BerandaAdventurial
Kamis, 5 Feb 2020 13:47

Ereveld Kalibanteng, Tempat Orang Belanda Korban Perang Beristirahat dengan Tenang

Eko Boedi Listyanto, pengawas lapangan menunjukkan Ereveld Kalibanteng. (Inibaru.id/ Audrian F)

Ereveld Kalibanteng menjadi tempat persemayaman ribuan orang Belanda dan pribumi yang menjadi korban perang.<br>

Inibaru.id - Jejak peninggalan masa kolonial ternyata nggak cuma bangunan-bangunan kuno. Namun keberadaan mereka di masa lampau juga ditandai dengan adanya permakaman khusus orang-orang Belanda. Namanya adalah “Ereveld”.

Permakaman tersebut didirikan oleh Yayasan Makam Kehormatan Belanda (Oorlogs Graven Stichting (OGS). Di Indonesia terdapat 7 makam. Di Jakarta terletak di Menteng Pulo dan Ancol. Bandung ada di daerah Pandu dan Leuwigajah. Sementara di Surabaya berada di Lembangkuning. Kalau di Semarang, kamu bisa menemukan permakaman ini di Candi dan Kalibanteng.

Memang kalau diamati, kota-kota tersebut mempunyai reputasi bersejarah di era kolonial ya, Millens. Nah, pada Selasa (28/1) saya berinisiatif mengunjungi Ereveld yang berlokasi di Kalibanteng, Kota Semarang.

Gerbang Ereveld Kalibanteng yang berada di Jalan Siliwangi, Kalibanteng, Kota Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Menurut pengawas lapangan Ereveld Kalibanteng Eko Boedi Listyanto, Makam Kehormatan Belanda yang di Kalibanteng dan di Candi memiliki perbedaan. Baik dari segi luas maupun jenazah yang disemayamkan.

“Kalau di Candi sana cuma jenazah tentara KNIL. Yang di Kalibanteng ini ya tetap ada tentara, cuma ada juga rakyat sipil,” ujar Eko.

Makam Ereveld Kalibanteng yang dibangun pada 1946 hingga 1950 ini berbentuk segitiga sama sisi. Kala itu Jalan Siliwangi masih bernama Grote Pstweg.

Dibangun dinas pemakaman tentara milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), makam ini baru diresmikan pada 22 April 1949.

Ereveld dirawat dengan baik. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Seperti yang sudah dijelaskan Eko tadi, "penghuni" Ereveld Kalibanteng nggak cuma tentara KNIL, namun ada juga masyarakat sipil. Mereka semua berasal dari tempat pengasingan tawanan milik Jepang yang berada di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyu Biru, Lampersari, dan Karangpanas. Lebih dari 3.000 jenazah korban perang disemayamkan di sini.

Menurut arsip catatan Ereveld, dahulu ada 22 Makam Kehormatan Belanda yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Namun atas permohonan Pemerintah Indonesia setelah penyerahan kedaulatan di tahun 60-an, Makam Kehomatan Belanda tersebut dipusatkan di Pulau Jawa saja.

Ada hal unik di Ereveld Kalibanteng ini. Letak makam anak berada di tengah makam laki-laki dan perempuan. Tadinya saya pikir, mungkin itu sebagai gambaran keluarga. Saya menanyakan hal ini pada Yayasan Makam Kehormatan Belanda yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta via surel.

Jalan setapak yang membelah makam-makam di Ereveld Kalibanteng. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Kata Direktur Yayasan Robbert van de Rijdt, penempatan berdasarkan usia dan gender merupakan keputusan Dinas Pemakaman Belanda di Pasifik Barat Daya. Namun kalaupun benar dia setuju kalau denah seperti itu mirip seperti gambaran sebuah kelurga di mana, kedua orang tua mendampingi mendampingi dan menuntun anaknya.

Hal unik lainnya, setiap makam diberi batu nisan sesuai keyakinan mereka. Nisan berbentuk seperti kubah masjid menandakan mereka muslim, nisan salib berarti sang pemilik Kristen atau Protestan, sedangkan segi enam milik orang Yahudi.

Nah, jadi itu tadi seputar Makam Kehormatan Belanda Ereveld Kalibanteng. Kamu sudah tahu belum? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024