BerandaTradisinesia
Sabtu, 24 Mar 2023 20:38

Tradisi Membangunkan Sahur Sudah Ada Sejak Zaman Nabi

Sekelompok anak sedang membunyikan bermacam alat musik untuk membangunkan orang sahur. (Kompasiana/Ronal Haris)

Di banyak kampung di Indonesia, ada satu tradisi yang sering dilakukan setiap bulan Ramadan yaitu membangunkan orang sahur. Ternyata hal ini merupakan kebiasaan di zaman Rasulullah lo.

Inibaru.id - Tradisi membangunkan sahur di Indonesia memang sudah menjadi budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Namun, tidak ada catatan pasti mengenai sejarah tradisi membangunkan sahur di Indonesia secara spesifik.

Meski begitu, dapat diketahui bahwa tradisi membangunkan sahur sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan umat Islam di Arab Saudi. Nabi Muhammad SAW sendiri disebutkan dalam hadis-hadis bahwa beliau seringkali membangunkan sahabat-sahabatnya untuk makan sahur.

Di Indonesia, tradisi membangunkan sahur telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Dalam buku Makanan dan Minuman Indonesia oleh Y.W. Junardy, disebutkan bahwa pada masa itu, para pengemudi pedati (dokar) seringkali mengendarai pedati mereka di sekitar permukiman warga untuk membangunkan orang-orang yang hendak sahur.

Pengemudi pedati ini biasanya membawa semacam alat pemukul atau genta untuk membangunkan orang-orang yang sedang tidur.

Setelah kemerdekaan Indonesia, tradisi membangunkan sahur semakin menjadi-jadi dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Biasanya, di masjid-masjid atau musala-musala, terdapat orang yang bertugas untuk membangunkan jemaah untuk sahur dengan membunyikan beduk atau alat pemukul lainnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kini tradisi membangunkan sahur sudah semakin modern. Orang-orang lebih banyak menggunakan alarm di ponsel mereka untuk membangunkan diri sendiri atau keluarga mereka untuk sahur. Namun, tradisi membangunkan sahur oleh orang-orang yang berkeliling di permukiman masih ada dan dilakukan oleh beberapa orang, terutama di daerah pedesaan.

Macam-macam tradisi membangunkan sahur di Indonesia

Tradisi membangunkan sahur di Indonesia memiliki berbagai macam bentuk dan variasi, tergantung dari daerah atau suku bangsa yang melakukannya. Berikut adalah beberapa contoh tradisi membangunkan sahur di Indonesia:

Thongtek

Budaya thongtek di Jepara dan sekitarnya berasal dari kebiasaan masyarakat setempat yang menggelar warga yang masih tertidur agar bangun untuk makan sahur. Kegiatan ini dianggap sebagai amal baik karena makan sahur dianggap memiliki nilai pahala yang besar.

Awalnya, tugas membangunkan sahur hanya dilakukan oleh para santri pondok pesantren yang dijadikan piket untuk membangunkan ustadz dan Kiyai mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat umum juga ikut serta dalam kegiatan membangunkan sahur ini.

Ubrug-Ubrug (Kuningan)

Sejak tahun 1970, seni ubrug-ubrug telah menjadi tradisi di sebelah timur Kota Kuningan untuk membangunkan sahur. Sejumlah pemuda membentuk tim terdiri dari sepuluh orang, di mana lima orang membawa genjring, dua orang membawa kohkol (kentongan bambu), satu penabuh bedug, dan dua lainnya mendorong gerobak bedug.

Dengan perpaduan suara genjring, bedug, dan kohkol, mereka menghasilkan alunan musik tradisional yang khas. Meskipun tidak menggunakan pengeras suara, teriakan yang membangunkan orang untuk sahur tetap lantang terdengar sehingga masyarakat dapat bangun untuk santap sahur.

Percalan (Salatiga)

Ilustrasi percalan di Salatiga. (Blogunik)

Pada bulan puasa, anak-anak dan pemuda di Salatiga tidak akan tidur di rumah, melainkan di Mushola. Sekitar jam 2 malam, mereka bangun dan membawa tetabuhan seperti kentongan bambu, besi bekas, bedug, dan ember bekas, yang kemudian dipukul dengan irama yang enak didengar.

Kemudian mereka berkeliling kampung dan membangunkan warga untuk melaksanakan makan sahur. Tradisi percalan ini telah berlangsung dari puluhan tahun yang lalu dan dilestarikan sampai sekarang oleh masyarakat Salatiga.

Bagarakan Sahur (Kalimantan Selatan)

Bagarakan sahur merupakan aktivitas sekelompok pemuda di Kalimantan Selatan yang bangun di tengah malam selama bulan puasa untuk membangunkan umat Muslim. Tidak ada catatan yang menyebutkan kapan tradisi ini dimulai, namun bagarakan sahur sudah berlangsung secara turun temurun.

Biasanya, para pemuda di daerah hulu sungai Kalimantan Selatan menggunakan alat musik seperti babun, agung, dan seruling. Ada juga yang melakukan bagarakan sahur ini dengan gerobak yang ditarik oleh seekor sapi. Kemudian mereka berkeliling kampung sambil memainkan berbagai peralatan untuk membangunkan masyarakat.

Dengo-Dengo (Sulawesi Tengah)

Masyarakat Kota Bungku, Morowali, Sulawesi Tengah, memiliki tradisi yang mereka sebut dengo-dengo, yang berfungsi untuk membangunkan umat Muslim untuk melaksanakan sahur. Dengo-dengo adalah sebuah bangunan yang tingginya mencapai hampir 15 meter dan terbuat dari batang bambu sebagai tiang penyangga, menggunakan lantai papan dengan ukuran 3×3 meter persegi dan beratap daun sagu.

Bangunan ini didirikan dengan cara gotong royong oleh warga menjelang datangnya bulan Ramadhan. Dengo-dengo sudah hadir di Bungku sejak awal masuknya Islam pada abad ke-17 untuk menyerukan kepada warga agar bangun saat sahur dini hari.

Hampir setiap rukun tetangga (RT) memiliki sebuah dengo-dengo, yang dilengkapi dengan sebuah gong, gendang, dan rebana serta ditunggui sekitar delapan orang.

Kalau di tempatmu, tradisi ini masih ada apa sudah hilang nih, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024