BerandaTradisinesia
Senin, 25 Mar 2018 16:00

Mengundang Bidadari Turun dan Menari Bersama Sintren

Penari Sintren dansang pawang, (negerikuindonesia.com)

Yuk, berkenalan dengan Tari Sintren. Tari yang bermula dari kisah pada masa Kesultanan Mataram ini memiliki nuansa magis nan mistis di dalamnya.

Inibaru.id – Turun turun sintren/Sintrene widadari/Nemu kembang yun ayunan/Nemu kembang yun ayunan/Kembange putri mahendra/Widadari temurunan... (Lagu "Turun Sintren")

Ada satu tarian klasik yang melegenda di Jawa Tengah dan Jawa Barat dan terkenal karena memiliki unsur magis dan mistis di dalamnya. Namanya adalah Tari Sintren. Tarian ini memiliki ritual khusus untuk memanggil roh, Millens.

Walaupun berasal dari Jawa Tengah, Tari Sintren ini juga berkembang dan tersebar di pesisir utara pantai Jawa Barat, seperti Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Penyebaran ini didukung oleh eksistensi tarian yang memang berkembang di daerah pesisir, mulai dari Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.

Millens perlu tahu nih, bahwa penari sintren ini merupakan perwujudan Sulasih, seorang perempuan yang diperintahkan menjadi penari jika ingin bertemu dengan pujaan hatinya, Sulandono. Perintah itu muncul karena percintaan mereka tidak direstui oleh ayah Sulandono, bupati bawahan Kesultanan Mataram yang bernama Joko Bahu atau lebih dikenal sebagai Bahurekso.

Baca juga:
Slawatan Purbalingga dan Lantunan Al-Barzanji
Mereka Mengawinkan Sepasang Poci

Mengutip negerikuindonesia.com, pementasan Tari Sintren diawali dengan dupan, yaitu ritual berdoa untuk memohon perlindungan Tuhan dari bahaya yang mungkil muncul selama pertunjukan.

Mula-mula, sang pawang akan melakukan paripurna, yakni menyiapkan satu orang yang akan dijadikan sebagai sintren. Sintren ini ditemani oleh empat dayang yang juga diperankan oleh para penari.

Nah, ada yang istimewa, nih. Penari sintren ini diharuskan masih gadis, lo. Ini dikarenakan tarian perlu dilakukan dalam keadaan suci. Nggak hanya itu, para penari pun diwajibkan berpuasa agar tingkah laku dan diri mereka terjaga dari dosa dan zina. Dengan begitu, roh dapat memasuki tubuh penari dengan mudah.

Sebagai permulaan, calon sintren ini memakai pakaian biasa. Mantra pun dibacakan dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan yang dibakar. Penari itu lalu diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam sangkar ayam bersama dengan busana dan perlengkapan rias.

Nggak lama, kurungan tersebut akan bergetar dan terbuka. Ajaibnya, penari di dalamnya sudah berganti penampilan. Busana yang dipakai berupa baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Baju ini dipadukan dengan kain jarit atau celana cinde. Penari juga memakai jamang, yaitu untaian bunga melati.

Yang menarik, penari ini mengenakan kacamata hitam, lo. Kacamata ini digunakan karena penari selalu memejamkan mata saat dimasuki oleh roh atau dewa.

Setelah siap, penari Sintren pun akan menari dengan indah. Sesekali, penonton akan melempar uang balangan ke arah penari Sintren. Jika terkena lemparan, penari tersebut akan pingsan, dan pawang perlu membacakan mantra dan mengusap wajahnya agar dia dapat melanjutkan tariannya. Untuk itulah, pawang terus menyebarkan asap kemenyan agar penari tetap fokus.

Baca juga:
Barongan Tegal dan Histeria Penonton
Menumbuhkan Sportivitas melalui Permainan Betengan

Nah, pada sebagian pertunjukkan, tarian ini akan ditutup dengan tahap temohan. Ini merupakan tahap saat para penari yang membawa nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih berupa uang seikhlasnya.

Tari Sintren ini dilakukan dengan iringan lagu Jawa dan alat musik tradisional seperti gending. Mengutip liputan6.com (23/8/2016), ada alat iringan musik lain yang terbuat dari tembikar dan kipas bambu yang akan memunculkan suara khas ketika ditabuh.

Hm, jadi penasaran, kan? (AYU/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: