BerandaTradisinesia
Selasa, 22 Mei 2023 18:30

Seperti Apa Ibadah Haji Pada Masa Penjajahan Belanda?

Ilustrasi: Jemaah haji pada masa penjajahan Belanda. (Majalahnabawi)

Ibadah haji yang dilakukan orang Indonesia pada masa sekarang biasanya hanya menghabiskan durasi 35-40 hari. Beda cerita dengan ibadah haji pada masa penjajahan Belanda. Durasinya bisa mencapai 1 tahun, lo.

Inibaru.id – Orang Indonesia biasanya melakukan ibadah haji dengan durasi 35 sampai 40 hari. Mereka juga menggunakan pesawat terbang sebagai transportasi untuk mencapai Arab Saudi dari Tanah Air sehingga perjalanan pun bisa dilakukan hanya dalam hitungan jam.

Hal ini tentu sangat berbeda dengan ibadah haji yang dilakukan pada masa penjajahan Belanda atau sebelumnya. Ibadah haji bisa dilakukan dengan durasi lebih lama. Maklum, layanan perjalanan haji dengan pesawat terbang baru tersedia pada 1952.

Menurut keterangan VOI, (6/1/2021), meski masih jadi perdebatan, manusia Nusantara pertama yang tercatat melakukan ibadah haji adalah Pangeran Abdul Dohhar pada 1630 lalu. Dia adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa, pemimpin Banten kala itu.

Setelah itu, masyarakat Nusantara mulai banyak yang tertarik untuk menjalankan ibadah haji sembari memperdalam ilmu agama di Tanah Suci. Begitu kembali ke Tanah Air, mereka pun menyebarkan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya ke masyarakat.

Sebelum Terusan Suez dibangun pada 1869, nggak banyak kapal uap yang datang dari Belanda ke Nusantara. Otomatis, masyarakat Nusantara hanya bisa beribadah haji dengan menggunakan kapal layar. Kamu tahu sendiri kan kapal ini nggak cepat dan rentan karam jika terkena cuaca buruk di lautan luas?

Meski begitu, tetap saja hal ini nggak menyurutkan minat masyarakat yang sudah bertekad memenuhi rukun Islam yang kelima.

Tahu bahwa minat masyarakat Nusantara cukup tinggi untuk menjalankan ibadah haji, pada 1825 pemerintah Hinda Belanda mematok pas jalan bagi jemaah yang pengin ke Tanah Suci. Biayanya lumayan mahal lo, yaitu 110 Gulden atau sekitar 2 kali lipat dari harga rumah sederhana pada masa itu.

Jemaat haji memakai kapal untuk mencapai Tanah Suci. (Historia/ANRI)

Pengelolaan haji yang modern baru benar-benar diterapkan pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Hal ini terungkap dalam Staatsbald, lembaran yang berisi peraturan-peraturan resmi yang dibuat pemerintah kolonial.

“Pada 1911, karantina bagi jemaat haji diberlakukan. Tahun 1916, pemberian gelar haji sudah diberikan,” ungkap sejarawan Asep Kambali dari Komunitas Historia Indonesia sebagaimana dilansir dari Detik, Rabu (15/6/2022).

Lewat akun Instagram pribadinya, dia juga mengungkap runtutan waktu dari perjalanan haji pada zaman kolonial. Ternyata, proses karantina haji berlangsung selama 3 bulan dan dilakukan sebelum serta setelah pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci yang bisa mencapai durasi 4 bulan.

Bagaimana dengan perjalanan laut? Kala itu sudah ada kapal uap yang mampu membawa jemaah dari Indonesia ke Arab Saudi dalam waktu 40 hari. Otomatis, bolak-balik jemaah haji harus hidup di lautan selama 80 hari.

Kalau bingung, runtutan waktunya seperti ini, Millens:

· Karantina sebelum berangkat haji selama 3 bulan

· Perjalanan dengan kapal selama 40 hari

· Ibadah haji dan memperdalam ilmu agama selama 4 bulan

· Perjalanan dengan kapal untuk pulang ke Tanah Air selama 40 hari

· Jemaah haji kembali menjalani karantina selama 3 bulan.

Memang nggak mudah ya berangkat ke Tanah Suci, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024