BerandaAdventurial
Selasa, 30 Jun 2025 15:01

Gunung Bukan Ladang Konten; Bijaklah Memakai Gawai di Jalur Pendakian!

Ilustrasi: Saat melakukan pendakian, pastikan untuk lebih berhati-hati saat menggunakan gawai. (Switchbacktravel/Chris Carter)

Sudah banyak memakan korban, maka berhati-hatilah saat memakai gawai di jalur pendakian; karena gunung bukanlah ladang konten. Bagaimana cara ngonten yang benar saat mendaki?

Inibaru.id – Baru saja turun dari Puncak Ungaran, kabut tebal yang mendadak menyergap membuat Suryani kehilangan pandangan, yang berujung kehilangan jejak kelima temannya yang berada di depannya. Sebagai pendaki pemula yang nggak mengenal medan, tentu saja dia merasa panik.

"Ini peristiwa dua tahun lalu, bulan Agustus," terang perempuan asal Kabupaten Pati tersebut, Senin (30/6/2025), "tapi membekas karena aku terpaksa berhenti di sebuah jalur yang bercabang, menunggu kabut menipis. Tanpa pengetahuan mendaki yang cukup, aku takut melangkah. Ponsel low-bat pula!"

Setelah kabut menipis, barulah Yani, sapaan akrabnya, berani buka ponsel untuk memastikan posisinya ada di mana. Kebetulan waktu itu sinyal nggak menghilang. Setelah mengirim chat singkat minta tolong disertai lokasinya saat itu ke salah seorang temannya, dia memilih menunggu di jalur turun via Candi Gedong Songo.

"Skema terburuknya, aku turun sendiri. (Gunung) Ungaran bukan pendakian yang panjang. Di tas masih ada persediaan makanan. Jadi, pikirku, asal nggak tersesat, aku bakal sampai jika terus turun. Untungnya, nggak lama kemudian teman-temanku datang dan kami bisa turun dengan selamat," kenangnya.

Gawai sebagai Pendukung, Bukan Sebaliknya

Dalam pendakian tersebut, Yani merasa beruntung karena gawai yang dibawanya berhasil menyelamatkannya. Dengan teknologi mutakhir saat ini, para pendaki memang dimudahkan dengan keberadaan gawai, utamanya untuk kebutuhan navigasi dan komunikasi antarpendaki.

Namun begitu, alih-alih menjadi teknologi pendukung, terkadang gawai justru menjadi penyebab kecelakaan para pendaki. Kamu tentu masih ingat peristiwa seminggu lalu ketika seorang pendaki Gunung Muria terjatuh di jurang sedalam ratusan meter saat menuruni Puncak Natas Angin, Kabupaten Kudus.

Seorang saksi mengatakan bahwa perempuan 21 tahun itu tengah merekam pemandangan sambil berjalan sebelum diketahui terpeleset ketika memasuki trek licin yang dikenal sebagai "Jalur Naga".

Peristiwa itu tentu saja bukan kejadian pertama yang terjadi di era "apa-apa dibuat konten" seperti sekarang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebutuhan untuk ngonten acap mengabaikan situasi dan keselamatan. Dari sekadar swafoto, live streaming, hingga vlog pendakian di tempat ekstrem mereka jalani.

Semua demi Konten

Ilustrasi: Saat menggunakan gawai di jalur pendakian, jangan abai terhadap bahaya yang bisa saja datang. (Getty Images via Forbes)

Sekali lagi, keberadaan gawai saat melakukan pendakian seharusnya menjadi pendukung; atau setidaknya sekadar alat dokumentasi untuk dibagikan ke media sosial. Namun, di balik semangat berbagi pengalaman ini, kadang kita kurang wawas diri dan abai terhadap bahaya yang bisa saja datang.

Pada Juli 2021, YouTuber asal Denmark, Albert Dyrlund jatuh dari tebing setinggi 200 meter di Italia saat merekam konten. Di India, influencer Aanvi Kamdar meninggal usai terpeleset di tepi air terjun saat merekam untuk reels Instagram.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut, insiden akibat terdistraksi oleh ponsel saat berada di tempat-tempat yang memerlukan konsentrasi tinggi bukanlah hal baru. Kepala Subdit Operasi SAR I Wayan Suyatna, mengatakan, banyak korban tersesat karena ponsel di jalur sempit dan berkabut.

Sejumlah rute pendakian di Indonesia, dia mengungkapkan, memiliki titik-titik yang cukup ekstrem dan rawan membuat pendaki terjatuh. Ini termasuk di jalur-jalur pendakian Gunung Prau, Merbabu, dan Rinjani. "Di sinilah konsentrasi dan kesadaran penuh sangat dibutuhkan," tuturnya belum lama ini.

Tips Aman Memakai Gawai saat Mendaki

Agar tetap aman menggunakan gawai saat melakukan pendakian, berikut adalah tips yang bisa kamu coba, yang dihimpun Inibaru.id dari berbagai sumber:

  1. Gunakan ponsel hanya saat jalur yang kita lalui aman, nggak licin, landai, dan cukup jauh dari bibir jurang untuk mengantisipasi kemungkinan kita tergelincir;
  2. Berhentilah saat menggunakan gawai. Jangan merekam sambil berjalan, apalagi di jalur curam;
  3. Atur ke mode pesawat saat mendaki untuk menghindarkan diri dari godaan notifikasi. Selain itu, mengubah ke mode pesawat akan menghemat baterai sehingga bisa dipakai saat kondisi darurat;
  4. Utamakan melakukan pendokumentasian perjalanan bersama tim. Mintalah bantuan kawanmu untuk memotret alih-alih swafoto agar bisa saling menjaga dan nggak tertinggal; 
  5. Bawalah peralatan navigasi manual. Meski akurasi gawai sudah sangat canggih, jangan hanya mengandalkan peta digital, karena kamu nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di alam liar;
  6. Nikmati alam dengan kesadaran penuh dan kesampingkan keinginan untuk terhubung secara sosial saat itu juga via daring. Biarkan pengikutmu menunggu "oleh-oleh" cerita petualanganmu itu nanti.

Gawai ibarat belahan jiwa di era digital. Namun, pahamilah bahwa alam liar seperti gunung bisa mengubahnya sebagai "musuh" jika kamu nggak berhati-hati. Ingatlah bahwa dokumentasi terpenting dalam sebuah pendakian bukanlah selama di perjalanan, tapi cerita setelah kita pulang dengan selamat. (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: