BerandaAdventurial
Sabtu, 27 Jul 2018 13:00

Pasar Kumandang, Pasar Unik di Tengah Hutan Rindang

Gapura menuju Pasar Kumandang. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Di Wonosobo, ada pasar unik yang berlokasi di tengah hutan. Transaksinya nggak pakai uang yang biasa kita gunakan, melainkan dengan keping bambu.

Inibaru.id – Pasar unik ini berada di Dukuh Bongkotan, Desa Bojasari, Kecamatan Kertek, Wonosobo, jawa Tengah. Namanya Pasar Kumandang. Berlokasi sekitar 15 kilometer dari pusat kota, pasar tersebut menyajikan berbagai kuliner dan hiburan tradisional yang mungkin mulai jarang ditemukan dalam keseharian.

Belum lama ini saya berkunjung ke sana. Atmosfer khas pedesaan menyambut saya. Udaranya yang menyegarkan dan orang-orangnya yang ramah benar-benar membuat saya "menepi" dari rutinitas.

Sekelompok pemain perkusi telah menyambut saya di pintu masuk dengan alunan musik dangdut koplo-nya. Terdengar rancak sekali!

Kelompok perkusi menyambut di gapura masuk. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Keping Bambu

Berbeda dengan pasar pada umumnya yang bertransaksi dengan uang Rupiah, di Pasar Kumandang kamu cuma bisa bertransaksi dengan keping bambu yang mereka sediakan, Millens. Kita bisa memiliki keping bambu tersebut dengan menukarkannya di tiga stan yang mereka sediakan. Satu keping bambu sama dengan Rp 2.000.

Model transaksi seperti ini pernah saya lihat di Pasar Segajih di Kulon Progo, Yogyakarta, atau di Pasar Papringan, Temanggung. Unik dan menarik! 

Pasar Kumandang dipadati pengunjung. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Ada tiga stan pembelian keping bambu di sana. Sayang, antrian pengunjung belum diatur menjadi satu barisan. Saya pun harus berdesakan dengan pengunjung lain untuk mendapatkan keping bambu tersebut.

Jajanan Tradisional

Memasuki Pasar Kumandang, suasana sudah cukup ramai. Saya segera berkeliling untuk berburu berbagai jajanan tradisional sebelum kehabisan dibeli pengunjung lain. Sekali lagi, antusiasme pengunjung membuat saya mengantre dan berdesakan dengan pengunjung lain. Perjuangan belum berakhir! Ha-ha.

Cenil, lupis, dan tiwul dalam satu wadah. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Ada banyak stan makanan dan minuman di sana. Semuanya serba lawas dan tradisional. Banyak makanan di sana yang bahkan bakal jarang kita temukan dalam keseharian, misalnya jajanan seperti cenil, lupis, tiwul, telur gulung, dan wajik buah. Wah, kalau saja nggak ingat berat badan, rasanya pengin saya coba semuanya, deh!

Zero Plastic

Pasar Kumandang mengusung konsep kembali ke alam dan zero plastic. Yap, ini sesuai dengan lokasinya yang berada di tengah hutan. Jadi jangan heran kalau kamu nggak diberi kantung plastik untuk membawa belanjaan.

Eits, tapi jangan khawatir, kamu bisa, kok, membeli tas anyaman bambu seharga empat keping bambu untuk tempat belanjaanmu. Yeah, ramah lingkungan sekali.

Keping bambu pengganti uang untuk bertransaksi. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Dilarang Sembarangan Merokok

Oya, untuk kamu yang merokok, jangan sembarangan merokok di Pasar Kumandang, ya! Para pengunjung di sana memang dilarang merokok di sembarang tempat. Kalau kebelet pengin merokok, panitia sudah menyediakan tempat merokok khusus, kok.

Pasar Kumandang juga sebagai tempat wisata edukasi bagi anak-anak. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)

Bahasa Jawa

Satu hal yang juga menarik dan paling menantang di Pasar Kumandang adalah keharusan pengunjung berkomunikasi dengan bahasa Jawa selama berada di dalam pasar tersebut. Bahasa Jawa saya pas-pasan banget! Ini membuat saya kurang bisa cas-cis-cus bak penduduk lokal. Hu-hu.

Namun, buat kamu yang pengin belajar atau memfasihkan logat Jawamu, tempat itu pas banget buatmu!

Tertantang untuk berkunjung ke Pasar Kumandang? Pasar itu hanya buka setiap Minggu mulai pukul 06.00 WIB. So, segera atur jadwalmu dan monggo rawuh! He-he. (Mayang Istnaini/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024