Inibaru.id – Di Indonesia, cukup banyak makam yang berlokasi di puncak bukit. Yang paling populer bisa jadi adalah Makam Bergota di Kota Semarang. Tapi, sebenarnya ada makam di atas bukit lainnya yang jauh lebih menarik. Makam tersebut adalah Makam Kuwu yang ada di Desa Watulawang, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah.
Nama makam kuno yang ada di desa tersebut diambil dari nama Mbah Kuwu Kebayeman. Beliau memang dimakamkan di kompleks makam dengan bentuk yang mirip dengan punden berundak tersebut. Sementara itu, nama Watulawang diambil dari sebuah batu yang berbentuk mirip dengan gerbang atau pintu di area sawah desa tersebut. Warga setempat ada yang percaya jika batu itu adalah gerbang ke dunia gaib, Millens.
Balik lagi ke Makam Kuwu yang unik. Menurut cerita rakyat setempat, di sana ada makam dari seorang putri bangsawan dari kerajaan yang ada di daerah timur. Sayangnya, hingga meninggal, putri tersebut nggak punya keturunan.
“Warga setempat menamai makamnya sebagai Mbah Kuwu Den Ayu karena sampai beliau meninggal nggak ada yang tahu pasti dari mana asal usulnya. Hanya diduga dari kerajaan timur. Itu saja,” ungkap juru kunci dari kompleks makam tersebut, Sanwardi sebagaimana dilansir dari Tvonenews, Rabu (10/8/2022).
Sayangnya, nggak ada kejelasan bagaimana bisa kompleks makam tersebut memiliki bentuk punden berundak. Nggak jelas pula mengapa kompleks makam tersebut sering didatangi pejabat, anggota keluarga Keraton Yogyakarta, dan sejumlah orang penting lain.
“Banyak pejabat yang datang ke Makam Mbah Kuwu untuk memohon macam-macam. Sebagian meminta kenaikan pangkat,” ucap Kepala Desa Wasito.
Selain keunikan bentuk yang mirip punden berundak, ada hal menarik lain dari makam ini, yaitu adanya tradisi Selamatan Palakiyah yang hanya digelar tiga tahun sekali, tepatnya pada bulan Muharram. Saat tradisi tersebut digelar, warga mengarak sesajen yang berisi kepala kambing kendit yang sudah dibungkus kain mori dan dihasi bunga, kelapa muda, serta jajan pasar.
Selain tradisi tersebut, masyarakat setempat juga mengenal tradisi-tradisi lain yang seringkali digelar di komplek makam seperti Merdi Bumi, Ruwat Dadung, Baritan, Kunderan Suran, Ngeramas Benda Pusaka, Megeng, Slametan Batur, dan lain-lain.
“Tradisi-tradisi ini langka sebaiknya harus tetap dilestarikan. Semoga saja generasi muda di masa mendatang tetap melakukannya,” ungkap salah seorang pengunjung kompleks makam tersebut, Adi Pandoyo.
Sayang banget ya, nggak ada kejelasan tentang bentuk Makam Kuwu yang mirip seperti punden berundak. Padahal, bisa jadi ada maknanya tersendiri, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)