BerandaHits
Senin, 15 Des 2024 12:41

Mengungkap Ketokohan Brawijaya, Fiktif atau Nyata?

Mengungkap Ketokohan Brawijaya, Fiktif atau Nyata?

Brawijaya jadi nama universitas di Malang, Jawa Timur. (UB/Anom Harya)

Usai salah seorang pendakwah mengklaim diri sebagai keturunan Prabu Brawijaya, pakar arkeologi justru menyebut Prabu Brawijaya sebagai tokoh fiktif. Apakah hal ini memang benar?

Inibaru.id – Kita mengenal Universitas Brawijaya yang ada di Kota Malang, Stadion Brawijaya di Kediri, KA Brawijaya, dan Terminal Bus Brawijaya yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur. Semuanya merujuk pada nama Prabu Brawijaya yang konon merupakan pemimpin terakhir dari Kerajaan Majapahit. Namun, belakangan ini sejumlah ahli sejarah menyebut Brawijaya adalah tokoh fiktif.

Pembahasan tentang eksistensi tokoh Prabu Brawijaya berasal dari klaim dari seorang pendakwah yang jadi kontroversi belakangan ini. Dalam sebuah video, sang pendakwah menyebut dirinya sebagai keturunan ke-18 dari Prabu Brawijaya, Millens.

Klaim ini kemudian dibantah oleh peneliti arkeologi Harry Sofian lewat akun Twitternya @harrysofian. Peneliti yang bertugas di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Negeri Gadjahmada Yogyakarta (UGM) ini justru menyebut Prabu Brawijaya sebagai tokoh fiktif. Alasannya, nama Prabu Brawijaya hanya ditemukan di karya sastra, yaitu Babad Tanah Jawi, dan nggak ditemukan di prasasti, naskah, atau peninggalan bersejarah lain sebagaimana para ahli menguak keberadaan tokoh-tokoh lain di Kerajaan Majapahit.

Nama Brawijaya hanya muncul di Babad Tanah Jawa yang diragukan otentifikasinya sebagai sejarah, tetapi sebagai karya sastra. Nama Brawijaya nggak ada dalam prasasti dan naskah lain, tapi hanya muncul di legenda rakyat dan Babad Tanah Jawa,” tulisnya pada Senin (9/12/2024).

Kalau menurut Harry pula, kalau ada pihak bersikukuh menganggap karya sastra sebagai bukti sejarah, bakal seperti menjadikan Roman Sejarah yang dibuat Pramoedya Ananta Toer sebagai bukti sejarah autentik yang tentu saja nggak tepat, Millens.

Stadion Brawijaya di Kediri, Jawa Timur. (Google Street View)

Oleh karena itu, jika kita menilik ke banyak data tentang daftar Raja Majapahit di mana-mana, nggak ada satu pun nama Brawijaya. Setelah Raden Wijaya, berturut-rutut yang jadi raja adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, Wikramawardhana, dan yang terakhir adalah Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (Bhre Keling) yang memerintah Majapahit dari 1474 sampai 1518.

Nah, di Babad Tanah Jawi yang konon ditulis pada abad ke-19 atas perintah Pakubuwana III, Susuhunan kedua Surakarta (1749-1788), disebutkan bahwa Prabu Brawijaya jadi saksi runtuhnya Kerajaan Majapahit usai diserang Raden Patah yang disebut sebagai putranya sendiri. Kontras banget dengan informasi yang diungkap Suma Oriental karya penulis sejarah Portugis Tome Pires yang menyebut Raden Patah adalah seorang cucu dari masyarakat biasa dari Gresik, Jawa Timur, alias bukan keturunan raja.

Nama Brawijaya memang juga disebut dalam karya sastra lain seperti Serat Centhini III, Serat Darmogandul, hingga Serat Carita Purwaka Caruban Nagari. Tapi, layaknya Babad Tanah Jawi, karya-karya tersebut lebih cocok disebut sebagai karya sastra sebagaimana Babad Tanah Jawi, yang nggak bisa dianggap sebagai bukti sejarah otentik. Artinya, Brawijaya lebih cocok disebut sebagai tokoh legenda saja.

Hm, nggak disangka ya, Millens, meski namanya cukup terkenal di Indonesia, tapi ternyata keberadaan Prabu Brawijaya masih jadi kontroversi hingga sekarang. Kalau menurut kamu sendiri, dia tokoh fiktif atau nyata nih? (Arie Widodo/E05)


Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025