Inibaru.id – Menikahkan sepasang manusia itu lumrah. Tapi mengawinkan benda tanpa nyawa kayak poci? Yakin deh pasti bikin kamu tertarik.
Ya, di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah ada tradisi unik bernama Mantu Poci, yaitu proses menikahkan sepasang poci. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh sepasang suami istri yang sudah lama menikah tapi belum diberi momongan.
Mantu Poci berasal dari kata “mantu” dan poci. “Mantu” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “menikahkan alias mendapat menantu” atau “menantu”. Adapun “poci” adalah wadah minuman. Mengutip budayajawa.id (31/1/2018), inti acara dari tradisi Mantu Poci ini yaitu menikahkan sepasang poci yang terbuat dari tanah liat berukuran raksasa selayaknya menikahkan sepasang anak manusia. Wah, jadi penasaran kan bagaimana proses pernikahannya?
Baca juga:
Barongan Tegal dan Histeria Penonton
Dakon, Permainan Tradisional yang Hampir Punah
Proses pernikahan dalam Mantu Poci nggak jauh berbeda seperti proses pernikahan pada umumnya, yaitu dihadiri oleh tamu undangan yang bisa berjumlah ratusan bahkan hingga ribuan tamu, lo. Poci raksasa yang dinikahkan akan disandingkan di pelaminan yang telah didekorasi sedemikian rupa bersama dengan kedua orang tua yang memiliki hajat. Namun sebelumnya, sepasang poci ini akan diberi rangkaian hiasan dari bunga melati lalu diarak keliling desa. Seru banget, ya?
Nggak hanya itu, sajian makanannya pun dibuat beraneka ragam. Bahkan bermacam pementasan juga ikut dihadirkan dalam tradisi unik ini. Nggak ketinggalan, di depan pintu masuk disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah. Totalitas banget orang yang punya hajat ini ya, Millens.
Sayang sekali, sejarah tradisi Mantu Poci ini agak sulit ditelusuri karena nggak ada sumber tertulis yang pasti. Melansir laman wisatategal.com, Mantu Poci diperkirakan mulai ada pada 1930-an dan digelar di wilayah pesisir Kota dan Kabupaten Tegal seperti Tegalsari, Muarareja, Tunon, Cabawan, dan Margadana.
Oya, setiap tradisi pasti punya tujuan tertentu. Mantu Poci pun begitu. Tradisi ini ada sebagai ungkapan harapan agar si penyelenggara segera diberikan keturunan. Selain itu, tradisi ini juga bertujuan agar si penyelenggara merasa layak menjadi orang tua yang mampu membesarkan putri-putra mereka.
Baca juga:
Slawatan Purbalingga dan Lantunan Al-Barzanji
Mengundang Bidadari Turun dan Menari Bersama Sintren
Namun, kabarnya tradisi Mantu Poci semakin jarang dijumpai di salah di Tegal. Mengutip tulisan Much Tahpur berjudul “Tradisi Mantu Poci di Tegal sebagai Inspirasi Ekspresi Estetis Karya Seni Kriya Logam” (6/7/2015), tradisi Mantu Poci terancam hilang karena pelaku-pelaku tradisi tersebut merasa malu untuk melakukannya. Para pelakunya menganggap tradisi tersebut sudah nggak sesuai dengan zaman sekarang.
Sayang sekali ya, tradisi itu harus “hilang”. Padahal tradisi asli Tegal ini sangat unik dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Semoga ada orang-orang yang mau menghidupkan dan melesatarikannya.(UMU/SA)