garden. Maksudnya, mereka pengin menghadirkan sebuah taman rekreasi keluarga di tengah hutan yang sejuk dan asri serta dipenuhi pohon-pohon tinggi yang menaungi.

"Kami mau menghadirkan hutan wisata di tengah kota agar masyarakat bisa sejenak melepas penat dari rutinitas sehari-hari," terangnya.

Dengan konsep family gardern, Rahmad menambahkan, pengunjung yang datang bisa lintas usia, dari anak-anak hingga dewasa. Hal tersebut, lanjutnya, sesuai dengan visi PT Wisata Lawu Tawangmangu yang pengin menciptakan wisata halal dunia.

"Yang kami inginkan, pengunjung dari segala usia dapat menikmati fasilitas yang ada di tempat ini, dengan ciri khas berupa lokasi yang menyatu dengan alam,” kata dia.

Masih Terjaga Kelestariannya 

Wisatawan sedang bermain di kolam renang Silayur Park. (Inibaru.id/ Zamrud Naura)

Karena berlokasi di hutan alami, Rahmad berharap siapa pun yang datang mampu mengendalikan diri untuk nggak merusak hutan. Salah satunya adalah dengan nggak membuang sampah di sembarang tempat.

"Silayur Park masih asri. Jadi, kami berharap para wisatawan mematuhi peraturan yang ada agar hutan tetap terjaga dan lestari," tegasnya, bersungguh-sungguh.

Apa yang dikatakan Rahmad memang beralasan. Sudah banyak lokawisata alam yang rusak dan kehilangan pamornya karena ulah para pengunjung yang merusak dan abai menjaga kebersihan. Padahal, daya tarik wisata alam umumnya adalah lingkungannya yang asri, bersih, dan menyejukkan.

Hal itu juga diungkapkan Aminah, salah seorang pengunjung Silayur Park. Menurutnya, Silayur Park menarik karena lingkungannya yang masih terjaga. Kendati berlokasi nggak jauh dari kota, lokawisata alam tersebut masih terjaga kelestariannya.

Hutan Wisata di Tengah Kota

Salah satu spot foto instagramable di Silayur Park. (Inibaru.id/ Zamrud Naura)

Aminah mengaku baru kali pertama berkunjung ke Silayur Park. Kendati berasal dari Semarang, penyuka wisata alami tersebut saat ini tengah merantau ke Bogor untuk bekerja. Maka, begitu pulang kampung, dia pun menyempatkan diri berkunjung ke Silayur Park.

"Baru kali ini datang (ke Silayur Park). Baru tahu kalau ada tempat wisata alam di dekat rumah," terangnya, lalu tertawa.

Menurut Aminah, Silayur Park adalah definisi hutan wisata di tengah kota yang sebenarnya. Hutan wisata ini, lanjutnya, cukup menarik untuk dikunjungi karena selain memiliki banyak fasilitas juga berlokasi nggak jauh dari kota.

"Ini tuh dekat benget dari rumah, jadi nggak perlu jauh-jauh ke pegunungan untuk menikmati wisata alam yang asri,” kelakarnya sembari menujuk ke utara.

Wisata Alam dengan Beragam Fasilitas

Terdapat restoran yang menyediakan berbagai menu pilihan. (Inibaru.id/ Zamrud Naura)

Dari pusat kota, Silayur Park berjarak sekitar 17 kilometer atau kira-kira 30 menit naik kendaraan bermotor dengan kecepatan normal. Tempat wisata yang buka tiap hari pukul 07.00-17.00 WIB ini cocok untuk kamu yang tengah mencari ketenangan tanpa takut perut keroncongan. Kenapa?

Selain menyajikan suasana sejuk dan menenangkan khas pegunungan, Silayur Park juga menyediakan fasilitas Resto dan Cafe dengan tempat duduk yang nyaman. Kamu bisa duduk di resto outdoor yang langsung bersentuhan dengan alam atau gazebo di dekat playground yang dinaungi pepohonan.

Sembari menikmati kudapan atau makan siang, kamu bisa mengajak si kecil bermain di playground, bertandang ke mini-zoo, atau ciblon di kolam renang. Untuk adu ketangkasan, kamu juga bisa menjajal fasilitas mancakrida atau menunggangi ATV.

Aminah mengatakan, Silayur Park memang paling cocok dinikmati bareng keluarga. Dia yang datang bersama keluarga mengaku bisa memilih aktivitas yang inginkan tanpa merasa kebingungan.

"Saat ini keluarga saya sedang bermain di kolam renang, sedangkan saya memilih ngadem di sini," ujarnya. "Tempat ini juga cocok untuk wisatawan yang ingin menikmati sejuknya udara segar di tengah padatnya kota.”

Hm, menarik banget, bukan? Nggak perlu takut lagi dengan mitos tanjakan angker di Silayur deh, Millens. Asalkan berhati-hati dan mengecek kendaraan secara berkala, kamu bakal aman sampai Silayur Park, kok. Eits, jangan lupa berdoa sebelum berangkat ya! (Zamrud Naura/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024