BerandaAdventurial
Senin, 20 Feb 2022 15:00

Berwisata ke Umbul Manten, Klaten yang Sakral

Wisatawan sedang menikmati air di Umbul Manten, Klaten. (Kompas/Anggara Wikan Prasetya)

Setelah ada kejadian pohon besar yang ambruk pada 2019 lalu, nggak banyak lagi orang yang menjalankan ritual kungkum. Kini, tempat itu didominasi wisatawan yang pengin menikmati keindahan Umbul Manten, Klaten.

Inibaru.id – Cari destinasi wisata pas lagi di Klaten? Nggak bakal salah deh kalau kamu melipir ke Umbul Manten yang ada di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah ini. Eh, kamu tahu nggak kalau air dari umbul ini kerap diambil untuk siraman pengantin dan dijadikan lokasi ritual kungkum?

Terletak di tepi sawah, umbul ini berada di kawasan seluas 400 meter persegi dan dekat dengan permukiman penduduk. Adapun umbul utama berada di barat dan satu umbul lebih kecil di sebelah selatan. O ya, satu kolam penampungan air buangan dijadikan wisata kuliner.

Kalau kamu perhatikan, ada tujuh pohon beringin ukuran besar yang berdiri di sana. Ada yang masih hidup dan ada yang mulai lapuk karena sudah tua.

"Kadang ada untuk kungkum (berendam) dalam rangka ritual. Untuk berendam orang sakit juga ada, untuk siraman pengantin itu sering ambil dari sini," tutur pedagang di objek wisata Umbul Manten, Sriyanto (56).

Menurut cerita leluhur yang didengar Sriyanto, umbul itu sudah ada sejak berabad silam. Nah, pada zaman kerajaan Mataram Islam, tempat ini juga kerap digunakan untuk mandi.

"Di zaman keraton konon untuk mandi kerajaan. Sejak dulu ya dikepung pohon besar-besar karena di sekitarnya dulu hutan," sambung Sriyanto.

Cerita Sriyanto berlanjut, setelah ada sawah, di sekitar umbul dijadikan untuk lahan tanam sayuran karena air melimpah. Debit air di umbul ini memang melimpah, Millens.

Suasana Umbul Manten menjelang Ramadan 2019. (Kompas/Anggara Wikan Prasetya)

Dirinya pernah mengikuti pengukuran debit air bersama DPU tahun 2017. Debit air Umbul Manten mencapai 5 ribu liter perdetik. Padahal kala itu bulan Juni dan merupakan puncak kemarau. Wah, besar banget ya debit airnya?

Sriyanto menyebutkan jika hanya ada satu mata air yang besar di satu kolam. Mata air itu arusnya sangat deras hingga harus ditutup batu.

"Dulu saat rehab 2019 itu air besar sekali, seperti Lapindo saja dan ditutup batu. Konon memang ada batu gong penutupnya, agar air tidak menyembur," ujar Sriyanto. Bahkan saking besarnya, air dari Umbul Manten digunakan untuk memasok kebutuhan air minum lima desa. Bahkan cakupan airnya dapat mengairi ribuan rumah.

"Digunakan untuk air bersih di beberapa desa. Mulai Desa Sidowayah, Janti, Kranggan, Sidoharjo, dan Keprabon. Ribuan rumah, jadi ini vital dan belum untuk irigasinya," Sriyanto menjelaskan.

Sementara itu, Direktur Bumdes Sinergi Desa Sidowayah, Hartoyo mengatakan ada beberapa desa yang memanfaatkan air Umbul Manten. Desa-desa tersebut membayar air per meter kubik.

"Jadi bayarnya per meter kubik tapi yang mengelola BPSPAM. Mencakup ribuan rumah tangga sejak tahun 1980-an," kata Hartoyo di lokasi.

Hartoyo mengungkapkan kalau Umbul Manten mulai dimanfaatkan untuk wisata sekitar 2016/2017. Sebelumnya, area ini dikontrak pengelola orang luar.

" Pendapatan sudah cukup lumayan," imbuh Hartoyo.

Kini, kamu bisa menikmati keasrian Umbul Manten bersama teman atau keluarga. Setelah pada 2019, ada pohon roboh di sini, nggak banyak orang yang menjalankan ritual kungkum.

Tapi, kalau kamu ke sini pada musim hujan harus berhati-hati ya. Pasalnya, pohon besar yang ada di sana rawan roboh seperti yang terjadi pada Rabu (16/2). Untungnya, nggak ada korban jiwa karena banyak wisatawan yang sudah meninggalkan lokasi. (Det,Sol/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024