Inibaru.id – Baju koko identik dengan pakaian untuk umat muslim pria ya, Millens. Di setiap hari raya atau acara keagamaan, baju itu seolah menjadi pakaian wajib pria muslim. Eits, tahu nggak kalau ternyata baju koko bukan berasal dari budaya muslim lo.
Melansir laman liputan6.com (6/7/15), baju koko merupakan hasil adopsi warga Betawi dari baju sehari-hari pria Tionghoa yang biasa disebut baju tui-khim. Masyarakat Indonesia mulai mengenal baju tui-khim saat warga Tionghoa mulai berniaga di Indonesia tuh.
Baju tui-khim. (fashionmuslimmodern.com)
“Baju koko saat itu punya engkoh-engkoh Tionghoa. Pada abad 17 mereka membawa busana itu. Mereka didatangkan VOC ke Batavia untuk membangun kota ini,” jelas Yahya Andi Saputra, sejarawan Betawi pada merdeka.com (3/7/16).
Dipakai orang Tionghoa Kelas Menengah ke Bawah
Yahya menambahkan, pada saat itu warga Tionghoa belum merdeka dan masih menjadi budak orang Eropa. Ketika warga Tionghoa mendapat kemerdekaan, mereka nggak lagi memakai baju tui-khim. Hanya sebagian warga kelas menengah ke bawah yang masih memakai busana itu.
Baju koko pertama kali diadaptasi oleh warga Betawi. (seragamsilat.wordpress.com)
Yap, jadi istilah baju koko muncul karena dulunya baju itu digunakan oleh engkoh-engkoh atau pria keturunan Tionghoa. Baju koko juga merupakan wujud asimilasi budaya Tionghoa dan budaya muslim lo.
Tahu nggak, baju koko mulai marak digunakan pria muslim di Indonesia sejak 1980-an. Saat itu Islam mulai mendapat ruang dalam struktur negara maupun publik seperti sekarang. Awalnya baju koko hanya didominasi oleh warna putih sebagai lambang kesucian. Namun seiring berjalannya waktu, baju koko banyak didominasi oleh warna bahkan motif yang beragam.
Wah, sekarang kamu nggak hanya memakai baju koko saja. Tapi juga tahu sejarah di balik baju koko sebagai identitas pria muslim di Indonesia kan? Nah, Sobat Millens khususnya pria yang akan berlebaran, sudah beli baju koko belum? (IB10/E05)